Kisah Mualaf Amerika Raphael Narbaez Jr, Pendeta Saksi Yehova yang Memeluk Islam
loading...
A
A
A
Raphael Raphael Narbaez Jr dilahirkan di Texas berdarah Latin. Dia adalah seorang pelawak sekaligus dosen di Los Angeles. Ia menghadiri pertemuan Saksi Yehova di Texas. Lalu memberikan ceramah Injilnya yang pertama pada usia 16 tahun. Selanjutnya, mengurus jemaatnya sendiri pada usia 20 tahun, dan dicalonkan untuk posisi kepemimpinan di antaran 904.000 anggota Saksi Yehova di Amerika Serikat .
Steven Barbosa dalam buku berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" menuturkan pada 1 November 1991, Raphael Narbaez memeluk agama Islam. Ia menukar Injilnya dengan Al-Quran setelah memberanikan diri mengunjungi masjid setempat.
Ia membawa kepada masyarakat Muslim sistem organisasi dan keahlian berbicara yang dikembangkannya di kalangan Saksi Yehova. Dia berbicara dengan keterbatasan sebagai seorang muallaf, tetapi dia adalah orang yang dapat membuat para imigran Muslim menertawakan diri mereka sendiri.
Berikut penuturan Raphael Narbaez selengkapnya sebagaimana dinukil dalam buku yang sudah diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995). Dia menuturkan kisahnya dengan menirukan gaya beberapa karakter.
Suatu hari saya dengan beberapa pengikut Saksi Yehova berdiskusi di ruang tamu orangtua saya. Kami membicarakan tentang Hari Akhir. "Itu Armageddon! Akhir kehidupan! Kristus datang! Dan Anda tahu hujan es sebesar mobil akan tiba! Tuhan akan menggunakan apa saja untuk menghancurkan sistem yang jahat ini dan menghapuskan pemerintahan! Dan Injil berkisah tentang retakan-retakan bumi! Yang akan menelan seluruh kompleks perkotaan!"
Saya ketakutan setengah mati! Kemudian ibu saya menimpali, "Kamu tahu apa yang akan terjadi padamu jika kamu tidak dibaptis, dan jika kamu tidak melaksanakan perintah Tuhan? Bumi akan menelanmu, atau salah satu batu es yang besar itu akan menghantam kepalamu, merobohkanmu, dan kamu tidak pernah hidup lagi. Saya harus melahirkan anak yang lain."
Saya tidak ingin mengambil risiko dihantam salah satu batu es yang besar itu. Maka saya pun dibaptis. Saksi Yehova tidak membaptis dengan percikan air. Mereka menenggelamkan seluruh tubuh Anda, membiarkan Anda di sana sebentar, kemudian mengangkat Anda kembali.
Saya dibaptis pada usia 13 tahun, tanggal 7 September 1963. Tempatnya di Pasadena, California, di Rose Bowl. Acara itu merupakan pertemuan internasional yang besar. Dihadiri 100.000 orang. Kami datang dengan mengendarai mobil dari Lubbock, Texas.
Akhirnya saya mulai memberikan ceramah yang agak besar sepuluh menit di hadapan para jemaat. Dan seorang utusan keliling menganjurkan saya untuk memberikan ceramah satu jam yang dilaksanakan pada hari Minggu, di mana mereka mengundang masyarakat umum. Ceramah itu biasanya diberikan kepada anggota jemaat yang lebih tua.
[Dengan suara berwibawa:] "Memang dia masih muda. Tetapi dia dapat menangani hal ini. Dia seorang bocah Kristen yang baik. Dia tidak mempunyai sifat buruk, dan dia patuh pada orang tuanya dan tampaknya dia mempunyai pengetahuan yang baik tentang Injil."
Maka pada usia enam belas tahun saya mulai memberikan ceramah di hadapan seluruh anggota jemaat. Terlebih dahulu saya ditugaskan menangani sebuah kelompok di Sweetwater, Texas, kemudian akhirnya di Brownfield, Texas. Pada usia dua puluh tahun, saya telah menjadi apa yang mereka sebut sebagai pendeta pemula.
Saksi Yehova mempunyai program latihan yang sangat canggih, dan mereka juga mempunyai semacam sistem kuota. Anda harus mempersembahkan sepuluh sampai dua belas jam sebulan untuk melakukan ceramah dari pintu ke pintu. Seperti manajemen penjualan. IBM mungkin tidak sehebat itu.
Ketika menjadi pendeta pemula, saya menghabiskan sebagian besar waktu saya untuk melakukan khutbah dari rumah ke rumah. Saya harus melakukannya sebanyak 100 jam sebulan, dan saya harus menguasai tujuh Injil. Saya mulai mengajar jemaat yang lain. Saya mulai mendapat banyak tanggung jawab. Saya kemudian diterima di sebuah sekolah di Brooklyn, New York, sebuah sekolah Saksi Yehova yang sangat elit untuk creme de la creme.
Banyak hal yang tidak lagi masuk akal bagi saya. Contohnya, sistem kuota. Tampaknya setiap kali saya ingin melewati masa krisis dan mendapatkan posisi pertanggungjawaban yang lain, saya harus melakukan hal-hal sekular duniawi untuk membuktikan kesalehan saya. Sepertinya jika Anda memenuhi kuota Anda bulan ini, Tuhan menyayangi Anda. Jika Anda tidak memenuhi kuota Anda bulan depan, Tuhan tidak mencintai Anda. Hal itu sangat tidak masuk akal. Bulan ini Tuhan mencintai Anda dan bulan yang lain Dia tidak mencintai Anda?
Hal lain yang mulai saya perhatikan adalah tentang ramalan hari akhir. Hanya Saksi Yehova yang akan diselamatkan menurut aturan Tuhan yang baru, orang lain tidak, karena mereka semua mempraktikkan agama yang salah.
Nah, saya pikir, Ibu Theresa adalah seorang Katolik. Katolik adalah musuh kami yang mengerikan. Lalu saya berkata, 'Tunggu dulu, Ibu Theresa telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan Jesus: rawatlah orang miskin, orang yang sakit, anak yatim. Apakah dia tidak akan mendapat pertolongan Tuhan karena dia seorang Katolik?'
Kami mengkritik Gereja Katolik karena mereka harus membuat pengakuan dosa kepada seorang manusia, seorang pendeta. Kami katakan, "Anda tidak perlu mendatangi seorang manusia untuk mengakui dosa-dosa Anda! Anda berdoa kepada Tuhan!"
Tetapi kami sendiri mendatangi Jasad Para Pendahulu. Jadi di Saksi Yehova Anda mengakui dosa kepada mereka, lalu mereka menghubungi Anda dan berkata [Para Pendahulu itu berlaku seperti operator telepon:] "Tunggu sebentar... Bagaimana menurutmu, Tuhan? Tidak?... baiklah, maaf, kami telah berusaha sebaik mungkin tetapi tampaknya Anda belum betul-betul bertobat. Dosa Anda terlalu besar, maka Anda akan dikeluarkan dari keanggotaan gereja atau Anda harus mengikuti masa percobaan."
Jika dosa itu terhadap Tuhan, tidakkah seharusnya saya langsung menghadap Tuhan untuk memohon ampunan?
Mungkin yang mempercepat kelunturan kepercayaan saya adalah setelah saya memperhatikan bahwa mereka kurang membaca Injilnya. Saksi Yehova mempunyai buku-buku tentang segala sesuatu yang diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society.
Satu-satunya orang di seluruh dunia yang mengetahui bagaimana terjemahan Kitab Injil yang benar adalah sekelompok orang dalam sebuah komite yang berkedudukan di Brooklyn.
Merekalah yang memberitahu Saksi Yehova di seluruh dunia cara berpakaian, cara berjalan, apa yang harus dikatakan, apa yang tidak boleh dikatakan, bagaimana mengaplikasikan Kitab Suci, dan akan menjadi seperti apa dunia ini nantinya.
Tuhan mengajarkan pada mereka, dan mereka mengajarkannya pada kami. Saya menghormati buku-buku itu. Tetapi jika Injil adalah sebuah buku petunjuk dari Tuhan, bukankah kami seharusnya mencari jawaban dari Injil tersebut? Paul sendiri berkata carilah bagi dirimu sendiri mana kata-kata Tuhan yang benar dan dapat diterima. Jangan biarkan orang menggelitik telingamu.
Saya mulai berkata, "Jangan terlalu khawatir pada apa yang dikatakan oleh Watchtower --bacalah sendiri Injil." Telinga-telinga mulai terpasang.
Bahkan ayah saya berkata, "Sebaiknya engkau berhati-hati, anak muda. Yang bicara itu iblis. Dia berusaha untuk masuk dan memecah belah."
Saya bilang, "Ayah, itu bukan iblis. Orang-orang tidak perlu membaca buku-buku lain sebanyak ini. Mereka dapat menemukan jawabannya dengan berdoa dan membaca Injil."
Organisasi Buatan Manusia
Secara spiritual saya tidak lagi merasa nyaman. Maka pada 1979, setelah cukup yakin, saya pergi, dengan rasa tidak puas dan dengan rasa yang tidak enak di mulut, sebab selama hidup saya telah mencurahkan jiwa saya, hati saya, pikiran saya untuk gereja. Itulah masalahnya. Saya tidak menyalahkan Tuhan. Saya menimpakan kesalahan itu pada organisasi buatan manusia.
Saya tidak dapat berpindah ke agama lain. Sebagai seorang Saksi Yehova, saya telah dilatih, melalui Kitab Suci, untuk melihat bahwa mereka semua salah. Pemujaan terhadap berhala itu buruk. Trinitas itu tidak ada.
Saya seperti orang tanpa agama. Saya bukan orang tanpa Tuhan. Tetapi kemana saya bisa pergi?
Pada 1985, saya memutuskan untuk datang ke Los Angeles dan mengikuti pertunjukan Johnny Carson dan memulai debut saya sebagai seorang pelawak dan aktor besar. Saya selalu merasa bahwa saya dilahirkan untuk menjadi sesuatu. Saya tidak tahu apakah saya akan menjadi penemu obat untuk kanker atau menjadi aktor. Saya selalu berdoa dan menjadi putus asa untuk sementara waktu.
Lalu saya pergi ke Gereja Katolik di dekat rumah saya. Saya mencobanya. Saya ingat pada Rabu Ketujuh (sebelum Paskah), mereka menyilangkan abu di dahi saya. Saya mencoba segala sesuatu yang dapat saya lakukan. Saya mengikutinya selama dua atau tiga bulan, dan saya tidak dapat mengikutinya. Ritualnya hanyalah:
Berdiri.
Duduk.
Berdiri.
Duduk.
Baik, julurkan lidah kalian keluar.
Anda mendapatkan berbagai latihan. Saya kira saya kehilangan berat badan saya lima pon. Tetapi begitulah. Jadi waktu itu saya lebih sesat dari sebelumnya.
Tetapi tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa tidak ada Sang Pencipta. Saya mempunyai nomor telpon-Nya, tetapi salurannya selalu sibuk.
Saya membuat film kecil-kecilan. Sebuah film yang berjudul Deadly Intent. Iklan telepon di Chicago. Iklan Exxon. Beberapa iklan bank. Sementara itu saya melakukan pekerjaan konstruksi sebagai sambilan.
Kami bekerja di komplek pertokoan. Saat itu musim liburan, dan mereka mendirikan stand-stand tambahan di jalan masuk. Setiap stand dijaga oleh seorang wanita. Kami harus lewat di depannya. Saya menyapa salah seorang dari mereka, "Selamat pagi, bagaimana kabar Anda?" Dia diam saja, kalaupun dia mengatakan sesuatu, itu hanyalah "Hai." Hanya itu.
Akhirnya saya berkata, 'Nona, Anda tidak pernah mengatakan sesuatu. Saya minta maaf jika yang saya ucapkan menyinggung perasaan Anda.'
Dia berkata, "Tidak apa-apa, saya seorang Muslim."
"Anda apa?"
"Saya seorang Muslim, dan wanita Muslimah tidak berbicara dengan lelaki kecuali kalau ada hal penting yang harus disampaikan."
"Ohhh. Muslim."
Dia berkata, "Ya, kami menjalankan ajaran agama Islam."
"Islam-bagaimana Anda mengejanya?"
"I-s-l-a-m."
Saat itu, yang saya ketahui hanyalah bahwa semua orang Muslim adalah teroris. Tetapi dia tidak berjenggot. Bagaimana mungkin dia seorang Muslim?
"Bagaimana asal agama ini?"
"Dimulai dengan seorang nabi."
"Seorang nabi?"
"Muhammad."
Saya memulai menyelidiki. Saya belum ada niat untuk menjadi seorang Muslim.
Liburan berlalu. Stand-stand itu dipindahkan. Dia pun pergi.
Injil Gideon
Saya terus berdoa, dan bertanya mengapa doa-doa saya tidak dikabulkan. Pada November 1991, saya membawa paman saya Rockie pulang dari rumah sakit. Saya mengosongkan lacinya untuk mengepak barang-barangnya. Di sana saya temukan sebuah Injil Gideon. Saya berkata, Tuhan telah menjawab doa saya. Kitab Injil Gideon. (Tentu saja, mereka meletakkannya di setiap ruangan hotel.) Ini adalah pertanda dari Tuhan bahwa Dia siap mengajar saya.
Jadi saya curi Injil itu.
Saya pulang dan berdoa: Oh Tuhan, bimbing saya untuk menjadi seorang Kristen. Jangan ajarkan jalannya Saksi Yehova pada saya. Jangan ajarkan jalannya orang Katolik pada saya. Ajarkan saya jalan-Mu! Engkau tidak menciptakan Injil ini begitu sulit sehingga orang awam yang bersungguh-sungguh dalam doanya tidak dapat memahaminya.
Saya menamatkan Kitab Perjanjian Baru. Saya mulai membaca Perjanjian Lama. Akhirnya ada suatu bagian dalam Injil itu yang membicarakan tentang nabi-nabi.
Saya bilang, 'Sebentar, wanita Muslimah itu berkata dia mempunyai seorang nabi. Bagaimana mungkin dia tidak disebutkan di sini?'
Saya mulai berpikir, kaum Muslimin --jumlahnya satu miliar di dunia. Bung, secara teori satu dari setiap lima orang di jalanan mungkin seorang Muslim. Dan saya berpikir: Satu miliar orang! Hei, setan memang hebat. Tetapi dia tidak sehebat itu.
Kemudian saya berkata, saya akan membaca kitab mereka, Al-Quran, dan saya akan melihat rangkaian kebohongan macam apakah itu. Mungkin di situ termuat gambaran bagaimana cara membongkar AK-47. Lalu saya pergi ke toko buku bahasa Arab.
Mereka bertanya, "Apa yang dapat saya bantu?"
"Saya mencari sebuah Al-Quran."
"Baik, kami memiliki beberapa jenis."
Mereka mempunyai edisi yang bagus --harganya tiga puluh, empat puluh dolar.
"Saya hanya ingin membacanya, saya tidak ingin menjadi pengikutnya."
"Baik, kami mempunyai edisi bersampul tipis yang kecil, harganya lima dolar."
Saya pulang ke rumah, dan mulai membaca Al-Quran dari awal, dari surat Al-Fatihah. Dan saya tidak dapat melepaskan mata saya darinya.
Hei, lihat. Kitab ini membicarakan tentang Nuh. Dalam Injil juga ada Nuh. Hei, ini juga membicarakan Luth dan Ibrahim. Saya tidak dapat mempercayainya. Saya tidak pernah mengetahui bahwa nama Setan adalah Iblis.
Ketika Anda mendapat gambar di pesawat televisi dan tampaknya ada sedikit gangguan, lalu Anda memencet tombol [klop] --tersetel bagus. Itulah yang sebenarnya terjadi dengan Al-Quran.
Saya menyelesaikan seluruh isi Al-Quran. Lalu saya berkata, 'Baik, saya telah melakukan hal ini, sekarang apa yang selanjutnya harus saya lakukan?'
Nah, saya harus pergi ke tempat pertemuan mereka. Saya melihat halaman kuning, dan akhirnya saya menemukan berita ini: Pusat Islam California Selatan, di Vermont. Saya menelpon dan mereka berkata, "Datanglah pada hari Jumat."
Sekarang saya benar-benar gelisah, sebab sekarang saya tahu bahwa saya akan berhadapan dengan Habib dan AK-47nya.
Saya ingin orang-orang mengetahui bagaimana rasanya bagi seorang Kristen Amerika memeluk agama Islam. Saya bergurau masalah AK-47, tetapi saya tidak tahu apakah mereka menyimpan pisau belati di balik jubah mereka. Jadi saya masuk, dan benar sekali, di sana ada seorang rekan yang tingginya enam koma tiga kaki, beratnya 240 pound, berjenggot dan lain-lain, dan saya hanya terpesona.
Saya berjalan dan berkata, "Permisi, tuan."
[Dengan aksen bahasa Arab:] "Balik ke belakang!"
Dia mengira saya telah menjadi anggota.
Saya berkata, "Ya tuan, ya tuan" [tanpa perlawanan].
Saya tidak tahu untuk apa saya kembali ke belakang, tetapi saya kembali ke belakang. Mereka telah mendirikan tenda dan menggelar permadani. Saya menunggu di sana, dengan malu-malu, dan orang-orang duduk mendengarkan ceramah. Dan orang-orang berkata, "Silakan saudara, duduklah." Saya menjawab, "Tidak, terimakasih, tidak, terimakasih, saya hanya berkunjung."
Akhirnya ceramah itu selesai. Mereka semua berbaris untuk melakukan sholat. Saya sungguh terperanjat.
Peristiwa itu mempengaruhi saya secara intelektual, dalam otot saya, dalam tulang saya, dalam hati saya dan dalam jiwa saya.
Kemudian sholat telah usai. Saya berkata, "hei, siapa yang akan memperkenalkan saya?" Lalu saya mulai bercampur dengan mereka seolah-olah saya salah satu dari mereka, dan saya berjalan ke dalam masjid dan seorang rekan menyapa, "Assalaamu alaikum ". Saya berpikir, "Apakah dia mengatakan "salt and bacon"?"
"Assalaamu alaikum."
Ada orang lain yang mengatakan "salt and bacon" lagi kepada saya.
Saya tidak tahu apa yang mereka katakan, tetapi mereka semua tersenyum.
Sebelum salah satu orang-orang itu mengetahui bahwa saya tidak semestinya ada di sana dan membawa saya ke kamar penyiksaan, atau memenggal kepala saya, saya ingin melihat sebanyak mungkin. Akhirnya saya masuk ke perpustakaan, dan di sana ada seorang rekan dari Mesir yang masih muda; namanya Omar. Tuhan mengutusnya kepada saya.
Omar menghampiri saya, dan dia berkata, "Maaf. Apa ini kunjungan Anda yang pertama ke sini?" Aksennya kental sekali.
Saya menjawab, Ya.
"Ohh, bagus sekali. Anda seorang Muslim?"
"Bukan, saya baru membaca sedikit."
"Oh, Anda sedang belajar? Ini kunjungan pertama Anda ke masjid?"
"Ya."
"Mari, saya bawa Anda berkeliling." Lalu dia menggandeng tangan saya, dan saya berjalan dengan orang asing-bergandengan tangan. Saya berkata, orang-orang Muslim ini begitu ramah.
Lalu dia mengajak saya berkeliling. "Pertama-tama, itu ruangan sholat kami, dan Anda harus membuka sepatu Anda di sini."
"Apa ini?"
"Ini kotak-kotak kecil. Di situlah Anda menyimpan sepatu Anda."
"Mengapa?"
"Karena Anda mendekati daerah sholat, dan tempat ini sangat suci. Anda tidak boleh masuk ke sana dengan memakai sepatu; ruangan ini dijaga agar benar-benar bersih."
Kemudian dia membawa saya ke toilet untuk lelaki.
"Di situ kami mengambil wudhu."
"Voodoo! Saya tidak membaca apa pun tentang voodoo!"
"Bukan, bukan voodoo. Wudhu!"
"Baiklah, karena saya pernah melihat voodoo itu dengan boneka dan jarum, saya belum siap dengan komitmen semacam itu."
Dia berkata, "Bukan itu, wudhu untuk mensucikan diri kami."
"Mengapa Anda melakukan itu?"
"Ketika Anda berdoa kepada Tuhan, Anda harus suci, maka kami membasuh tangan dan kaki kami."
Jadi saya mempelajari semua hal itu. Dia membiarkan saya pergi, dan berkata, "Silakan datang lagi nanti."
Saya kembali dan meminta kepada penjaga perpustakaan sebuah pedoman sholat, lalu saya pulang dan mempraktikkannya. Saya merasa kalau saya berusaha untuk melakukannya dengan benar, Tuhan pasti akan menerimanya. Saya melanjutkan membaca dan mengunjungi masjid.
Saya ada janji pergi berkunjung ke Midwest untuk pentas komedi. Saya membawa sajadah saya. Saya tahu bahwa saya diperintahkan untuk melakukan sholat pada waktu-waktu tertentu, tetapi ada tempat-tempat tertentu di mana Anda tidak diperbolehkan melakukan sholat, salah satunya di kamar mandi. Saya pergi ke ruang pria di terminal, menggelar sajadah, lalu melakukan sholat.
Saya kembali, dan ketika bulan Ramadhan telah usai, saya mulai mendapat panggilan dari beberapa daerah negara ini untuk datang dan memberikan ceramah sebagai mantan pendeta Saksi Yehova yang memeluk agama Islam. Orang mendapati saya sebagai sosok yang baru.
[Dua orang pendatang bercakap-cakap:]
"Orang ini lelaki Amerika yang jantan. Dia dahulu seorang Saksi Yehova."
"Orang-orang yang datang pagi hari?"
"Ya, mereka."
"Yang tidak pernah membiarkan kita tidur di hari Minggu?"
"Ya, dia salah satu dari mereka. Sekarang dia salah satu dari kita."
Akhirnya seseorang mendatangi saya dan berkata [Dengan aksen Pakistan], "Oh, saudaraku, bicaramu sungguh bagus. Tetapi Anda tahu, dalam aliran Syafi'i--"
Saya hanya menoleh kepadanya dan berkata, "Wah, saudaraku, maaf, saya sebenarnya ingin memahami hal itu, tetapi saya tidak tahu apa-apa tentang Islam kecuali yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah."
Beberapa di antara mereka terperanjat dan berkata, "Ha-ha! Kasihan sekali. Dia tidak tahu apa-apa. Dia hanya mengetahui Al-Quran."
Hanya itu yang semestinya saya ketahui. Dan itu merupakan perlindungan yang menyenangkan. Saya pikir segala sesuatu ada di tangan Tuhan.
Raphael menunaikan ibadah haji pada 1993.
Steven Barbosa dalam buku berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" menuturkan pada 1 November 1991, Raphael Narbaez memeluk agama Islam. Ia menukar Injilnya dengan Al-Quran setelah memberanikan diri mengunjungi masjid setempat.
Ia membawa kepada masyarakat Muslim sistem organisasi dan keahlian berbicara yang dikembangkannya di kalangan Saksi Yehova. Dia berbicara dengan keterbatasan sebagai seorang muallaf, tetapi dia adalah orang yang dapat membuat para imigran Muslim menertawakan diri mereka sendiri.
Berikut penuturan Raphael Narbaez selengkapnya sebagaimana dinukil dalam buku yang sudah diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995). Dia menuturkan kisahnya dengan menirukan gaya beberapa karakter.
Suatu hari saya dengan beberapa pengikut Saksi Yehova berdiskusi di ruang tamu orangtua saya. Kami membicarakan tentang Hari Akhir. "Itu Armageddon! Akhir kehidupan! Kristus datang! Dan Anda tahu hujan es sebesar mobil akan tiba! Tuhan akan menggunakan apa saja untuk menghancurkan sistem yang jahat ini dan menghapuskan pemerintahan! Dan Injil berkisah tentang retakan-retakan bumi! Yang akan menelan seluruh kompleks perkotaan!"
Saya ketakutan setengah mati! Kemudian ibu saya menimpali, "Kamu tahu apa yang akan terjadi padamu jika kamu tidak dibaptis, dan jika kamu tidak melaksanakan perintah Tuhan? Bumi akan menelanmu, atau salah satu batu es yang besar itu akan menghantam kepalamu, merobohkanmu, dan kamu tidak pernah hidup lagi. Saya harus melahirkan anak yang lain."
Saya tidak ingin mengambil risiko dihantam salah satu batu es yang besar itu. Maka saya pun dibaptis. Saksi Yehova tidak membaptis dengan percikan air. Mereka menenggelamkan seluruh tubuh Anda, membiarkan Anda di sana sebentar, kemudian mengangkat Anda kembali.
Saya dibaptis pada usia 13 tahun, tanggal 7 September 1963. Tempatnya di Pasadena, California, di Rose Bowl. Acara itu merupakan pertemuan internasional yang besar. Dihadiri 100.000 orang. Kami datang dengan mengendarai mobil dari Lubbock, Texas.
Akhirnya saya mulai memberikan ceramah yang agak besar sepuluh menit di hadapan para jemaat. Dan seorang utusan keliling menganjurkan saya untuk memberikan ceramah satu jam yang dilaksanakan pada hari Minggu, di mana mereka mengundang masyarakat umum. Ceramah itu biasanya diberikan kepada anggota jemaat yang lebih tua.
[Dengan suara berwibawa:] "Memang dia masih muda. Tetapi dia dapat menangani hal ini. Dia seorang bocah Kristen yang baik. Dia tidak mempunyai sifat buruk, dan dia patuh pada orang tuanya dan tampaknya dia mempunyai pengetahuan yang baik tentang Injil."
Maka pada usia enam belas tahun saya mulai memberikan ceramah di hadapan seluruh anggota jemaat. Terlebih dahulu saya ditugaskan menangani sebuah kelompok di Sweetwater, Texas, kemudian akhirnya di Brownfield, Texas. Pada usia dua puluh tahun, saya telah menjadi apa yang mereka sebut sebagai pendeta pemula.
Saksi Yehova mempunyai program latihan yang sangat canggih, dan mereka juga mempunyai semacam sistem kuota. Anda harus mempersembahkan sepuluh sampai dua belas jam sebulan untuk melakukan ceramah dari pintu ke pintu. Seperti manajemen penjualan. IBM mungkin tidak sehebat itu.
Ketika menjadi pendeta pemula, saya menghabiskan sebagian besar waktu saya untuk melakukan khutbah dari rumah ke rumah. Saya harus melakukannya sebanyak 100 jam sebulan, dan saya harus menguasai tujuh Injil. Saya mulai mengajar jemaat yang lain. Saya mulai mendapat banyak tanggung jawab. Saya kemudian diterima di sebuah sekolah di Brooklyn, New York, sebuah sekolah Saksi Yehova yang sangat elit untuk creme de la creme.
Banyak hal yang tidak lagi masuk akal bagi saya. Contohnya, sistem kuota. Tampaknya setiap kali saya ingin melewati masa krisis dan mendapatkan posisi pertanggungjawaban yang lain, saya harus melakukan hal-hal sekular duniawi untuk membuktikan kesalehan saya. Sepertinya jika Anda memenuhi kuota Anda bulan ini, Tuhan menyayangi Anda. Jika Anda tidak memenuhi kuota Anda bulan depan, Tuhan tidak mencintai Anda. Hal itu sangat tidak masuk akal. Bulan ini Tuhan mencintai Anda dan bulan yang lain Dia tidak mencintai Anda?
Hal lain yang mulai saya perhatikan adalah tentang ramalan hari akhir. Hanya Saksi Yehova yang akan diselamatkan menurut aturan Tuhan yang baru, orang lain tidak, karena mereka semua mempraktikkan agama yang salah.
Nah, saya pikir, Ibu Theresa adalah seorang Katolik. Katolik adalah musuh kami yang mengerikan. Lalu saya berkata, 'Tunggu dulu, Ibu Theresa telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan Jesus: rawatlah orang miskin, orang yang sakit, anak yatim. Apakah dia tidak akan mendapat pertolongan Tuhan karena dia seorang Katolik?'
Kami mengkritik Gereja Katolik karena mereka harus membuat pengakuan dosa kepada seorang manusia, seorang pendeta. Kami katakan, "Anda tidak perlu mendatangi seorang manusia untuk mengakui dosa-dosa Anda! Anda berdoa kepada Tuhan!"
Tetapi kami sendiri mendatangi Jasad Para Pendahulu. Jadi di Saksi Yehova Anda mengakui dosa kepada mereka, lalu mereka menghubungi Anda dan berkata [Para Pendahulu itu berlaku seperti operator telepon:] "Tunggu sebentar... Bagaimana menurutmu, Tuhan? Tidak?... baiklah, maaf, kami telah berusaha sebaik mungkin tetapi tampaknya Anda belum betul-betul bertobat. Dosa Anda terlalu besar, maka Anda akan dikeluarkan dari keanggotaan gereja atau Anda harus mengikuti masa percobaan."
Jika dosa itu terhadap Tuhan, tidakkah seharusnya saya langsung menghadap Tuhan untuk memohon ampunan?
Mungkin yang mempercepat kelunturan kepercayaan saya adalah setelah saya memperhatikan bahwa mereka kurang membaca Injilnya. Saksi Yehova mempunyai buku-buku tentang segala sesuatu yang diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society.
Satu-satunya orang di seluruh dunia yang mengetahui bagaimana terjemahan Kitab Injil yang benar adalah sekelompok orang dalam sebuah komite yang berkedudukan di Brooklyn.
Merekalah yang memberitahu Saksi Yehova di seluruh dunia cara berpakaian, cara berjalan, apa yang harus dikatakan, apa yang tidak boleh dikatakan, bagaimana mengaplikasikan Kitab Suci, dan akan menjadi seperti apa dunia ini nantinya.
Tuhan mengajarkan pada mereka, dan mereka mengajarkannya pada kami. Saya menghormati buku-buku itu. Tetapi jika Injil adalah sebuah buku petunjuk dari Tuhan, bukankah kami seharusnya mencari jawaban dari Injil tersebut? Paul sendiri berkata carilah bagi dirimu sendiri mana kata-kata Tuhan yang benar dan dapat diterima. Jangan biarkan orang menggelitik telingamu.
Saya mulai berkata, "Jangan terlalu khawatir pada apa yang dikatakan oleh Watchtower --bacalah sendiri Injil." Telinga-telinga mulai terpasang.
Bahkan ayah saya berkata, "Sebaiknya engkau berhati-hati, anak muda. Yang bicara itu iblis. Dia berusaha untuk masuk dan memecah belah."
Saya bilang, "Ayah, itu bukan iblis. Orang-orang tidak perlu membaca buku-buku lain sebanyak ini. Mereka dapat menemukan jawabannya dengan berdoa dan membaca Injil."
Organisasi Buatan Manusia
Secara spiritual saya tidak lagi merasa nyaman. Maka pada 1979, setelah cukup yakin, saya pergi, dengan rasa tidak puas dan dengan rasa yang tidak enak di mulut, sebab selama hidup saya telah mencurahkan jiwa saya, hati saya, pikiran saya untuk gereja. Itulah masalahnya. Saya tidak menyalahkan Tuhan. Saya menimpakan kesalahan itu pada organisasi buatan manusia.
Saya tidak dapat berpindah ke agama lain. Sebagai seorang Saksi Yehova, saya telah dilatih, melalui Kitab Suci, untuk melihat bahwa mereka semua salah. Pemujaan terhadap berhala itu buruk. Trinitas itu tidak ada.
Saya seperti orang tanpa agama. Saya bukan orang tanpa Tuhan. Tetapi kemana saya bisa pergi?
Pada 1985, saya memutuskan untuk datang ke Los Angeles dan mengikuti pertunjukan Johnny Carson dan memulai debut saya sebagai seorang pelawak dan aktor besar. Saya selalu merasa bahwa saya dilahirkan untuk menjadi sesuatu. Saya tidak tahu apakah saya akan menjadi penemu obat untuk kanker atau menjadi aktor. Saya selalu berdoa dan menjadi putus asa untuk sementara waktu.
Lalu saya pergi ke Gereja Katolik di dekat rumah saya. Saya mencobanya. Saya ingat pada Rabu Ketujuh (sebelum Paskah), mereka menyilangkan abu di dahi saya. Saya mencoba segala sesuatu yang dapat saya lakukan. Saya mengikutinya selama dua atau tiga bulan, dan saya tidak dapat mengikutinya. Ritualnya hanyalah:
Berdiri.
Duduk.
Berdiri.
Duduk.
Baik, julurkan lidah kalian keluar.
Anda mendapatkan berbagai latihan. Saya kira saya kehilangan berat badan saya lima pon. Tetapi begitulah. Jadi waktu itu saya lebih sesat dari sebelumnya.
Tetapi tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa tidak ada Sang Pencipta. Saya mempunyai nomor telpon-Nya, tetapi salurannya selalu sibuk.
Saya membuat film kecil-kecilan. Sebuah film yang berjudul Deadly Intent. Iklan telepon di Chicago. Iklan Exxon. Beberapa iklan bank. Sementara itu saya melakukan pekerjaan konstruksi sebagai sambilan.
Kami bekerja di komplek pertokoan. Saat itu musim liburan, dan mereka mendirikan stand-stand tambahan di jalan masuk. Setiap stand dijaga oleh seorang wanita. Kami harus lewat di depannya. Saya menyapa salah seorang dari mereka, "Selamat pagi, bagaimana kabar Anda?" Dia diam saja, kalaupun dia mengatakan sesuatu, itu hanyalah "Hai." Hanya itu.
Akhirnya saya berkata, 'Nona, Anda tidak pernah mengatakan sesuatu. Saya minta maaf jika yang saya ucapkan menyinggung perasaan Anda.'
Dia berkata, "Tidak apa-apa, saya seorang Muslim."
"Anda apa?"
"Saya seorang Muslim, dan wanita Muslimah tidak berbicara dengan lelaki kecuali kalau ada hal penting yang harus disampaikan."
"Ohhh. Muslim."
Dia berkata, "Ya, kami menjalankan ajaran agama Islam."
"Islam-bagaimana Anda mengejanya?"
"I-s-l-a-m."
Saat itu, yang saya ketahui hanyalah bahwa semua orang Muslim adalah teroris. Tetapi dia tidak berjenggot. Bagaimana mungkin dia seorang Muslim?
"Bagaimana asal agama ini?"
"Dimulai dengan seorang nabi."
"Seorang nabi?"
"Muhammad."
Saya memulai menyelidiki. Saya belum ada niat untuk menjadi seorang Muslim.
Liburan berlalu. Stand-stand itu dipindahkan. Dia pun pergi.
Injil Gideon
Saya terus berdoa, dan bertanya mengapa doa-doa saya tidak dikabulkan. Pada November 1991, saya membawa paman saya Rockie pulang dari rumah sakit. Saya mengosongkan lacinya untuk mengepak barang-barangnya. Di sana saya temukan sebuah Injil Gideon. Saya berkata, Tuhan telah menjawab doa saya. Kitab Injil Gideon. (Tentu saja, mereka meletakkannya di setiap ruangan hotel.) Ini adalah pertanda dari Tuhan bahwa Dia siap mengajar saya.
Jadi saya curi Injil itu.
Saya pulang dan berdoa: Oh Tuhan, bimbing saya untuk menjadi seorang Kristen. Jangan ajarkan jalannya Saksi Yehova pada saya. Jangan ajarkan jalannya orang Katolik pada saya. Ajarkan saya jalan-Mu! Engkau tidak menciptakan Injil ini begitu sulit sehingga orang awam yang bersungguh-sungguh dalam doanya tidak dapat memahaminya.
Saya menamatkan Kitab Perjanjian Baru. Saya mulai membaca Perjanjian Lama. Akhirnya ada suatu bagian dalam Injil itu yang membicarakan tentang nabi-nabi.
Saya bilang, 'Sebentar, wanita Muslimah itu berkata dia mempunyai seorang nabi. Bagaimana mungkin dia tidak disebutkan di sini?'
Baca Juga
Saya mulai berpikir, kaum Muslimin --jumlahnya satu miliar di dunia. Bung, secara teori satu dari setiap lima orang di jalanan mungkin seorang Muslim. Dan saya berpikir: Satu miliar orang! Hei, setan memang hebat. Tetapi dia tidak sehebat itu.
Kemudian saya berkata, saya akan membaca kitab mereka, Al-Quran, dan saya akan melihat rangkaian kebohongan macam apakah itu. Mungkin di situ termuat gambaran bagaimana cara membongkar AK-47. Lalu saya pergi ke toko buku bahasa Arab.
Mereka bertanya, "Apa yang dapat saya bantu?"
"Saya mencari sebuah Al-Quran."
"Baik, kami memiliki beberapa jenis."
Mereka mempunyai edisi yang bagus --harganya tiga puluh, empat puluh dolar.
"Saya hanya ingin membacanya, saya tidak ingin menjadi pengikutnya."
"Baik, kami mempunyai edisi bersampul tipis yang kecil, harganya lima dolar."
Saya pulang ke rumah, dan mulai membaca Al-Quran dari awal, dari surat Al-Fatihah. Dan saya tidak dapat melepaskan mata saya darinya.
Hei, lihat. Kitab ini membicarakan tentang Nuh. Dalam Injil juga ada Nuh. Hei, ini juga membicarakan Luth dan Ibrahim. Saya tidak dapat mempercayainya. Saya tidak pernah mengetahui bahwa nama Setan adalah Iblis.
Ketika Anda mendapat gambar di pesawat televisi dan tampaknya ada sedikit gangguan, lalu Anda memencet tombol [klop] --tersetel bagus. Itulah yang sebenarnya terjadi dengan Al-Quran.
Saya menyelesaikan seluruh isi Al-Quran. Lalu saya berkata, 'Baik, saya telah melakukan hal ini, sekarang apa yang selanjutnya harus saya lakukan?'
Nah, saya harus pergi ke tempat pertemuan mereka. Saya melihat halaman kuning, dan akhirnya saya menemukan berita ini: Pusat Islam California Selatan, di Vermont. Saya menelpon dan mereka berkata, "Datanglah pada hari Jumat."
Sekarang saya benar-benar gelisah, sebab sekarang saya tahu bahwa saya akan berhadapan dengan Habib dan AK-47nya.
Saya ingin orang-orang mengetahui bagaimana rasanya bagi seorang Kristen Amerika memeluk agama Islam. Saya bergurau masalah AK-47, tetapi saya tidak tahu apakah mereka menyimpan pisau belati di balik jubah mereka. Jadi saya masuk, dan benar sekali, di sana ada seorang rekan yang tingginya enam koma tiga kaki, beratnya 240 pound, berjenggot dan lain-lain, dan saya hanya terpesona.
Saya berjalan dan berkata, "Permisi, tuan."
[Dengan aksen bahasa Arab:] "Balik ke belakang!"
Dia mengira saya telah menjadi anggota.
Saya berkata, "Ya tuan, ya tuan" [tanpa perlawanan].
Saya tidak tahu untuk apa saya kembali ke belakang, tetapi saya kembali ke belakang. Mereka telah mendirikan tenda dan menggelar permadani. Saya menunggu di sana, dengan malu-malu, dan orang-orang duduk mendengarkan ceramah. Dan orang-orang berkata, "Silakan saudara, duduklah." Saya menjawab, "Tidak, terimakasih, tidak, terimakasih, saya hanya berkunjung."
Akhirnya ceramah itu selesai. Mereka semua berbaris untuk melakukan sholat. Saya sungguh terperanjat.
Peristiwa itu mempengaruhi saya secara intelektual, dalam otot saya, dalam tulang saya, dalam hati saya dan dalam jiwa saya.
Kemudian sholat telah usai. Saya berkata, "hei, siapa yang akan memperkenalkan saya?" Lalu saya mulai bercampur dengan mereka seolah-olah saya salah satu dari mereka, dan saya berjalan ke dalam masjid dan seorang rekan menyapa, "Assalaamu alaikum ". Saya berpikir, "Apakah dia mengatakan "salt and bacon"?"
"Assalaamu alaikum."
Ada orang lain yang mengatakan "salt and bacon" lagi kepada saya.
Saya tidak tahu apa yang mereka katakan, tetapi mereka semua tersenyum.
Sebelum salah satu orang-orang itu mengetahui bahwa saya tidak semestinya ada di sana dan membawa saya ke kamar penyiksaan, atau memenggal kepala saya, saya ingin melihat sebanyak mungkin. Akhirnya saya masuk ke perpustakaan, dan di sana ada seorang rekan dari Mesir yang masih muda; namanya Omar. Tuhan mengutusnya kepada saya.
Omar menghampiri saya, dan dia berkata, "Maaf. Apa ini kunjungan Anda yang pertama ke sini?" Aksennya kental sekali.
Saya menjawab, Ya.
"Ohh, bagus sekali. Anda seorang Muslim?"
"Bukan, saya baru membaca sedikit."
"Oh, Anda sedang belajar? Ini kunjungan pertama Anda ke masjid?"
"Ya."
"Mari, saya bawa Anda berkeliling." Lalu dia menggandeng tangan saya, dan saya berjalan dengan orang asing-bergandengan tangan. Saya berkata, orang-orang Muslim ini begitu ramah.
Lalu dia mengajak saya berkeliling. "Pertama-tama, itu ruangan sholat kami, dan Anda harus membuka sepatu Anda di sini."
"Apa ini?"
"Ini kotak-kotak kecil. Di situlah Anda menyimpan sepatu Anda."
"Mengapa?"
"Karena Anda mendekati daerah sholat, dan tempat ini sangat suci. Anda tidak boleh masuk ke sana dengan memakai sepatu; ruangan ini dijaga agar benar-benar bersih."
Kemudian dia membawa saya ke toilet untuk lelaki.
"Di situ kami mengambil wudhu."
"Voodoo! Saya tidak membaca apa pun tentang voodoo!"
"Bukan, bukan voodoo. Wudhu!"
"Baiklah, karena saya pernah melihat voodoo itu dengan boneka dan jarum, saya belum siap dengan komitmen semacam itu."
Dia berkata, "Bukan itu, wudhu untuk mensucikan diri kami."
"Mengapa Anda melakukan itu?"
"Ketika Anda berdoa kepada Tuhan, Anda harus suci, maka kami membasuh tangan dan kaki kami."
Jadi saya mempelajari semua hal itu. Dia membiarkan saya pergi, dan berkata, "Silakan datang lagi nanti."
Saya kembali dan meminta kepada penjaga perpustakaan sebuah pedoman sholat, lalu saya pulang dan mempraktikkannya. Saya merasa kalau saya berusaha untuk melakukannya dengan benar, Tuhan pasti akan menerimanya. Saya melanjutkan membaca dan mengunjungi masjid.
Saya ada janji pergi berkunjung ke Midwest untuk pentas komedi. Saya membawa sajadah saya. Saya tahu bahwa saya diperintahkan untuk melakukan sholat pada waktu-waktu tertentu, tetapi ada tempat-tempat tertentu di mana Anda tidak diperbolehkan melakukan sholat, salah satunya di kamar mandi. Saya pergi ke ruang pria di terminal, menggelar sajadah, lalu melakukan sholat.
Saya kembali, dan ketika bulan Ramadhan telah usai, saya mulai mendapat panggilan dari beberapa daerah negara ini untuk datang dan memberikan ceramah sebagai mantan pendeta Saksi Yehova yang memeluk agama Islam. Orang mendapati saya sebagai sosok yang baru.
[Dua orang pendatang bercakap-cakap:]
"Orang ini lelaki Amerika yang jantan. Dia dahulu seorang Saksi Yehova."
"Orang-orang yang datang pagi hari?"
"Ya, mereka."
"Yang tidak pernah membiarkan kita tidur di hari Minggu?"
"Ya, dia salah satu dari mereka. Sekarang dia salah satu dari kita."
Akhirnya seseorang mendatangi saya dan berkata [Dengan aksen Pakistan], "Oh, saudaraku, bicaramu sungguh bagus. Tetapi Anda tahu, dalam aliran Syafi'i--"
Saya hanya menoleh kepadanya dan berkata, "Wah, saudaraku, maaf, saya sebenarnya ingin memahami hal itu, tetapi saya tidak tahu apa-apa tentang Islam kecuali yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah."
Beberapa di antara mereka terperanjat dan berkata, "Ha-ha! Kasihan sekali. Dia tidak tahu apa-apa. Dia hanya mengetahui Al-Quran."
Hanya itu yang semestinya saya ketahui. Dan itu merupakan perlindungan yang menyenangkan. Saya pikir segala sesuatu ada di tangan Tuhan.
Raphael menunaikan ibadah haji pada 1993.
(mhy)