Wujud Syukur Masyarakat Nelayan Pantai Parangtritis

Jum'at, 12 Juni 2015 - 18:58 WIB
Wujud Syukur Masyarakat...
Wujud Syukur Masyarakat Nelayan Pantai Parangtritis
A A A
Hari Selasa Wage (9/6/2015), bulan ruwah yang bertepatan menjelang bulan suci Ramadan menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan oleh masyarakat Dusun mancingan, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY.

Pada hari itu, seluruh elemen masyarakat Dusun Mancingan menyelenggarakan upacara Pisungsung Jaladri.

Ratusan orang dari delapan RT di Dusun Mancingan berduyun-duyun memadati kompleks Joglo Wisata yang berada di dusun tersebut. Sebelumnya, warga secara bergelombang membawa ubo rampe sesaji yang akan mereka larung (dibuang) ke laut selatan ataupun diletakkan di beberapa situs yang ada di Dusun tersebut.

RT 01 Dusun Mancingan misalnya, mereka membawa ubo rampe berupa Liwet Pitik dan Ketan Kolak. Dua sesaji tersebut nanti akan diserahkan kepada penguasa yang berada di wilayah mereka.

Kedua ubo rampe tersebut mereka persembahkan agar panenan padi ataupun tangkapan para nelayan di masa mendatang lebih baik dibanding dengan sebelumnya.

Ketua RT 01 Dusun Mancingan, Parang Sujarwo mengatakan, mereka sengaja membawa ubo rampe tersebut sebagai rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang mereka dapatkan selama ini. Ubo rampe Liwet Pitik nantinya akan mereka serahkan di makam Syech Bela-Belu dan Ketan Kolak akan mereka letakkan di makam Syech Maulana Maghribi. “Ini hanya simbol atas apa yang selama ini kami dapatkan,” paparnya.

Liwet Pitik sengaja mereka persembahkan, karena selama ini, tokoh penyebar agama Islam, Syech Bela-belu dalam bertapanya selalu makan. Dan salah satu menu yang disukai oleh Syech Bela-Belu tersebut adalah Nasi Liwet dengan lauk ingkung Pitik (ayam). Sehingga mereka berharap dengan persembahan sedekah tersebut, berkah mereka semakin banyak.

Demikian juga dengan Ketan Kolak yang akan mereka persembahkan ke makam Syech Maulana Maghribi. Ketan Kolak merupakan salah satu symbol dari saling memaafkan satu sama lain atau permohonan maaf kepada Yang Maha Kuasa. Harapannya, sesama anggota masyarakat Dusun Mancingan tidak ada lagi rasa dendam meskipun mereka memiliki kesalahan.

“Belum lagi dari RT yang lain. Mereka juga akan membawa ubo rampe dalam bentuk lain, nanti sebagian akan dilarung (dibuang) ke laut sebagai simbolisasi membuang sial,”ujarnya.

Kepala Dusun Mancingan, Andri mengungkapkan, seperti biasanya setiap hari Selasa Wage, masyarakat Dusun Mancingan menyelenggarakan upacara Bhekti Pisungsung Jaladri. Upacara ini dilaksanakan dua tahap, masing-masing Upacara Bhekti Pertiwi atau yang sering disebut dengan upacara Majemukan/Rasulan alias bersih desa.

“Upacara ini dilaksanakan pada hari Senin Pon dan Selasa Wage usai warga memanen padi,”paparnya.

Tahun ini, hari Selasa Wage jatuh pada tanggal 9 Juni 2015. Dan rangkaian upacaranya dimulai pada pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB diadakan kenduri missal.

Kenduri ini merupakan wujud upacara Bhekti Pertiwi atau rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Setelah upacara, warga lantas menyiapkan upacara Pisungsung jaladri yaitu prosesi melarung sesaji ke laut selatan. Biasanya, pelaksanaan upacara ini dimulai lewat tengah hari sekitar pukul 14.00 WIB.

Tujuan dari upacara ini tidak lain adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar warga dan pengunjung Pantai Parangtritis diberi keselamatan. Selain itu, upacara ini juga sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan Karunia-Nya.

“Bagi petani kami berharap agar bisa semakin meningkat panenannya, dan bagi nelayan tangkapan ikannya bisa melimpah. Tidak ada bencana ataupun kendala apapun di kemudian hari,” ujarnya.
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0704 seconds (0.1#10.140)