QS. Fussilat Ayat 11

ثُمَّ اسۡتَـوٰۤى اِلَى السَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلۡاَرۡضِ ائۡتِيَا طَوۡعًا اَوۡ كَرۡهًا ؕ قَالَتَاۤ اَتَيۡنَا طَآٮِٕعِيۡنَ
Summas tawaaa ilas-samaaa'i wa hiya dukhaanun faqoola lahaa wa lil ardi'tiyaaa taw'an aw karhan qoolataaa atainaa taaa'i'iin
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan patuh."
Juz ke-24
Tafsir
Dari menguraikan ihwal penciptaan bumi dan sarana kehidupan bagi makhluk yang mendiaminya, Al-Qur’an kemudian beralih kepada ihwal penciptaan langit. Kemudian Dia, yakni perintah atau kekuasaan-Nya menuju ke langit dan langit ketika itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menuruti perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Mendengar perintah itu, keduanya, langit dan bumi, lalu menjawab, “Kami datang kepada-MU ya Allah dengan tunduk dan patuh guna mengikuti aturan-Mu.”
Pada ayat ini Allah menerangkan keadaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Sekalipun ada yang mencoba menerangkan keadaan asap yang dimaksud, baik yang dikemukakan oleh pendeta-pendeta Yahudi, maupun oleh para ahli yang telah mencoba menyelidikinya, namun belum ada keterangan yang pasti yang menerangkan keadaan dan hakikat asap itu.

Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat di atas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Peristiwa tersebut ditandai dengan terjadinya peristiwa yang oleh para ilmuwan disebut Big Bang. Peristiwa tersebut sangat jelas terlihat pada surah al-Anbiya'/21 ayat 30 yang penggalannya berbunyi demikian: "....bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami pisahkan..." .

Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan maupun teori, secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan dari "asap" yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat panas. Kumpulan ini terdiri atas sejumlah besar kekuatan atom yang saling berkaitan dan berada di bawah tekanan yang sangat kuat. Jari-jari kumpulan yang berbentuk bola ini diperkirakan sekitar 5 juta kilometer. Cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat (yang biasa disebut Big Bang), dan mengakibatkan terbentuk dan terpencarnya berbagai benda langit. Hal ini sudah menjadi prinsip yang teruji dan menjadi dasar dalam kosmologi modern. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, para peneliti saat ini dapat menyaksikan "kelahiran" bintang dengan menggunakan teleskop yang sangat canggih. Teori mengenai bentukan "asap" sebagai asal-muasal suatu bintang, juga telah disebutkan dalam Surah Fushshilat/41: 11 di atas.

Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya) terbentuk dari "asap" yang sama, maka para pakar menyimpulkan bahwa bumi dan isi langit seluruhnya adalah satu kesatuan sebelumnya. Dari material "asap" yang sama ini, kemudian mereka terpisah satu sama lain. Hal yang demikian ini juga telah diungkapkan oleh Al-Qur'an dalam Surah al-Anbiya'/21: 30 tersebut di atas.

Pada ayat ini, seolah-olah Allah menerangkan bahwa bumi lebih dahulu diciptakan dari langit dengan segala isinya, termasuk di dalamnya matahari, bulan, dan bintang-bintang. Ayat yang lain menerangkan bahwa Allah menciptakan langit lebih dahulu dari menciptakan bumi. Oleh karena itu, ada sebagian mufasir yang mencoba mengompromikan kedua ayat ini. Menurut mereka, dalam perencanaan, Allah lebih dahulu merencanakan bumi dengan segala isinya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Allah menciptakan langit dengan segala isinya lebih dahulu, kemudian sesudah itu baru menciptakan bumi dengan segala isinya.

Setelah selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, Allah memerintahkan keduanya untuk datang kepada-Nya, baik dalam keadaan senang maupun terpaksa. Langit dan bumi mengatakan bahwa mereka akan datang dengan tunduk dan patuh. Kemudian Allah bertitah kepada langit, "Perhatikanlah sinar mataharimu, cahaya bulanmu, cahaya gemerlap dari binatang-bintang, hembuskanlah anginmu, edarkanlah awanmu, sehingga dapat menurunkan hujan." Allah berfirman pula kepada bumi, "Alirkanlah sungai-sungaimu, serta tumbuhkanlah tanaman-tanaman dan pohon-pohonmu." Keduanya menjawab, "Kami penuhi segala perintah-Mu dengan patuh dan taat."

Sebagian ahli tafsir menafsirkan "datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka atau terpaksa" dengan "jadilah kamu keduanya menurut Sunnah-Ku yang telah Aku tetapkan, jangan menyimpang sedikit pun dari ketentuan-Ku itu, ikutilah proses-proses kejadianmu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan." Dengan kata lain dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan kepada langit dan bumi untuk menyempurnakan kejadiannya sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan, seperti bumi akan tercipta pada saatnya, demikian pula gunung-gunung, air, udara, binatang-binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Semuanya akan terjadi pada waktu yang ditentukan-Nya, tidak ada satu pun yang menyimpang dari ketentuan-Nya.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kejadian langit dan bumi itu, mulai dari terjadinya sampai kepada bentuk yang ada sekarang, melalui proses-proses tertentu sesuai dengan sunah Allah. Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit akan ada pada waktunya, dan akan hilang atau musnah pada waktunya pula, sesuai dengan keadaan langit dan bumi pada waktu itu.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Fussilat
Surat Fushshilat terdiri atas 54 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Mu'min. Dinamai Fushshilat (yang dijelaskan) karena ada hubungannya dengan perkataan Fushshilat yang terdapat pada permulaan surat ini yang berarti yang dijelaskan. Maksudnya ayat-ayatnya diperinci dengan jelas tentang hukum-hukum, keimanan, janji dan ancaman, budi pekerti, kisah, dan sebagainya. Dinamai juga dengan Haa Miim dan As Sajdah karena surat ini dimulai dengan Haa Miim dan dalam surat ini terdapat ayat Sajdah.