Banjir Besar Era Nabi Nuh dan Misteri Piramida di Mesir

Selasa, 28 April 2020 - 03:02 WIB
loading...
A A A
Dia berkata, “Ketika jatuh, saya mendarat di atas sebuah ruangan yang memberikan saya rasa nyaman. Kemudian saya merobekkan sesuatu dengan senjata yang saya bawa; lalu saya menyalakan lilin dan saya berjalan di sumur itu.

Saya melihat banyak sekali kelelawar dan beberapa sosok orang yang sangat tinggi sedang bersandar dengan tongkat. Saya mendekati salah seorang dari mereka kemudian saya dorong, tiba-tiba sosok tersebut ambruk ke tanah menjadi debu yang berhamburan.

Saya ambil tongkat dari tangannya, kemudian saya terus berjalan. Tiba-tiba saya berada di depan pintu sebuah lorong. Saya berjalan menelusuri lorong itu dan ketika itu saya bertambah takut dan waswas. Di sana, saya menemukan tulang-belulang yang membusuk dan tengkorak kepala yang ukurannya sebesar semangka besar.

Ketika saya sedang berjalan di lorong tersebut, tiba-tiba kaki saya menginjak sesuatu. Saya tilik-tilik sesuatu itu, ternyata seekor musang. Saya ikuti musang itu hingga ia keluar melalui sebuah lubang. Dari lubang itu saya melihat cahaya dunia. Saya ingin sekali keluar dari lorong itu, tetapi saya tidak mampu.

Maka, dengan tongkat yang saya bawa, saya gali lubang itu hingga lubangnya sedikit membesar. Lalu saya keluar dari sana. Setelah saya melihat diri saya berada di permukaan bumi, saya terjatuh pingsan. Saya tidak tahu berada di negeri mana. Tiba-tiba di depan saya ada seseorang yang berkata, ‘Hai bocah, bangunlah! Kafilah ini akan berangkat dan meninggalkanmu.’

Saya bertanya kepadanya, ‘Berada di manakah saya ini?’ Orang itu menjawab, ‘Engkau berada di padang sahara Fayum.’ Kemudian saya berdiri dan ikut bersama rombongan itu. Ketika saya keluar dari lubang itu, saya mendapati tongkat yang saya bawa adalah emas yang sangat indah.

Dan ketika saya pingsan tongkat itu hilang dan tempat yang berlubang tersebut menghilang dari pandangan saya. Saya heran akan hal itu, dan tiba-tiba ada beberapa kafilah (rombongan) yang berkata, ‘Engkau jangan berharap tongkat itu bisa kembali kepadamu.’ Akhirnya, saya ikut bersama rombongan tersebut dan tibalah saya di Kairo.’”

Penjaga Piramida
Abu ar-Raihan al-Bairuti dalam kitabnya, al-Atsar al Baqiyah min al-Qurun al-Khaliyah, mengatakan bahwa piramida besar yang ada di sebelah timur dijaga oleh berhala dari marjan hitam dan putih dengan dua mata terbuka yang mengkilap.

Berhala tersebut berada di atas kursi yang terbuat dari emas dan di tangannya ada bayonet. Ketika seseorang mendekatinya, maka berhala itu meneriakinya dengan keras sehingga orang tersebut terjungkal, bahkan bisa sampai meninggal di tempatnya.

Sementara piramida yang berada di sebelah barat dijaga oleh berhala yang terbuat dari batu granit. Berhala itu duduk di atas kursi yang terbuat dari emas dan di kepalanya ada sejenis ular yang melingkar. Barangsiapa mendekati berhala itu, maka ular itu menyambarnya dan melingkar di atas pundaknya hingga membunuhnya, lalu ular itu akan kembali ke tempat asalnya.

Sedangkan piramida kecil yang dilapisi dengan batu granit dijaga oleh berhala yang terbuat dari batu yang kelam. Siapa pun yang melihatnya akan ditariknya hingga merapat dengannya dan orang itu tidak akan bisa beranjak dari tempatnya hingga menemui ajalnya.

Al-Mas’udi mengatakan bahwa setelah Suraid merampungkan pembuatan piramida-piramida tersebut, maka dia mempercayakan piramida-piramida itu kepada sekelompok orang ahli spiritual dan melakukan penyembelihan agar bisa menghalangi orang-orang yang bermaksud jahat terhadap piramida-piramida tersebut.

Suraid menyerahkan piramida yang berada di sebelah timur kepada seorang budak yang botak berkulit pucat, bertelanjang, dan gigi-giginya besar-besar. Piramida sebelah barat dipercayakan kepada seorang wanita telanjang, yang kelihatan alat kemaluannya, yang bisa membuat orang-orang tertawa sampai bisa membuat mereka mendekatinya dan tergoda hingga akal mereka pun hilang.

Sementara itu piramida kecil yang berwarna dipercayakan kepada seorang yang memegang pedupaan dan memakai baju kerahiban. Dia membakar pedupaan di sekitar piramida tersebut.

Sekelompok orang dari penduduk Hirah (sebuah wilayah yang berada di Irak) menceritakan bahwa mereka sering melihat orang tersebut sedang berkeliling di sekitar piramida ketika waktu qailulah (waktu istirahat siang) dan ketika menjelang matahari terbenam. Apabila mereka mendekatinya, orang tersebut menghilang dari mereka; dan ketika mereka menjauh, maka dari kejauhan orang itu kelihatan oleh mereka.

Menurut cerita yang dinukil oleh Muhammad bin ‘Abdul Karim, di salah satu dari dua piramida tersebut ada kuburan Achudimon dan di piramida yang satunya lagi ada kuburan Hermez. Achudimon lebih dahulu daripada Hermez dan keduanya merupakan filosof Yunani.

Orang-orang Shabi’ah (penyembah bintang) dari pelosok bumi suka mengunjungi piramida-piramida itu dengan membawa harta benda yang sangat banyak untuk menunaikan nazar. Dan di tepi barat di belakang piramida-piramida tersebut terdapat 400 kota yang makmur.

Menurut cerita yang dinukil oleh Abu al-Hasan al-Mas’udi dalam kitabnya, Muruj adz-Dzahab, dikatakan bahwa setelah Suraid merampungkan pembuatan piramida-piramida itu, dia membungkusnya dari atas hingga bawah dengan kain sutera berwarna.

Dia mengadakan upacara yang dihadiri oleh para tokoh di wilayah kekuasaannya, dan di pinggir-pinggir piramida itu dia menulis, “Ini adalah bangunan milik Suraid bin Syahluq yang telah dia bangun selama 60 puluh tahun. Barangsiapa mengaku memiliki kekuatan dalam kerajaannya, maka hancurkan piramida-piramida ini dalam 600 tahun, padahal menghancurkan itu lebih mudah daripada membangun.”

Menurut sebuah riwayat, dikatakan bahwa ketika Khalifah al-Ma’mun membuka sebuah pintu yang ada di dalam piramida besar, dia menemukan sebuah potongan marjan yang bentuknya seperti selembar kayu. Di dalam potongan itu tertulis dengan pena tempo dahulu, “Ini adalah bangunan milik Suraid…(hingga akhir tulisannya).”
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1271 seconds (0.1#10.140)