Ini Asal Mula Mengapa Uzair Disebut Anak Allah
loading...
A
A
A
Sebagian pemeluk Yahudi mengimani bahwa Uzair adalah anak Allah. Ibnu Katsir mengatakan Uzair adalah seorang nabi yang diutus untuk bani Israil. Beliau hidup di antara zaman Dawud -Sulaiman dan zaman Zakariya -Yahya. Hanya saja, Ibnu Abbas justru tidak tahu soal itu. “Saya tidak tahu apakah dia adalah seorang nabi atau bukan,” ujarnya.
As-Saddi sebagaimana dikutip Ibnu Katsir menuturkan bahwa kekeliruan yang terjadi di kalangan mereka bermula di saat kaum Amaliqah mengalahkan kaum Bani Israil, lalu kaum Amaliqah membunuh ulama mereka dan menahan para pemimpin mereka.
Uzair selamat dan ia menangisi nasib kaum Bani Israil dan lenyapnya ilmu dari mereka, sehingga bulu matanya rontok.
Pada suatu hari ia melewati sebuah padang sahara, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang sedang menangis di sebuah kuburan seraya berkata, "Aduhai pemberi makan, aduhai pemberi pakaian."
Uzair pun berkata kepada wanita itu, "Celakalah kamu, siapakah yang memberimu makan sebelum orang yang telah mati ini?"
"Allah," jawab wanita itu.
"Sesungguhnya Allah Mahahidup. Tidak akan mati," sambut Uzair.
Wanita itu balik bertanya, "Hai Uzair, siapakah yang mengajar ulama sebelum Bani Israil?"
”Allah," jawab Uzair.
Wanita itu balik bertanya, "Maka mengapa engkau tangisi kepergian mereka?"
Uzair sadar bahwa hal ini merupakan nasihat bagi dirinya. Kemudian dikatakan kepada Uzair, "Pergilah kamu ke sungai anu. Lalu mandilah padanya serta sholatlah dua rakaat. Maka sesungguhnya kamu akan bersua dengan seseorang yang sudah tua di sana, dan makanan apa saja yang diberikannya kepadamu, makanlah makanan itu."
Uzair berangkat dan melakukan semua yang diperintahkan kepadanya. Tiba-tiba ia bersua dengan seseorang yang sudah tua, lalu orang tua itu berkata kepadanya, "Bukalah mulutmu!"'
Uzair pun membuka mulutnya, dan orang tua itu memasukkan sesuatu yang bentuknya seperti bara api yang besar sebanyak tiga kali ke dalam mulut Uzair. Sesudah itu Uzair kembali dalam keadaan sebagai orang yang paling alim mengenai isi kitab Taurat.
Uzair berkata (kepada kaumnya), "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat."
Mereka menjawab, "Hai Uzair, engkau bukanlah seorang pendusta."
Lalu Uzair mengambil sebuah pena dan mengikatkannya ke salah satu jari tangannya, kemudian mulai menulis seluruh isi kitab Taurat dengan pena itu. Setelah orang-orang Bani Israil pulang dari peperangan melawan musuhnya, para ulama mereka ikut pulang pula, lalu mereka diberi tahu perihal Uzair.
Mereka pun mengeluarkan salinan kitab Taurat yang mereka simpan di bukit, lalu menyamakannya dengan hasil tulisan Uzair. Ternyata mereka menjumpai apa yang ditulis oleh Uzair benar, sama dengan salinan Taurat yang ada pada mereka.
"Sesungguhnya dia mampu berbuat demikian tiada lain karena dia putra Allah," ujar sebagian orang-orang yang bodoh dari kalangan Bani Israil.
Dengan berlalunya waktu, sebagian orang awam Yahudi terheran-heran dengan kisah ‘Uzair, bagaimana mungkin beliau dihidupkan setelah wafat selama 100 tahun dan bagaimana bisa dia menghafal seluruh isi Taurat tanpa salah sedikit pun. Nabi Musa pun tidak memiliki kemampuan seperti itu. Nabi Musa hanya diberikan Taurat yang telah ditulis dalam sebuah kitab dan mengajarkannya.
Mereka menyangka ini tidak mungkin terjadi jika Uzair hanyalah sekedar seorang Nabi. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allâh.
Sebenarnya tidak semua orang Yahudi menyatakan bahwa beliau adalah anak Allah. Hanya sebagian aliran Yahudi saja yang mengatakannya. Akan tetapi, dikabarkan pada surat At-Taubah ayat 30 – 31 seolah-olah ini adalah akidah Yahudi.
Allah SWT memutlakkan mereka dalam ayat ini karena aliran yang tidak mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allâh, berdiam diri dan tidak mengingkari hal tersebut.
Allah SWT berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ﴿٣٠﴾اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًاۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “al-Masîh adalah putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allâh memerangi (melaknat) mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling?
Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam. Padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” ( QS At-Taubah/9 : 30 – 31)
As-Saddi sebagaimana dikutip Ibnu Katsir menuturkan bahwa kekeliruan yang terjadi di kalangan mereka bermula di saat kaum Amaliqah mengalahkan kaum Bani Israil, lalu kaum Amaliqah membunuh ulama mereka dan menahan para pemimpin mereka.
Uzair selamat dan ia menangisi nasib kaum Bani Israil dan lenyapnya ilmu dari mereka, sehingga bulu matanya rontok.
Baca Juga
Pada suatu hari ia melewati sebuah padang sahara, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang sedang menangis di sebuah kuburan seraya berkata, "Aduhai pemberi makan, aduhai pemberi pakaian."
Uzair pun berkata kepada wanita itu, "Celakalah kamu, siapakah yang memberimu makan sebelum orang yang telah mati ini?"
"Allah," jawab wanita itu.
"Sesungguhnya Allah Mahahidup. Tidak akan mati," sambut Uzair.
Wanita itu balik bertanya, "Hai Uzair, siapakah yang mengajar ulama sebelum Bani Israil?"
”Allah," jawab Uzair.
Wanita itu balik bertanya, "Maka mengapa engkau tangisi kepergian mereka?"
Uzair sadar bahwa hal ini merupakan nasihat bagi dirinya. Kemudian dikatakan kepada Uzair, "Pergilah kamu ke sungai anu. Lalu mandilah padanya serta sholatlah dua rakaat. Maka sesungguhnya kamu akan bersua dengan seseorang yang sudah tua di sana, dan makanan apa saja yang diberikannya kepadamu, makanlah makanan itu."
Uzair berangkat dan melakukan semua yang diperintahkan kepadanya. Tiba-tiba ia bersua dengan seseorang yang sudah tua, lalu orang tua itu berkata kepadanya, "Bukalah mulutmu!"'
Uzair pun membuka mulutnya, dan orang tua itu memasukkan sesuatu yang bentuknya seperti bara api yang besar sebanyak tiga kali ke dalam mulut Uzair. Sesudah itu Uzair kembali dalam keadaan sebagai orang yang paling alim mengenai isi kitab Taurat.
Uzair berkata (kepada kaumnya), "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat."
Mereka menjawab, "Hai Uzair, engkau bukanlah seorang pendusta."
Lalu Uzair mengambil sebuah pena dan mengikatkannya ke salah satu jari tangannya, kemudian mulai menulis seluruh isi kitab Taurat dengan pena itu. Setelah orang-orang Bani Israil pulang dari peperangan melawan musuhnya, para ulama mereka ikut pulang pula, lalu mereka diberi tahu perihal Uzair.
Mereka pun mengeluarkan salinan kitab Taurat yang mereka simpan di bukit, lalu menyamakannya dengan hasil tulisan Uzair. Ternyata mereka menjumpai apa yang ditulis oleh Uzair benar, sama dengan salinan Taurat yang ada pada mereka.
"Sesungguhnya dia mampu berbuat demikian tiada lain karena dia putra Allah," ujar sebagian orang-orang yang bodoh dari kalangan Bani Israil.
Dengan berlalunya waktu, sebagian orang awam Yahudi terheran-heran dengan kisah ‘Uzair, bagaimana mungkin beliau dihidupkan setelah wafat selama 100 tahun dan bagaimana bisa dia menghafal seluruh isi Taurat tanpa salah sedikit pun. Nabi Musa pun tidak memiliki kemampuan seperti itu. Nabi Musa hanya diberikan Taurat yang telah ditulis dalam sebuah kitab dan mengajarkannya.
Mereka menyangka ini tidak mungkin terjadi jika Uzair hanyalah sekedar seorang Nabi. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allâh.
Sebenarnya tidak semua orang Yahudi menyatakan bahwa beliau adalah anak Allah. Hanya sebagian aliran Yahudi saja yang mengatakannya. Akan tetapi, dikabarkan pada surat At-Taubah ayat 30 – 31 seolah-olah ini adalah akidah Yahudi.
Allah SWT memutlakkan mereka dalam ayat ini karena aliran yang tidak mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allâh, berdiam diri dan tidak mengingkari hal tersebut.
Allah SWT berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ﴿٣٠﴾اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًاۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “al-Masîh adalah putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allâh memerangi (melaknat) mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling?
Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam. Padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” ( QS At-Taubah/9 : 30 – 31)
(mhy)