Kisah Shahabiyat : Satu-satunya Muslimah yang Doanya Diabadikan dalam Al-Qur'an
loading...
A
A
A
Khaulah : ‘Wahai Rasulllah! Dia tidak mempunyai kurma sebanyak itu.’
Rasulullah : ‘Maka kami akan membantunya dengan sekeranjang kurma.’
Khaulah : ‘Wahai Rasulullah! Aku juga akan membantunya dengan sekeranjang kurma lagi.’
Rasulullah : ‘Perbuatanmu benar dan bagus. Pergilah dan bersedekahlah untuk suamimu. Kemudian berwasiatlah dengan anak pamanmu dengan baik.’ “Maka aku pun melakukan perintah beliau.”
Begitu anggun sikap Khaulah saat menghadapi tingkah laku suaminya. Ia berpegang teguh terhadap peraturan agama karena pada saat itu zihar dianggap sebagai talak. Maka, tatkala Aus bin ash-Shamit, suami tua menziharnya lantas menginginkannya kembali, Khaulah tidak serta-merta mau. Dia bahkan mengadukan permasalahannya kepada Rasulullah sampai-sampai turun ayat yang menjawab permasalahan itu.
Terkait dengan kejadian ini, disebutkan dalam sebuah riwayat, Aisyah radhiyallahu'anhu berkata:
“Maha suci Allah yang pendengaran-Nya meliputi segalanya. Aku mendengar ucapan Khaulah binti Sa’labah itu, sekalipun tidak seluruhnya. Dia mengadukan suaminya kepada Rasulullah katanya: “Rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah berapa kali aku mengandung karenanya. Sekarang, setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu”.
Aisyah berkata: “Tiba-tiba Jibril turun membawa ayat-ayat ini: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya (yakni Aus bin Shamit).” (QS. al-Mujadalah: 1).
Para sahabat juga mengakui keutamaan dan keberanian wanita mulia ini dalam kebenaran. Sepeninggal Nabi, para sahabat mendengarkan perkataannya sebagai penghormatan terhadap wanita yang telah didengar pengaduannya oleh Allah Ta'ala. Seperti yang telah diceritakan di awal, pada suatu hari Umar bin Khaththab keluar bersama orang-orang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang perempuan tua. Perempuan tua itu lantas meminta Umar berhenti. Dia lalu berbincang-bincang dengan Amirul Mukminin tersebut.
Seseorang di antara rombongan berkata, “Wahai Amirul Mukminin , apakah Tuan menghentikan langkah orang-orang demi wanita tua ini?” Umar lantas menjawab, “Celakahlah kamu! Apakah kamu tahu siapa dia? Dia adalah perempuan yang didengar pengaduannya oleh Allah dari atas tujuh langit. Ini adalah Khaulah binti Tsa’labah yang Allah turunkan ayat tentangnya dalam ayat ‘Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan kamu berdua.’ Demi Allah, jika dia berhenti sampai malam, aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk sholat lantas kembali kepadanya.
Juga diriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, “Umar bin Khatthab keluar dari masjid dan al-Jarud al-‘Abdi sedang bersamanya. Tiba-tiba ada seorang wanita di tepi jalan. ‘Umar mengucapkan salam kepadanya dan wanita itu menjawabnya. Wanita tua itu berkata, ‘Wahai ‘Umar, dulu aku menemuimu saat engkau masih bernama ‘Umair di pasar ‘Ukazh. Engkau menakut-nakuti anak-anak dengan tongkatmu. Hingga hari berlalu dan namamu berganti ‘Umar. Dan masa terus berlalu hingga engkau menjadi seorang Amirul Mukminin . Maka bertaqwalah kepada Allah terhadap rakyatmu. Dan ketahuilah, barangsiapa yang takut ancaman Allah, dia akan merasakan bahwa siksa Allah itu amat dekat. Dan barangsiapa yang takut terhadap kematian, maka kematian itu pasti tidak akan luput darinya.”
Mendengar perkataan wanita itu, al-Jarud berkata, “Sungguh engkau telah memperbanyak ucapan terhadap Amirul Mukminin wahai wanita!” Umar lantas berkata, “Biarkanlah ia! Tidakkah engkau mengenalinya? Wanita ini adalah Khaulah bintu Hakim, istri Aus bin ash-Shamit yang ucapannya didengar oleh Allah dari atas langit ketujuh. Maka demi Allah, Umar sangat berhak untuk mendengarkannya.”
Inilah wanita yang patut dijadikan teladan oleh kaum muslimah. Seorang wanita yang karena ketaatannya kepada Allah dan Rasulullah, sehingga pengaduannya didengar oleh Allah Ta'ala.
Wallahu A'lam
Rasulullah : ‘Maka kami akan membantunya dengan sekeranjang kurma.’
Khaulah : ‘Wahai Rasulullah! Aku juga akan membantunya dengan sekeranjang kurma lagi.’
Rasulullah : ‘Perbuatanmu benar dan bagus. Pergilah dan bersedekahlah untuk suamimu. Kemudian berwasiatlah dengan anak pamanmu dengan baik.’ “Maka aku pun melakukan perintah beliau.”
Begitu anggun sikap Khaulah saat menghadapi tingkah laku suaminya. Ia berpegang teguh terhadap peraturan agama karena pada saat itu zihar dianggap sebagai talak. Maka, tatkala Aus bin ash-Shamit, suami tua menziharnya lantas menginginkannya kembali, Khaulah tidak serta-merta mau. Dia bahkan mengadukan permasalahannya kepada Rasulullah sampai-sampai turun ayat yang menjawab permasalahan itu.
Terkait dengan kejadian ini, disebutkan dalam sebuah riwayat, Aisyah radhiyallahu'anhu berkata:
“Maha suci Allah yang pendengaran-Nya meliputi segalanya. Aku mendengar ucapan Khaulah binti Sa’labah itu, sekalipun tidak seluruhnya. Dia mengadukan suaminya kepada Rasulullah katanya: “Rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah berapa kali aku mengandung karenanya. Sekarang, setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu”.
Aisyah berkata: “Tiba-tiba Jibril turun membawa ayat-ayat ini: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya (yakni Aus bin Shamit).” (QS. al-Mujadalah: 1).
Para sahabat juga mengakui keutamaan dan keberanian wanita mulia ini dalam kebenaran. Sepeninggal Nabi, para sahabat mendengarkan perkataannya sebagai penghormatan terhadap wanita yang telah didengar pengaduannya oleh Allah Ta'ala. Seperti yang telah diceritakan di awal, pada suatu hari Umar bin Khaththab keluar bersama orang-orang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang perempuan tua. Perempuan tua itu lantas meminta Umar berhenti. Dia lalu berbincang-bincang dengan Amirul Mukminin tersebut.
Seseorang di antara rombongan berkata, “Wahai Amirul Mukminin , apakah Tuan menghentikan langkah orang-orang demi wanita tua ini?” Umar lantas menjawab, “Celakahlah kamu! Apakah kamu tahu siapa dia? Dia adalah perempuan yang didengar pengaduannya oleh Allah dari atas tujuh langit. Ini adalah Khaulah binti Tsa’labah yang Allah turunkan ayat tentangnya dalam ayat ‘Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan kamu berdua.’ Demi Allah, jika dia berhenti sampai malam, aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk sholat lantas kembali kepadanya.
Juga diriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, “Umar bin Khatthab keluar dari masjid dan al-Jarud al-‘Abdi sedang bersamanya. Tiba-tiba ada seorang wanita di tepi jalan. ‘Umar mengucapkan salam kepadanya dan wanita itu menjawabnya. Wanita tua itu berkata, ‘Wahai ‘Umar, dulu aku menemuimu saat engkau masih bernama ‘Umair di pasar ‘Ukazh. Engkau menakut-nakuti anak-anak dengan tongkatmu. Hingga hari berlalu dan namamu berganti ‘Umar. Dan masa terus berlalu hingga engkau menjadi seorang Amirul Mukminin . Maka bertaqwalah kepada Allah terhadap rakyatmu. Dan ketahuilah, barangsiapa yang takut ancaman Allah, dia akan merasakan bahwa siksa Allah itu amat dekat. Dan barangsiapa yang takut terhadap kematian, maka kematian itu pasti tidak akan luput darinya.”
Mendengar perkataan wanita itu, al-Jarud berkata, “Sungguh engkau telah memperbanyak ucapan terhadap Amirul Mukminin wahai wanita!” Umar lantas berkata, “Biarkanlah ia! Tidakkah engkau mengenalinya? Wanita ini adalah Khaulah bintu Hakim, istri Aus bin ash-Shamit yang ucapannya didengar oleh Allah dari atas langit ketujuh. Maka demi Allah, Umar sangat berhak untuk mendengarkannya.”
Inilah wanita yang patut dijadikan teladan oleh kaum muslimah. Seorang wanita yang karena ketaatannya kepada Allah dan Rasulullah, sehingga pengaduannya didengar oleh Allah Ta'ala.
Wallahu A'lam
(wid)