3 Sahabat Nabi Muhammad SAW Paling Cerdas

Senin, 17 Oktober 2022 - 23:53 WIB
loading...
3 Sahabat Nabi Muhammad SAW Paling Cerdas
Sahabat Nabi Muhammad SAW adalah orang-orang cerdas dan memiliki kedudukan yang istimewa. Foto ilustrasi sahabat/Ist
A A A
Siapakah sahabat Nabi Muhammad SAW paling cerdas? Sejatinya semua sahabat Nabi adalah orang-orang cerdas dan memiliki kedudukan istimewa.

Dalam hadis sahih, Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam (SAW) pernah bersabbda: "Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Para sahabat Nabi adalah orang-orang hebat, orang yang paling mengerti Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, serta paling sempurna keimanannya. Semua sahabat Nabi dikenal sebagai orang-orang cerdas dan punya keahlian bermacam-macam.

Berikut tiga sahabat Nabi Muhammad paling cerdas yang dihimpun dari berbagai sumber:

1. Abdullah bin Abbas
Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma (wafat 68 H/687 M) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW sekaligus saudara sepupunya. Nama Ibnu Abbas dipakai untuk membedakannya dari Abdullah yang lain. Beliau dikenal sebagai sahabat yang sangat cerdas dan berpengetahuan luas.

Banyak hadis diriwayatkan melalui Ibnu Abbas. Ibnu Abbas serupa dengan Ibnu Zubair, orang yang bergaul dengan Rasulullah SAW selagi masih kecil. Rasulullah SAW wafat, usia Ibnu Abbas belum 13 tahun. Pada usai itu beliau telah mencapai kedudukan tinggi di lingkungan tokoh-tokoh sekeliling Rasulullah.

Ibnu Abbad digelari "Kiyai Ummat" karena otaknya yang cerdas, hatinya yang mulia dan pengetahuannya yang luas. Dari kecil Ibnu Abbbas telah mengetahui jalan hidup yang akan ditempuhnya. Ketika masih kecil, Rasulullah SAW pernah menepuk-nepuk bahunya sembari mendoakannya: "Ya Allah, berilah ia ilmu Agama yang mendalam dan ajarkanlah kepadanya takwil."

Ketika masih kecil, Ibnu Abbas tak pernah absen dalam majelis Rasulullah dan menghafalkan apa yang diucapkannya. Setelah kepergian Rasulullah, Ibnu Abbas mendalami ilmu dari para sahabat Rasul yang pertama, apa-apa yang luput didengar dan dipelajarinya dari Rasulullah SAW sendiri. Ibnu Abbas tidak cuma memiliki kekayaan besar dalam ilmu pengetahuan, ia memiliki pula kekayaan yang lebih besar yakni etika ilmu dan akhlak.

Ibnu Abbas mengambil 3 perkara dan meninggalkan 3 perkara, yaitu menarik hati pendengar apabila berbicara, memperhatikan setiap ucapan pembicara, memilih yang teringan apabila memutuskan perkara. Beliau menjauhi sifat mengambil muka, menjauhi orang-orang yang rendah budi dan menjauhi setiap perbuatan dosa.

2. Mu'adz bin Jabal
Ketika Rasulullah SAW mengambil baiat Aqabah kedua dari orang-orang Anshor, di antara 70 orang ada seorang anak muda dengan wajah berseri-seri. Beliau adalah Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu (wafat 18 Hijriyah) yang termasuk Assabiqunal Awwalun.

Sahabat Nabi ini dijuluki cendekiawan muslim di masa Rasulullah SAW. Beliaulah orang yang paling mengetahui perkara halal dan haram. Nama julukannya adalah Abu Abdurahman.

Beliau lahir di Madinah dan memeluk Islam pada usia 18 tahun. Kelebihan Mu'adz yang paling menonjol ialah mengerti masalah fiqih atau ahli dalam soal hukum. Keahliannya dalam fiqih dan ilmu pengetahuan ini mendapat pujian dari Rasulullah SAW: "Ummatku yang paling tahu akan yang halal dan yang haram ialah Mu'adz bin Jabal."

Dalam kecerdasan otak dan keberanian mengemukakan pendapat, Mu'adz hampir sama dengan Khalifah Umar bin Khatthab. Ketika Rasulullah hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya: "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz? "Kitabullah," kata Mu'adz. Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah? tanya Rasulullah pula.

"Saya putuskan dengan Sunnah Rasul," jawab Mu'adz. Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah? "Saya pergunakan fikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia". Maka berseri-serilah wajah Rasulullah sembari bersabda: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah."

Karena kecerdasannya, banyak sahabat yang meminta pendapat kepadanya termasuk Umar bin Khaththab. Mu'adz adalah orang yang murah tangan dan lapang hati. Saat Abu Ubaidah meninggal, Mu'adz diangkat oleh Umar sebagai Gubernur Suriah. Tapi hanya beberapa bulan, Mu'adz wafat Syahid pada usia sekitar 33 tahun.

Mu'adz pernah bertutur: "Ilmu itu ialah mengenal dan beramal. Pelajarilah segala ilmu yang kalian sukai, tetapi Allah tidak akan memberi kalian manfaat dengan ilmu itu sebelum mengamalkannya terlebih dahulu."

3. Zaid bin Tsabit
Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari (612- 637/15 Hijriyah) adalah sahabat Nabi Muhammad yang merupakan penulis wahyu dan surat-surat Nabi. Ketika berusia berusia 11 tahun, Zaid bin Tsabit dikabarkan telah menghafal 11 Surat Al-Qur'an.

Beliau dikenal sebagai penghimpun kitab suci Al-Qur'an. Kelebihan Zaid radhiyallahu 'anhu adalah memiliki kekuatan daya ingat sehingga diangkat sebagai penulis wahyu dan surat-surat Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit bahwa Rasulullah berkata kepadanya: "Aku berkirim surat kepada orang, dan aku khawatir, mereka akan menambah atau mengurangi surat-suratku itu, maka pelajarilah bahasa Suryani", kemudian aku mempelajarinya selama 17 hari, dan bahasa Ibrani selama 15 hari.

Pada zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, Zaid bin Tsabit diamanahkan mengumpulkan dan menuliskan kembali Al-Qur'an dalam satu mushaf. Dalam perang Al-Yamamah banyak penghafal Al-Quran yang gugur, sehingga membuat Umar bin Khattab cemas dan mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Qur'an sebelum para penghafal lainnya gugur.

Mereka kemudian memanggil Zaid bin Tsabit dan Abu Bakar berkata kepadanya: "Anda adalah seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukanmu". Setelah itu Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur'an.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3111 seconds (0.1#10.140)