Asal Usul Hajar Aswad dan Keutamaan Menciumnya
loading...
A
A
A
Asal usul Hajar Aswad dan keutamaan menciumnya perlu diketahui umat muslim. Sudah menjadi pemandangan biasa, batu hitam yang berada di sudut Kakbah selalu menjadi rebutan umat muslim.
Tak sedikit jamaah berdesak-desakan, bahkan ada yang membawa pengawal agar bisa mencium batu permata dari surga itu atau sekadar dapat mengusapnya. Pertanyaannya, mengapa harus mencium Hajar Aswad?
Jawabannya adalah karena Nabi Muhammad SAW pernah mencium dan mengusap batu tersebut. Dalam Hadis juga diterangkan bahwa mencium Hajar Aswad memiliki fadhilah (keutamaan) luar biasa. Karena itu, disunahkan untuk meletakkan dahinya ke Hajar Aswad serta menyentuh dan menciumnya sebanyak tiga kali.
Apabila tidak mampu menyentuhnya secara langsung, maka bisa dengan menggunakan tongkat, lalu mencium ujung tongkat yang menyentuh Hajar Aswad itu. Jika tidak bisa juga, maka cukup dengan memberi isyarat tangan kanan.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata:
لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَاسْتَلَمَ الْحَجَرَ ثُمَّ مَضَى عَنْ يَمِينِهِ فَرَمَلَ ثَلاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا
"Ketika Nabi shollallohu 'alaihi wasallam tiba di Mekkah, Beliau memasuki Masjidil Haram lalu mengusap Hajar Aswad, kemudian Beliau berlalu di arah sebelah kanan Hajar Aswad. Beliau berlari kecil pada tiga putaran dan berjalan pada empat putaran." (HR Muslim)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma mengatakan: "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam mengusap bagian dari Ka'bah kecuali dua Rukun yamani (yaitu Hajar Aswad dan Rukun Yamani)." (Shahih Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abis bin Robiah berkata: "Aku pernah melihat Umar bin Khattab mencium Hajar Aswad. Lantas Umar berkata: "Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, tentu aku tidak akan menciummu." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Keutamaan Mencium Hajar Aswad
Hajar Aswad adalah batu yang turun dari surga sebagaimana disebutkan dalam riwayat Hadis. Di antara keutamaan mencium Hajar Aswad disebutkan:
1. Menjadi Saksi pada Hari Kiamat
Pada hari Kiamat kelak Hajar Aswad akan menjadi saksi bagi siapa saja yang pernah menyentuhnya dengan sungguh-sungguh. Hal ini diterangkan dalam Hadis yang diriwayatkan dalam Kitab Sunan at-Tirmidzi dan Al-Ausath karya at-Thabrany.
Syakh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam Kitab Fadhilah Haji menuliskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Pada hari kiamat nanti, Allah akan membangkitkan Hajar Aswad dalam keadaan mempunyai dua mata yang dengannya ia akan melihat. Dan mempunyai lisan yang dengannya ia akan berbicara dan akan memberikan persaksiannya untuk orang-orang yang telah menciumnya dengan penuh haq." Maksud mencium dengan penuh haq adalah mencium dengan penuh keimanan dan membenarkannya.
2. Seolah-olah Bersamalan dengan Allah Yang Maha Pengasih
Baginda Rasulullah SAW mengkiaskan Hajar Aswad sebagai "tangan Allah" di bumi. Barangsiapa yang mengusap Hajar Aswad, seolah-olah sedang bersalaman dengan Allah yang Maha Pengasih. Selain itu, ia dianggap seperti sedang berbaiat kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW sebagaimana sabda beliau:
مَنْ فَاوَضَهُ، فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ
Artinya: "Barangsiapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah yang Maha Pengasih." (HR Ibnu Majah 2957)
3. Memberikan Syafaat
Hajar Aswad akan memberikan syafaat dan syafaatnya diterima Allah Ta'ala sebagaimana dijelaskan dalam Hadits riwayat at-Thabrany.
Asal Usul Hajar Aswad
Hajar Aswad menduduki tempat paling mulia di muka bumi ini. Terletak di pojok Ka'bah bagian Tenggara Ka'bah. Sudut ini dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail 'alaihimussalam.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, Hajar Aswad turun dari surga, berwarna sangat putih daripada susu, lalu berwarna hitam akibat dosa manusia. (Sunan Tirmidzi 308)
Asal usul Hajar Aswad disebutkan dalam Kitab Hasyiyah Al-Bujairomi 'alal Khotib karya Syakh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimi Al-Syafii (Imam Bujairimi) wafat 1221 Hijriyah.
جَاءَ أَنَّ آدَمَ نَزَلَ مِنْ الْجَنَّةِ وَمَعَهُ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مُتَأَبِّطُهُ أَيْ تَحْتَ إبْطِهِ، وَهُوَ يَاقُوتَةٌ مِنْ يَوَاقِيتِ الْجَنَّةِ؛ وَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى طَمَسَ ضَوْأَهُ مَا اسْتَطَاعَ أَحَدٌ أَنْ يَنْظُرَ إلَيْهِ
Tak sedikit jamaah berdesak-desakan, bahkan ada yang membawa pengawal agar bisa mencium batu permata dari surga itu atau sekadar dapat mengusapnya. Pertanyaannya, mengapa harus mencium Hajar Aswad?
Jawabannya adalah karena Nabi Muhammad SAW pernah mencium dan mengusap batu tersebut. Dalam Hadis juga diterangkan bahwa mencium Hajar Aswad memiliki fadhilah (keutamaan) luar biasa. Karena itu, disunahkan untuk meletakkan dahinya ke Hajar Aswad serta menyentuh dan menciumnya sebanyak tiga kali.
Apabila tidak mampu menyentuhnya secara langsung, maka bisa dengan menggunakan tongkat, lalu mencium ujung tongkat yang menyentuh Hajar Aswad itu. Jika tidak bisa juga, maka cukup dengan memberi isyarat tangan kanan.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata:
لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَاسْتَلَمَ الْحَجَرَ ثُمَّ مَضَى عَنْ يَمِينِهِ فَرَمَلَ ثَلاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا
"Ketika Nabi shollallohu 'alaihi wasallam tiba di Mekkah, Beliau memasuki Masjidil Haram lalu mengusap Hajar Aswad, kemudian Beliau berlalu di arah sebelah kanan Hajar Aswad. Beliau berlari kecil pada tiga putaran dan berjalan pada empat putaran." (HR Muslim)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma mengatakan: "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam mengusap bagian dari Ka'bah kecuali dua Rukun yamani (yaitu Hajar Aswad dan Rukun Yamani)." (Shahih Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abis bin Robiah berkata: "Aku pernah melihat Umar bin Khattab mencium Hajar Aswad. Lantas Umar berkata: "Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, tentu aku tidak akan menciummu." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Keutamaan Mencium Hajar Aswad
Hajar Aswad adalah batu yang turun dari surga sebagaimana disebutkan dalam riwayat Hadis. Di antara keutamaan mencium Hajar Aswad disebutkan:
1. Menjadi Saksi pada Hari Kiamat
Pada hari Kiamat kelak Hajar Aswad akan menjadi saksi bagi siapa saja yang pernah menyentuhnya dengan sungguh-sungguh. Hal ini diterangkan dalam Hadis yang diriwayatkan dalam Kitab Sunan at-Tirmidzi dan Al-Ausath karya at-Thabrany.
Syakh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam Kitab Fadhilah Haji menuliskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Pada hari kiamat nanti, Allah akan membangkitkan Hajar Aswad dalam keadaan mempunyai dua mata yang dengannya ia akan melihat. Dan mempunyai lisan yang dengannya ia akan berbicara dan akan memberikan persaksiannya untuk orang-orang yang telah menciumnya dengan penuh haq." Maksud mencium dengan penuh haq adalah mencium dengan penuh keimanan dan membenarkannya.
2. Seolah-olah Bersamalan dengan Allah Yang Maha Pengasih
Baginda Rasulullah SAW mengkiaskan Hajar Aswad sebagai "tangan Allah" di bumi. Barangsiapa yang mengusap Hajar Aswad, seolah-olah sedang bersalaman dengan Allah yang Maha Pengasih. Selain itu, ia dianggap seperti sedang berbaiat kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW sebagaimana sabda beliau:
مَنْ فَاوَضَهُ، فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ
Artinya: "Barangsiapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah yang Maha Pengasih." (HR Ibnu Majah 2957)
3. Memberikan Syafaat
Hajar Aswad akan memberikan syafaat dan syafaatnya diterima Allah Ta'ala sebagaimana dijelaskan dalam Hadits riwayat at-Thabrany.
Asal Usul Hajar Aswad
Hajar Aswad menduduki tempat paling mulia di muka bumi ini. Terletak di pojok Ka'bah bagian Tenggara Ka'bah. Sudut ini dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail 'alaihimussalam.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, Hajar Aswad turun dari surga, berwarna sangat putih daripada susu, lalu berwarna hitam akibat dosa manusia. (Sunan Tirmidzi 308)
Asal usul Hajar Aswad disebutkan dalam Kitab Hasyiyah Al-Bujairomi 'alal Khotib karya Syakh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimi Al-Syafii (Imam Bujairimi) wafat 1221 Hijriyah.
جَاءَ أَنَّ آدَمَ نَزَلَ مِنْ الْجَنَّةِ وَمَعَهُ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مُتَأَبِّطُهُ أَيْ تَحْتَ إبْطِهِ، وَهُوَ يَاقُوتَةٌ مِنْ يَوَاقِيتِ الْجَنَّةِ؛ وَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى طَمَسَ ضَوْأَهُ مَا اسْتَطَاعَ أَحَدٌ أَنْ يَنْظُرَ إلَيْهِ