Kisah 300 Orang Prajurit Islam Menyantap Ikan Raksasa
loading...
A
A
A
Kisah 300 orang pasukan muslim menyantap bangkai ikan raksasa ini disampaikan Imam Bukhari dalam Shahihnya, juga Shahih Muslim dan lainnya dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillah ra.
Suatu ketika, Rasulullah SAW mengutus pasukan perang untuk mengintai kafilah dagang kafir Quraisy dan untuk mendatangi suku Juhainah. Pasukan perang yang berjumlah 300 orang itu dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah ra . Rasulullah hanya memberi bekal satu kantong kurma kepada mereka, karena memang tidak ada bekal lain.
Abu Ubaidah sebagai pimpinan pasukan membagikan sebagian kurma itu kepada para prajuritnya. Ketika bekal kurma tinggal sedikit, Abu Ubaidah mengumpulkan sisa kurma dari prajuritnya dan beliau membagikan kembali sehingga masing-masing orang hanya mendapat satu biji kurma untuk satu hari. Kurma itu tidak langsung dimakan tapi hanya dihisap seperti bayi menyusu agar tidak cepat habis. Mereka melakukan yang demikian untuk mengurangi rasa lapar yang melilit mereka.
Sampai bekal kurma habis, akhirnya mereka memetik dedaunan yang dijumpai di perjalanan. Mereka menumbuk daun-daun tersebut dan mencampurkannya dengan air, setelah itu mereka memakan dedaunan tersebut.
Pasukan perang itu terus berjalan, hingga sampai ke suatu pantai di laut Merah dari arah Yanbu berjarak sekitar 180 km dari Madinah. Di sana mereka melihat sesuatu yang menyerupai sebuah bukit. Maka mereka pun berjalan mendekatinya. Ternyata, gundukan itu adalah bangkai seekor ikan yang sangat besar.
Abu Ubaidah pada awal mulanya melarang pasukan untuk memakan ikan tersebut karena dikiranya sebagai bangkai yang diharamkan karena bukan ikan hasil tangkapan. Lalu beliau berijtihad bahwa ikan tersebut boleh dimakan dikarenakan kondisi darurat dan ikan tersebut merupakan pertolongan Allah kepada hamba-hamba Nya yang sedang berjuang di jalan Nya.
Akhirnya, pasukan perang ini bertahan dan tinggal di tempat itu selama delapan belas hari.
Selama di tempat ini, makanan mereka adalah ikan besar itu. Hingga mereka menjadi gemuk, dan mereka tidak lagi kekurangan makanan. Ikan itu besar sekali. Cukup untuk dimakan pasukan perang yang berjumlah 300 orang selama sebulan.
Mereka menciduk minyak lemak dengan tempayan dari lubang matanya, dan mereka memotong daging ikan tersebut seperti memotong-motong daging sapi.
Abu Ubaidah menyuruh tiga belas orang dari rombongan pasukan untuk duduk pada lubang bekas mata, lalu Abu Ubaidah memerintahkan orang mengambil dua tulang kemudian ditegakkan. Lalu salah seorang prajurit yang paling tinggi tubuhnya menaiki seekor unta yang terbesar dan berjalan di bawah tulang itu tanpa kepalanya menempel tulang tersebut. Ini menunjukkan ikan tersebut sangatlah besar.
Sebagian sahabat mengeringkan daging ikan itu dan dibuat dendeng. Setelah selesai tugas, pasukan perang itu kembali ke Madinah. Mereka kembali dengan membawa dendeng daging ikan tersebut.
Begitu sampai, mereka menghadap ke Rasulullah SAW. Diceritakanlah oleh mereka tentang ikan besar tersebut kepada beliau. Rasulullah SAW bersabda: “Itu adalah rezeki yang dikaruniakan Allah atas kalian. Apakah kalian masih menyimpan sisa daging itu untuk kami makan?” Maka dibawakanlah daging itu kepada Rasulullah SAW, lalu beliau ikut memakannya.
Suatu ketika, Rasulullah SAW mengutus pasukan perang untuk mengintai kafilah dagang kafir Quraisy dan untuk mendatangi suku Juhainah. Pasukan perang yang berjumlah 300 orang itu dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah ra . Rasulullah hanya memberi bekal satu kantong kurma kepada mereka, karena memang tidak ada bekal lain.
Abu Ubaidah sebagai pimpinan pasukan membagikan sebagian kurma itu kepada para prajuritnya. Ketika bekal kurma tinggal sedikit, Abu Ubaidah mengumpulkan sisa kurma dari prajuritnya dan beliau membagikan kembali sehingga masing-masing orang hanya mendapat satu biji kurma untuk satu hari. Kurma itu tidak langsung dimakan tapi hanya dihisap seperti bayi menyusu agar tidak cepat habis. Mereka melakukan yang demikian untuk mengurangi rasa lapar yang melilit mereka.
Sampai bekal kurma habis, akhirnya mereka memetik dedaunan yang dijumpai di perjalanan. Mereka menumbuk daun-daun tersebut dan mencampurkannya dengan air, setelah itu mereka memakan dedaunan tersebut.
Pasukan perang itu terus berjalan, hingga sampai ke suatu pantai di laut Merah dari arah Yanbu berjarak sekitar 180 km dari Madinah. Di sana mereka melihat sesuatu yang menyerupai sebuah bukit. Maka mereka pun berjalan mendekatinya. Ternyata, gundukan itu adalah bangkai seekor ikan yang sangat besar.
Abu Ubaidah pada awal mulanya melarang pasukan untuk memakan ikan tersebut karena dikiranya sebagai bangkai yang diharamkan karena bukan ikan hasil tangkapan. Lalu beliau berijtihad bahwa ikan tersebut boleh dimakan dikarenakan kondisi darurat dan ikan tersebut merupakan pertolongan Allah kepada hamba-hamba Nya yang sedang berjuang di jalan Nya.
Akhirnya, pasukan perang ini bertahan dan tinggal di tempat itu selama delapan belas hari.
Selama di tempat ini, makanan mereka adalah ikan besar itu. Hingga mereka menjadi gemuk, dan mereka tidak lagi kekurangan makanan. Ikan itu besar sekali. Cukup untuk dimakan pasukan perang yang berjumlah 300 orang selama sebulan.
Mereka menciduk minyak lemak dengan tempayan dari lubang matanya, dan mereka memotong daging ikan tersebut seperti memotong-motong daging sapi.
Abu Ubaidah menyuruh tiga belas orang dari rombongan pasukan untuk duduk pada lubang bekas mata, lalu Abu Ubaidah memerintahkan orang mengambil dua tulang kemudian ditegakkan. Lalu salah seorang prajurit yang paling tinggi tubuhnya menaiki seekor unta yang terbesar dan berjalan di bawah tulang itu tanpa kepalanya menempel tulang tersebut. Ini menunjukkan ikan tersebut sangatlah besar.
Sebagian sahabat mengeringkan daging ikan itu dan dibuat dendeng. Setelah selesai tugas, pasukan perang itu kembali ke Madinah. Mereka kembali dengan membawa dendeng daging ikan tersebut.
Begitu sampai, mereka menghadap ke Rasulullah SAW. Diceritakanlah oleh mereka tentang ikan besar tersebut kepada beliau. Rasulullah SAW bersabda: “Itu adalah rezeki yang dikaruniakan Allah atas kalian. Apakah kalian masih menyimpan sisa daging itu untuk kami makan?” Maka dibawakanlah daging itu kepada Rasulullah SAW, lalu beliau ikut memakannya.
(mhy)