Kisah Orientalis Hungaria Bermimpi Bertemu Nabi SAW Dibacakan Surat An-Naba' Ayat 6-9
loading...
A
A
A
Mereka berbisik-bisik, dan apa yang mereka bisikkan itu jelas tentang kehadiran saya yang mungkin tidak mereka inginkan. Bayangan kekanak-kanakan saya menunjukkan akan adanya tindakan kekerasan; kedua orang itu pasti akan menghunjamkan goloknya masing-masing atas dada saya yang kafir ini. Kalau bisa, saya ingin keluar dari tempat ini dan bebas dari ketakutan, akan tetapi badan saya menjadi lemas dan tidak dapat bergerak.
Beberapa saat kemudian, seorang pelayan datang menghidangkan secangkir kopi yang berbau harum sambil menoleh kepada kedua orang yang menakutkan itu.
Sayapun menoleh kepada mereka dengan muka ketakutan. Akan tetapi ternyata mereka mengucapkan salam kepada saya dengan suara yang ramah dan tersenyum tipis.
Dengar sikap ragu-ragu, saya mencoba berpura-pura senyum, dan kedua orang "musuh" itupun berdiri mendekati saya sehingga jantung saya terasa berdebar lebih keras, membayangkan kemungkinan orang-orang itu akan mengusir saya.
Akan tetapi ternyata bahwa kedua orang itu mengucapkan salam kepada saya untuk kedua kalinya dan mereka duduk di dekat saya. Seorang di antaranya menyodorkan rokok kepada saya dan menyulutkannya sekali.
Ternyata bahwa di balik lahiriahnya yang kasar dan menakutkan itu terdapat jiwa yang halus dan mulia. Saya kumpulkan kembali keberanian saya dan saya bercerita kepada mereka dengan bahasa Turki yang patah-patah.
Kata-kata saya itu ternyata telah menarik perhatian mereka dan tampak dalam kehidupan mereka jiwa persahabatan dan cinta kasih. Kedua orang itu mengundang saya supaya berkunjung ke rumah mereka, kebalikan dari permusuhan yang saya duga semula. Mereka telah menunjukkan kasih sayang kepada saya, kebalikan dari penghunjaman golok yang saya bayangkan semula.
Itulah perjumpaan saya yang pertama dengan kaum Muslimin.
Mimpi Berjumpa Nabi SAW
Beberapa tahun telah lewat dalam perjalanan hidup saya, yang penuh dengan perjalanan dan studi. Semua itu telah membuka mata saya ke arah pandangan baru yang mentakjubkan.
Saya telah berkunjung ke semua negeri di Eropa, telah mengikuti kuliah di Universitas Istambul, menikmati keindahan bersejarah Asia Kecil dan Syria, belajar babasa Turki, bahasa Persi, bahasa Arab dan mengikuti kuliah ilmu-ilmu keislaman di Universitas Budapest.
Segala ilmu pengetahuan yang tersimpan dalam buku-buku yang dikarang beberapa abad berselang telah saya baca dengan pandangan kritis, tapi juga dengan jiwa yang kehausan.
Dalam bermacam-macam buku itu saya telah menemukan titik-titik terang tentang berbagai lapangan ilmu pengetahuan. Dalam pada itu saya merasakan kenikmatan bernaung di bawah kehidupan beragama.
Otak saya menjadi beku, akan tetapi jiwa saya tetap kehausan. Karena itu saya mencoba melepaskan diri dari segala ilmu pengetahuan yang selama ini saya kumpulkan, agar saya dapat kembali menguji kebenarannya dengan kemampuan saya sendiri, bebas dari segala kekotoran dalam semangat mencari kebenaran. Bagaikan besi mentah yang menjadi baja yang keras dengan cara dilebur dan diberi temperatur rendah secara tiba-tiba.
Pada suatu malam saya bermimpi, seakan-akan Muhammad Rasulullah SAW dengan jenggotnya yang panjang berwarna henna, jubahnya yang besar dan rapi menyebarkan bau wangi harum semerbak dan cahaya kedua belah matanya mengkilat penuh wibawa itu tertuju kepada saya.
Dengan suara yang lemah lembut beliau bertanya kepada saya: "Kenapa engkau bingung? Sebenarnya jalan yang lurus telah terbentang di hadapanmu, aman terbentang bagaikan permukaan bumi. Berjalanlah di atasnya dengan langkah yang mantap dan dengan kekuatan iman,"
Dalam mimpi ajaib ini, saya menjawab dengan bahasa Arab: "Ya Rasulullah! Memang itu mudah buat Tuan. Tuan adalah perkasa. Tuan telah dapat menundukkan setiap lawan pada waktu Tuan memulai perjalanan Tuan dengan bimbingan dan pertolongan Tuhan. Bagi saya tetap sulit. Siapakah yang tahu kapan saya dapat menemukan ketenangan?"
Beliau menatap tajam kepada saya dengan penuh pengertian. Sejenak beliau berpikir, kemudian kembali beliau bersabda dalam bahasa Arab yang jelas, yang setiap katanya berdentang bagaikan suara lonceng perak. Dengan lisannya yang mulia yang mengemban perintah Tuhan itu meresap ke dalam jiwa saya, beliau membacakan ayat 6 s/d 9 Surat Ar-Naba':