Petunjuk Nabi dalam Sholat Sunnah Rawatib

Jum'at, 28 Oktober 2022 - 07:45 WIB
loading...
Petunjuk Nabi dalam Sholat Sunnah Rawatib
Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum (qobliyah) dan sesudah (badiyah) sholat fardhu (wajib). Foto ilustrasi/ist
A A A
Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum (qobliyah) dan sesudah (ba'diyah) sholat fardhu (wajib). Ada perbedaan penafsiran dari ulama mengenai total jumlah rakaatnya. Ada yang menyebut seluruh sholat rawatib adalah berjumlah 10 rakaat atau 12 rakaat. Bahkan ada ulama yang berpendapat 22 rakaat. Perbedaan jumlah rakaat ini tidak mempengaruhi pahala sholat rawatib sebagai ibadah at-tathowwu’ (ibadah tambahan).

Rincian sholat rawatib menurut buku 'Risalah Tuntunan Sholat Lengkap' karya Moh. Rifai, adalah sebagai berikut :

- 2 rakaat sebelum sholat subuh (sesudah sholat subuh tidak ada sunnah setelah subuh.
- 2 atau 4 rakaat sebelum Zuhur. Dan 2 rakaat setelah suhur.
- 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum sholat Ashar (setelah sholat Ashar tidak ada sholat sunah)
- 2 rakaat sesudah sholat Maghrib
- 2 rakaat sebelum sholat Isya' (atau tidak sholat sebelum Isya')
- 2 rakaat sesudah sholat Isya.



Namun dalam buku karya Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyah berjudul 'Zad Al Ma'ad bab Hadyu An-Nabi fi Ash-Sholah', sholat Sunnah rawatib berkisar 10 atau 12 rakaat. Dijelaskan bahwa Rasulullah selalu menjaga sholat sunnah yang sepuluh rakaat ketika beliau tidak bepergian. Rasulullah termasuk yang menggemarkan sholat rawatib

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila bagus maka ia telah beruntung dan sukses, dan bila rusak maka ia telah rugi dan menyesal. Apabila kurang sedikit dari shalat wajibnya maka Rabb ku berfirman: “Lihatlah, apakah hamba-Ku itu memiliki shalat tathawwu’ (shalat sunnah)?” Lalu shalat wajibnya yang kurang tersebut disempurnakan dengannya, kemudian seluruh amalannya diberlakukan demikian." (HR at-Tirmidzi)

Ibnu Umar mengatakan, "Aku selalu menjaga sholat sunnah sepuluh rakaat dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Yakni dua rakaat sebelum dan sesudah sholat zuhur, dua rakaat setelah sholat Maghrib, dua rakaat setelah sholat Isya , dan 2 rakaat sebelum subuh. (HR. Bukhar).

Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa rawatib Maghrib dan Isya dilakukan Rasulullah di rumah.

Mengingat pentingnya ibadah rawatib ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana shalat fardhu, maka umat Islam dianjurkan untuk melaksanakannya.

Di antara hadis yang menunjukkan keutamaan shalat sunah Rawâtib secara umum, ialah hadits Ummu Habîbah, yang berbunyi :

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ


Tidaklah seorang muslim sholat karena Allah setiap hari dua belas raka’at shalat sunnah, bukan wajib, kecuali akan Allah membangun untuknya sebuah rumah di surga. (HR. Muslim).

Penjelasan hadis di atas bahwa Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan shalat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,' Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga“.

Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadis tersebut.

Banyak sahabat yang tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadis tersebut.

Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadis tentang sholat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya.

Dalam riwayat yang lain, Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim)

Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.

Ummu Habibah radhiyallahu anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka“. (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tarmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1161 seconds (0.1#10.140)