Ketika Ihsan Menjadi Puncak Tertinggi Keagamaan Manusia, Begini Penjelasannya

Selasa, 17 Januari 2023 - 11:25 WIB
loading...
Ketika Ihsan Menjadi Puncak Tertinggi Keagamaan Manusia, Begini Penjelasannya
Dimensi vertikal pandangan hidup kita selalu, dan seharusnya, melahirkan dimensi horizontal pandangan hidup kita. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ, yang artinya kebaikan. Tatkala Nabi Muhammad SAW ditanya oleh Malaikat Jibril tentang ihsan, beliau menjawab, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. ( HR Muslim )

Cendekiawan muslim, Prof Dr Nurcholish Madjid, MA (17 Maret 1939 – 29 Agustus 2005) atau populer dipanggil Cak Nur mengatakan dari hadis tersebut maka ihsan adalah ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadat.

Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya. Karena itu, ihsan menjadi puncak tertinggi keagamaan manusia.



Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa makna ihsan lebih meliputi daripada iman, dan karena itu, pelakunya adalah lebih khusus daripada pelaku iman, sebagaimana iman lebih meliputi daripada Islam, sehingga pelaku iman lebih khusus daripada pelaku Islam. "Sebab dalam Ihsan sudah terkandung iman dan Islam, sebagaimana dalam iman sudah terkandung Islam," ujar Ibnu Taimiyah dala kitab "al-Iman".

Kemudian, ujar Cak Nur, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat baik." Seorang yang ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-iman disebut mukmin dan yang ber-Islam disebut muslim.

"Karena itu, sebagai bentuk jenjang penghayatan keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi pekerti luhur atau berakhlaq mulia," jelas Cak Nur dalam buku berjudul "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah".

Disabdakan oleh Nabi bahwa yang paling utama di kalangan kaum beriman ialah yang paling baik ahlaknya. Dirangkaikan dengan sikap pasrah kepada Allah atau Islam, orang yang ber-ihsan disebutkan dalam Kitab Suci sebagai orang yang paling baik keagamaannya:

Siapakah yang lebih baik dalam hal agama daripada orang yang memasrahkan (aslama) dirinya kepada Allah dan dia adalah orang yang berbuat kebaikan (muhsin), lagi pula ia mengikuti agama Ibrahim secara tulus mencari kebenaran (hanif-an) ( QS al-Nisa: 4 :125).

Ihsan dalam arti akhlak mulia atau pendidikan ke arah akhlak mulia sebagai pucak keagamaan dapat dipahami juga dari beberapa hadis terkenal seperti "Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran budi" dan sabda Beliau lagi bahwa yang paling memasukkan orang ke dalam surga ialah takwa kepada Allah dan keluhuran budi pekerti."



Menurut Cak Nur, jika kita renungkan lebih jauh, sesungguhnya makna-makna di atas itu tidak berbeda jauh dari yang secara umum dipahami oleh orang-orang muslim, yaitu bahwa dimensi vertikal pandangan hidup kita (iman dan takwa --habl min al-lah, dilambangkan oleh takbir pertama atau takbirat al-Ihram dalam sholat) selalu, dan seharusnya, melahirkan dimensi horizontal pandangan hidup kita (amal salih, akhlaq mulia, habl min al-nas, dilambangkan oleh ucapan salam atau taslim pada akhir sholat).

"Jadi makna-makna tersebut sangat sejalan dengan pengertian umum tentang keagamaan. Maka sebenarnya di sini hanya dibuat penjabaran sedikit lebih mendalam dan penegasan sedikit lebih kuat terhadap makna-makna umum itu," demikian Nurcholish Madjid.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3716 seconds (0.1#10.140)