Suami Pemarah? Inilah 5 Tips Menghadapinya Sesuai Tuntunan Syariat
loading...
A
A
A
Dalam kehidupan rumah tangga , perselisihan atau pertengkaran antara suami dan istri lumrah terjadi. Lantas bagaimana bila menghadapi pasangan terutama suami yang cepat emosi dan pemarah ? Apa yang harus dilakukan seorang istri?
Dalam faktanya, pertengkaran terkadang dipicu oleh hal-hal sepele. Namun karena sifat temperamen dan cara menghadapinya tidak sesuai tuntutan agama, akhirnya bisa melebar bahkan menjadi masalah besar. Sifat temperamen suami cenderung juga menyebabkan kekerasan secara verbal, baik secara sadar maupun tidak.
Menghadapi masalah seperti itu, seorang istri harus dapat menghadapinya dengan bijak. Ustadz Fadly Gugul S.Ag, dai alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), dan juga pengasuh di konsultasi Bimbingan Islam, memberikan tips atau kiat-kiatnya bagi seorang dalam menghadapi suami temperamental tersebut, yakni sebagai berikut:
1. Sikapi dengan tenang
Istri perlu memahami bahwa kebanyakan ledakan emosi dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut seseorang berasal dari luka di masa lalu atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Jadi, saat ia mulai berkata kasar, usahakan untuk tetap tenang dan tidak tersulut emosi ataupun terlihat marah. Berikan sugesti positif pada pikiranmu sendiri. Belajar berprasangka yang baik.
2. Tidak membalasnya
Perkataan kasar suami pasti membuat sakit hati, tapi berbesar hatilah dan jangan pernah membalasnya. Menyerang balik tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru bisa memperburuk keadaan. Bukan tidak mungkin suami bisa melakukan kekerasan fisik karena tersulut perkataan istri.
Tidak ada kalah ataupun menang dalam sebuah hubungan pernikahan. Jadi, mengalah bukan berarti kalah. Dalam situasi ini, istri harus bisa menjadi pendingin keadaan yang tengah memanas oleh perkataan suami. Lagi pula, berbicara balik dengan seseorang yang sedang marah biasanya akan percuma. Oleh karena itu, mengalahlah sebentar sampai amarah suami mereda.
3. Dengarkan dengan baik saja
Setelah kegusarannya mulai reda, cobalah memancingnya untuk menceritakan alasan kemarahannya dan dengarkan ia dengan rasa empati. Ulangi apa yang ia katakan sebagai konfirmasi, agar ia benar-benar merasa didengarkan.
4. Berikan waktu
Jika semua usaha istri untuk mendengarkan, berdiskusi baik-baik, dan meluluhkan hatinya tidak juga menghilangkan amarah dan kata-kata kasarnya, ada baiknya untuk memberinya waktu.
Bila suami benar-benar mencintai istri dan anak-anaknya, serta ingin mempertahankan pernikahan dan menjaga keharmonisan rumah tangga, tentu ia akan berusaha untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
5. Jadi penyeimbang
Dalam Islam, suami istri ini diibaratkan sebagai pakaian. Suami pakaian bagi istri, sebaliknya istri adalah pakaian bagi suaminya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
Artinya: “Istri-istri adalah pakaian untuk kalian. Demikian pula kalian merupakan pakaian untuk mereka”. (QS. Al-Baqarah (2): 187).
Pakaian digunakan sesuai fungsinya dengan musim yang terjadi. Saat cuaca panas, manusia akan memakai pakaian yang tipis untuk tidak terlalu panas. Sebaliknya, ketika musim dingin, maka pakaian yang dipakai lebih tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Seperri itu juga yang terjadi pada hubungan suami istri. Saat suami marah, maka istri harus mendinginkan dengan sikap yang lembut dan menenangkan. Sebaliknya, jika istri capek, suamilah yang mengobati rasa lelahnya tersebut dengan candaan sehingga hilang rasa lelahnya itu.
Wallahu A'lam
Dalam faktanya, pertengkaran terkadang dipicu oleh hal-hal sepele. Namun karena sifat temperamen dan cara menghadapinya tidak sesuai tuntutan agama, akhirnya bisa melebar bahkan menjadi masalah besar. Sifat temperamen suami cenderung juga menyebabkan kekerasan secara verbal, baik secara sadar maupun tidak.
Baca Juga
Menghadapi masalah seperti itu, seorang istri harus dapat menghadapinya dengan bijak. Ustadz Fadly Gugul S.Ag, dai alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), dan juga pengasuh di konsultasi Bimbingan Islam, memberikan tips atau kiat-kiatnya bagi seorang dalam menghadapi suami temperamental tersebut, yakni sebagai berikut:
1. Sikapi dengan tenang
Istri perlu memahami bahwa kebanyakan ledakan emosi dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut seseorang berasal dari luka di masa lalu atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Jadi, saat ia mulai berkata kasar, usahakan untuk tetap tenang dan tidak tersulut emosi ataupun terlihat marah. Berikan sugesti positif pada pikiranmu sendiri. Belajar berprasangka yang baik.
2. Tidak membalasnya
Perkataan kasar suami pasti membuat sakit hati, tapi berbesar hatilah dan jangan pernah membalasnya. Menyerang balik tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru bisa memperburuk keadaan. Bukan tidak mungkin suami bisa melakukan kekerasan fisik karena tersulut perkataan istri.
Tidak ada kalah ataupun menang dalam sebuah hubungan pernikahan. Jadi, mengalah bukan berarti kalah. Dalam situasi ini, istri harus bisa menjadi pendingin keadaan yang tengah memanas oleh perkataan suami. Lagi pula, berbicara balik dengan seseorang yang sedang marah biasanya akan percuma. Oleh karena itu, mengalahlah sebentar sampai amarah suami mereda.
3. Dengarkan dengan baik saja
Setelah kegusarannya mulai reda, cobalah memancingnya untuk menceritakan alasan kemarahannya dan dengarkan ia dengan rasa empati. Ulangi apa yang ia katakan sebagai konfirmasi, agar ia benar-benar merasa didengarkan.
4. Berikan waktu
Jika semua usaha istri untuk mendengarkan, berdiskusi baik-baik, dan meluluhkan hatinya tidak juga menghilangkan amarah dan kata-kata kasarnya, ada baiknya untuk memberinya waktu.
Bila suami benar-benar mencintai istri dan anak-anaknya, serta ingin mempertahankan pernikahan dan menjaga keharmonisan rumah tangga, tentu ia akan berusaha untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
5. Jadi penyeimbang
Dalam Islam, suami istri ini diibaratkan sebagai pakaian. Suami pakaian bagi istri, sebaliknya istri adalah pakaian bagi suaminya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
Artinya: “Istri-istri adalah pakaian untuk kalian. Demikian pula kalian merupakan pakaian untuk mereka”. (QS. Al-Baqarah (2): 187).
Pakaian digunakan sesuai fungsinya dengan musim yang terjadi. Saat cuaca panas, manusia akan memakai pakaian yang tipis untuk tidak terlalu panas. Sebaliknya, ketika musim dingin, maka pakaian yang dipakai lebih tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Seperri itu juga yang terjadi pada hubungan suami istri. Saat suami marah, maka istri harus mendinginkan dengan sikap yang lembut dan menenangkan. Sebaliknya, jika istri capek, suamilah yang mengobati rasa lelahnya tersebut dengan candaan sehingga hilang rasa lelahnya itu.
Baca Juga
Wallahu A'lam
(wid)