Kisah Menakjubkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani pada Masa Kecilnya

Rabu, 16 November 2022 - 21:49 WIB
loading...
A A A
Mendengar jawaban itu, entah mengapa sang pemuda itu tiba-tiba gemetaran dan wajahnya berubah menjadi merah. Lalu dengan suara parau ia berkata:

والله يا أخي! لقد وصلت إلى بغداد، ومعي بقية نفقة لي، فسألت عنك، فلم يرشدني أحد إلى أن نفذت نفقتي، وبقيت بعدها ثلاثة أيام لا أجد ثمن قوتي إلا من مالك، فلما كان هذا اليوم الرابع، قلت: قد تجاوزتني ثلاث أيام، وحلت لي الميتة

"Demi Allah wahai saudaraku. Aku tiba di Baghdad, sedangkan bersamaku hanya ada sedikit bekal yang tersisa. Aku telah bertanya tentang dirimu, tetapi tidak ada yang bisa menunjukkanku kepadamu. Bekalku pun habis. Selama tiga hari ini, aku tidak mempunyai uang untuk makan, selain uang milikmu yang dititipkan oleh keluargamu yang ada padaku. Ini hari ke empat, dan bagiku hartamu saat ini seperti bangkai yang telah halal bagiku karena darurat."

فأخذت من وديعتك ثمن هذا الخبز والشواء، فكل طيبا، فإنما هو لك، وأنا ضيفك الآن

"Maka aku mengambil uang titipan untukmu, seharga roti dan daging panggang ini. Sekarang, makanlah dengan tenang. Karena ia adalah milikmu. Aku sekarang adalah tamumu, yang sebelumnya kamu adalah tamuku."

Pemuda itu melanjutkan: "Ibumu telah menitipkan kepadaku uang 8 Dinar (Rp32 juta) untukmu. Aku tidak mengkhianatimu dalam hal ini sedikitpun."

Syaikh Abdul Qadir Jailani menjawab dengan jawaban lembut, menenangkan pemuda itu dengan mengatakan bahwa beliau tidak mempermasalahkan. Lalu ia memberikan sebagian uang yang tersisa dan makanan kepada pemuda tersebut.

Referensi:
Siyar A'lam Nubala (20/444-445)

(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2311 seconds (0.1#10.140)