QS. Ali 'Imran Ayat 26-27
-
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الۡمُلۡكِ تُؤۡتِى الۡمُلۡكَ مَنۡ تَشَآءُ وَتَنۡزِعُ الۡمُلۡكَ مِمَّنۡ تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَنۡ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنۡ تَشَآءُ ؕ بِيَدِكَ الۡخَيۡرُؕ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌQulil laahumma Maalikal Mulki tu'til mulka man tashaaa'u wa tanzi'ulmulka mimman tashhaaa'u wa tu'izzu man tashaaa'u wa tuzillu man tashaaa'u biyadikal khairu innaka 'alaa kulli shai'in Qadiir26. Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.Juz ke-3 tafsir ayat ke-26
-
تُوۡلِجُ الَّيۡلَ فِى النَّهَارِ وَتُوۡلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيۡلِ ۖوَتُخۡرِجُ الۡحَـىَّ مِنَ الۡمَيِّتِ وَتُخۡرِجُ الۡمَيِّتَ مِنَ الۡحَـىِّ ۖ وَتَرۡزُقُ مَنۡ تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍTuulijul laila fin nahaari wa tuulijun nahaara fil laili wa tukhrijul haiya minalmaiyiti wa tukhrijulo maiyita minal haiyi wa tarzuqu man tashaaa'u bighari hisab27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."Juz ke-3 tafsir ayat ke-27
Bagi kaum Rafidah, sunnah bukanlah seperti yang dimiliki orang Sunni. Sunnah, menurut pengertian mereka, adalah hadis yang diriwayatkan oleh Para imam yang mashum (suci dari dosa).
Salah satu kepercayaan kaum Rafidah adalah meyakini, Allah mengalami bada. Berarti Allah pernah bersifat bodoh, lupa dan alpa. Maha suci Allah dari perkataan mereka yang angkuh dan takabur itu.
Pokok-pokok pandangan Sunni antara lain bahwa al-Quran adalah kalam Ilahi yang bukan makhluk. Bahwa kaum beriman akan melihat Allah di surga seperti melihat bulan purnama di waktu malam.
Kalaupun ia melakukan takwil, ia lakukan hanya secara sekunder pula, yaitu dalam keadaan tidak bisa lagi dilakukan penafsiran harfiah. Hasilnya ialah suatu jalan tengah.
bdullah sudah masuk Islam dan pernah menuliskan wahyu untuk Rasulullah SAW, tetapi kemudian ia murtad, kembali kepada Quraisy menjadi musyrik dan konon ia memalsukan wahyu yang ditulisnya.