Kisah Tukang Kayu Bernama Nazhar bin Yusuf dalam Ajaran Tarekat Suhrawardiyah
loading...
A
A
A
Idries Shah dalam bukunya berjudul "The Way of the Sufi" menukil satu kisah yang diyakini sebagai salah satu bahan instruksi (pelajaran) Tarekat Suhrawardiyah dari Syaikh Ziauddin Jahib Suhrawardi.
Menurut Idries Shah, Syaikh Ziauddin Jahib Suhrawardi mengikuti disiplin Sufi kuno. Junaid al-Baghdadi , dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekat-tarekat lain, guru-guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya.
India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktivitas mistik mereka melalui metode dan tokoh-tokoh tarekat, kendati pengikut Suhrawardi ada di antara pecahan terbesar kelompok-kelompok Sufi.
Praktik-praktik mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap untuk 'Persepsi terhadap Realitas'.
Menurut Idries Shah, bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan legenda atau fiksi.
Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa itu, diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan pemikiran yang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari. Berikut kisahnya:
Kisah Tukang Kayu
Pada suatu waktu, terdapat seorang tukang kayu bernama Nazhar bin Yusuf. Ia menghabiskan sebagian hidupnya selama bertahun-tahun untuk mempelajari kitab-kitab kuno yang berisi banyak pengetahuan yang sudah agak terlupakan.
Ia mempunyai pelayan setia, dan suatu hari ia berkata padanya: "Aku sekarang berhasil memperoleh pengetahuan kuno yang harus digunakan untuk menjamin keberadaanku selanjutnya. Oleh karena itu aku ingin engkau membantuku menyelesaikan proses yang akan membuatku muda lagi dan abadi."
Ketika ia menjelaskan prosesnya, si pelayan pertama kali merasa segan untuk menyelesaikannya. Si pelayan memotong-motong Nazar dan memasukkannya di dalam sebuah tong besar, diisi dengan cairan tertentu.
"Aku tidak dapat membunuhmu," ujar pelayan.
"Ya, engkau harus, karena toh aku akan mati, dan engkau akan kehilangan. Ambillah pedang ini. Jaga terus tong ini, jangan katakan siapa pun apa yang sesungguhnya engkau lakukan. Setelah duapuluh delapan hari, bukalah tongnya dan keluarkan aku. Aku akan memperoleh kembali kemudaanku."
Setelah beberapa hari, dalam kesepiannya, pelayan mulai merasa sangat tidak nyaman, dan semua jenis keraguan pun menjangkitinya. Maka ia mulai membiasakan diri dengan peran anehnya. Secara teratur orang datang ke rumah dan menanyakan majikannya, tetapi ia cuma dapat menjawab, "Sementara ini ia tidak di sini."
Akhirnya pihak berwenang datang, curiga bahwa si pelayan berbuat sesuatu pada majikannya sehubungan dengan lenyapnya dia. "Biarkan memeriksa rumah," kata mereka, "Jika kami tidak menemukan apa pun, kami akan menahanmu sampai majikanmu muncul."
Si pelayan tidak tahu apa yang harus dilakukan, pada saat itu sudah berlangsung selama duapuluh satu hari. Tetapi ia mengambil keputusan, dan berkata;
"Tinggalkan aku di sini bersama tong ini sebentar, dan kemudian aku siap ikut denganmu."
Ia pun pergi ke kamar dan membuka tutup tong.
Tiba-tiba manusia kecil, tampak lebih muda tetapi persis seperti majikannya, kendati cuma setinggi tangan, melompat keluar tong, dan berlari berputar-putar, sambil terus berucap.
Menurut Idries Shah, Syaikh Ziauddin Jahib Suhrawardi mengikuti disiplin Sufi kuno. Junaid al-Baghdadi , dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekat-tarekat lain, guru-guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya.
India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktivitas mistik mereka melalui metode dan tokoh-tokoh tarekat, kendati pengikut Suhrawardi ada di antara pecahan terbesar kelompok-kelompok Sufi.
Praktik-praktik mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap untuk 'Persepsi terhadap Realitas'.
Menurut Idries Shah, bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan legenda atau fiksi.
Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa itu, diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan pemikiran yang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari. Berikut kisahnya:
Kisah Tukang Kayu
Pada suatu waktu, terdapat seorang tukang kayu bernama Nazhar bin Yusuf. Ia menghabiskan sebagian hidupnya selama bertahun-tahun untuk mempelajari kitab-kitab kuno yang berisi banyak pengetahuan yang sudah agak terlupakan.
Ia mempunyai pelayan setia, dan suatu hari ia berkata padanya: "Aku sekarang berhasil memperoleh pengetahuan kuno yang harus digunakan untuk menjamin keberadaanku selanjutnya. Oleh karena itu aku ingin engkau membantuku menyelesaikan proses yang akan membuatku muda lagi dan abadi."
Ketika ia menjelaskan prosesnya, si pelayan pertama kali merasa segan untuk menyelesaikannya. Si pelayan memotong-motong Nazar dan memasukkannya di dalam sebuah tong besar, diisi dengan cairan tertentu.
"Aku tidak dapat membunuhmu," ujar pelayan.
Baca Juga
"Ya, engkau harus, karena toh aku akan mati, dan engkau akan kehilangan. Ambillah pedang ini. Jaga terus tong ini, jangan katakan siapa pun apa yang sesungguhnya engkau lakukan. Setelah duapuluh delapan hari, bukalah tongnya dan keluarkan aku. Aku akan memperoleh kembali kemudaanku."
Setelah beberapa hari, dalam kesepiannya, pelayan mulai merasa sangat tidak nyaman, dan semua jenis keraguan pun menjangkitinya. Maka ia mulai membiasakan diri dengan peran anehnya. Secara teratur orang datang ke rumah dan menanyakan majikannya, tetapi ia cuma dapat menjawab, "Sementara ini ia tidak di sini."
Akhirnya pihak berwenang datang, curiga bahwa si pelayan berbuat sesuatu pada majikannya sehubungan dengan lenyapnya dia. "Biarkan memeriksa rumah," kata mereka, "Jika kami tidak menemukan apa pun, kami akan menahanmu sampai majikanmu muncul."
Si pelayan tidak tahu apa yang harus dilakukan, pada saat itu sudah berlangsung selama duapuluh satu hari. Tetapi ia mengambil keputusan, dan berkata;
"Tinggalkan aku di sini bersama tong ini sebentar, dan kemudian aku siap ikut denganmu."
Baca Juga
Ia pun pergi ke kamar dan membuka tutup tong.
Tiba-tiba manusia kecil, tampak lebih muda tetapi persis seperti majikannya, kendati cuma setinggi tangan, melompat keluar tong, dan berlari berputar-putar, sambil terus berucap.