Hajar Aswad Berubah Jadi Hitam karena Dosa, Bagaimana dengan Hati Manusia?
loading...
A
A
A
Kesalahan dan dosa anak-anak cuci Nabi Adam meninggalkan bekas pada Hajar Aswad. Batu yang dikabarkan diturunkan dari surga itu awalnya mempunyai warna sangat putih, lebih putih dari susu. Lalu dosa-dosa anak cucu Adam telah mengubahnya menjadi berwarna hitam.
Hajar Aswad adalah batu yang sangat keras yang berada pada salah satu sisi ka’bah yang kita disunnhakan untuk menciumnya jika mampu pada salah satu manasik haji dan umrah. Batu ini berwarna hitam karenanya dinamakan sebagai hajar yang berarti batu dan aswad yang berarti hitam.
Diberitakan oleh Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, dahulunya Hajar Aswad berwarna putih dan merupakan batu yang berasal dari surga. Lalu karena banyaknya dosa manusia menyebabkan batu tersebut menjadi berwarna hitam.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam menjelaskan, beliau bersabda :
Dari Ibnu ‘Abbasradhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu.Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”.
Musthafa Syaikh Ibrahim Haqqi, dalam 'Raddul bala'bid du'a wadz dzikri was shadaqati wal istighfar,' mengatakan bahwa dosa-dosa anak Adam- lah yang mengusapnya dan menyebabkannya menjadi berwarna hitam. Dan sikap yang paling benar ialah membawa pemahaman hadis tersebut di atas pada makna hakikatnya. Sebab, secara naqli (nash) maupun aqli (akal), hal itu mungkin saja terjadi.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa maknanya ialah, karomah dan kemuliaan Hajar Aswad, serta kebaikan dan karomah yang terkandung di dalamnya menjadikannya sebuah mutiara surga dan dikabarkan ia turun darinya. Hajar Aswad yang seputih susu dan sebening mutiara bisa berubah menghitam karena dosa. Lantas, bagaimana dosa tidak akan menghitamkan hati kita?
Diriwayat yang lain, batu tersebut lebih putih dari warna salju. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.”
Syaikh Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan bahwa dzahir hadis menjelaskan demikian dan ini bukan makna kiasan. Beliau berkata, “Dosa Bani Adam menyebabkan batu menjadi hitam dan (pendapat) yang lebih kuat adalah memahami dzahir hadits sebagaimana hakikatnya, tidak ada penghalang baik secara akal maupun dalil.”
Jadi Hajar Aswad awalnya sebening mutiara kaca, seputih susu dan selembut salju. Kemudian ia berubah hingga seluruh bagiannya menjadi hitam karena ada dosa-dosa kotor yang menempel padanya.
Mengapa tidak menjadi putih lagi? Tentu kita bertanya kenapa tidak menjadi putih lagi dengan kebaikan manusia dan tauhid orang-orang yang benar. Jawabannya adalah sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa Allah telah menetapkan hal ini meskipun Allah mampu mengubahnya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata, “ Sebagian orang yang menyimpang menentang hadis ini, mereka berkata: bagaimana bisa hitam karena kesalahan orang musyrik tetapi tidak bisa menjadi putih kembali dengan ketaatan ahli tauhid? Maka di jawab oleh Ibnu Quthaibah, jika saja Allah berkehendak maka bisa saja akan tetapi Allah menetapkan bahwa warna hitam itu memberikan warna bukan terwarnai berkebalikan dengan warna putih”
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka."
(QS. Al-Muthaffifiin : 14)
Disebutkan juga bahwa Hajar aswad juga akan menjad saksi hari kiamat. Karena itulah, sebisa mungkin kita berusaha menyentuh hajar Aswad dan menciumnya ketika melakukan ibadah haji dan umrah karena ia akan bersaksi di hari kiamat kelak. Sebagaimana dalam hadis, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda mengenai hajar Aswad :
“Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akanmenjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.”
Al-Muhbib Ath-Thabari menambahkan, apabila dosa dan kesalahan dapat meninggalkan bekas hitam pada batu yang sangat keras, tentu pengaruhnya pada hati juga pasti sangat kuat.
Wallahu A'lam
Hajar Aswad adalah batu yang sangat keras yang berada pada salah satu sisi ka’bah yang kita disunnhakan untuk menciumnya jika mampu pada salah satu manasik haji dan umrah. Batu ini berwarna hitam karenanya dinamakan sebagai hajar yang berarti batu dan aswad yang berarti hitam.
Diberitakan oleh Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, dahulunya Hajar Aswad berwarna putih dan merupakan batu yang berasal dari surga. Lalu karena banyaknya dosa manusia menyebabkan batu tersebut menjadi berwarna hitam.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam menjelaskan, beliau bersabda :
Dari Ibnu ‘Abbasradhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu.Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”.
Musthafa Syaikh Ibrahim Haqqi, dalam 'Raddul bala'bid du'a wadz dzikri was shadaqati wal istighfar,' mengatakan bahwa dosa-dosa anak Adam- lah yang mengusapnya dan menyebabkannya menjadi berwarna hitam. Dan sikap yang paling benar ialah membawa pemahaman hadis tersebut di atas pada makna hakikatnya. Sebab, secara naqli (nash) maupun aqli (akal), hal itu mungkin saja terjadi.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa maknanya ialah, karomah dan kemuliaan Hajar Aswad, serta kebaikan dan karomah yang terkandung di dalamnya menjadikannya sebuah mutiara surga dan dikabarkan ia turun darinya. Hajar Aswad yang seputih susu dan sebening mutiara bisa berubah menghitam karena dosa. Lantas, bagaimana dosa tidak akan menghitamkan hati kita?
Diriwayat yang lain, batu tersebut lebih putih dari warna salju. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.”
Syaikh Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan bahwa dzahir hadis menjelaskan demikian dan ini bukan makna kiasan. Beliau berkata, “Dosa Bani Adam menyebabkan batu menjadi hitam dan (pendapat) yang lebih kuat adalah memahami dzahir hadits sebagaimana hakikatnya, tidak ada penghalang baik secara akal maupun dalil.”
Jadi Hajar Aswad awalnya sebening mutiara kaca, seputih susu dan selembut salju. Kemudian ia berubah hingga seluruh bagiannya menjadi hitam karena ada dosa-dosa kotor yang menempel padanya.
Mengapa tidak menjadi putih lagi? Tentu kita bertanya kenapa tidak menjadi putih lagi dengan kebaikan manusia dan tauhid orang-orang yang benar. Jawabannya adalah sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa Allah telah menetapkan hal ini meskipun Allah mampu mengubahnya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata, “ Sebagian orang yang menyimpang menentang hadis ini, mereka berkata: bagaimana bisa hitam karena kesalahan orang musyrik tetapi tidak bisa menjadi putih kembali dengan ketaatan ahli tauhid? Maka di jawab oleh Ibnu Quthaibah, jika saja Allah berkehendak maka bisa saja akan tetapi Allah menetapkan bahwa warna hitam itu memberikan warna bukan terwarnai berkebalikan dengan warna putih”
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
كَلَّا بَلْ ۜ رَا نَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka."
(QS. Al-Muthaffifiin : 14)
Disebutkan juga bahwa Hajar aswad juga akan menjad saksi hari kiamat. Karena itulah, sebisa mungkin kita berusaha menyentuh hajar Aswad dan menciumnya ketika melakukan ibadah haji dan umrah karena ia akan bersaksi di hari kiamat kelak. Sebagaimana dalam hadis, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda mengenai hajar Aswad :
“Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akanmenjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.”
Al-Muhbib Ath-Thabari menambahkan, apabila dosa dan kesalahan dapat meninggalkan bekas hitam pada batu yang sangat keras, tentu pengaruhnya pada hati juga pasti sangat kuat.
Wallahu A'lam
(wid)