Aku Ingin Jadi Ustadz

Jum'at, 12 Juni 2015 - 21:09 WIB
Aku Ingin Jadi Ustadz
Aku Ingin Jadi Ustadz
A A A
Sudah beberapa bulan Syarif uring-uringan. Ia nggak mau sekolah lagi. Bukan karena dia malas. Ini adalah ulah mama-nya sendiri yang memasukkan Syarif ke Kauny Quranic School (KQS) setiap sore.

Di KQS Syarif merasakan nikmat belajar. Ia senang sekali dengan materi Alquran. Baik yang dibaca, dihafalkan, atau dinyanyikan. Meski kelas KQS baru dimulai ba’da Ashar, ia dan kawan-kawannya sudah “nongkrong” di Kauny Center Bambu Apus mulai setengah tiga sore. Murajaah bersama kawan-kawan sambil menunggu ustadz dan ustadzah hadir.

Di rumah, ia bersama adik-adiknya selalu mengulang ayat-ayat Allah SWT sambil menggerak-gerakan tangan seperti yang diajarkan di Kauny. Sejak mengenal indahnya Tarbiyah Alquran, ia malas sekolah. Pernah ia bilang ke mama bahwa ia hanya ingin belajar di KQS. Titik!

Syarif, adalah satu dari sekian banyak anak yang merasakan gejala itu. Nikmat mempelajari Alquran sungguh tiada banding. Hingga saat sedih itu tiba….

Saya dan keluarga besar Kauny pindah ke Cijulang, Puncak, untuk membuka pondok pesantren (Ma’had) di sana. Otomatis kegiatan KQS di Bambu Apus pun boyong ke sana.

Syarif dan para sahabatnya yang belajar di KQS setiap sore tiada lagi bisa bercengkerama dengan Alquran. Mama dan para wali murid lainnya mencoba mencarikan jalan dengan memanggil guru Alquran ke lingkungan mereka, namun tetap saja mereka tidak bergairah.

Berkali-kali, Syarif dan kawan-kawannya setiap sore selalu datang ke Kauny Center meski gerbang terkunci. Mereka terus berharap agar KQS dibuka kembali dan mereka bisa belajar Alquran lagi.

Ma'had Kauny di Cijulang, Puncak pun mulai dibuka untuk santri baru angkatan pertama. Syarif mendengar kabar ini dan ia bilang kepada mama-nya bahwa ia ingin belajar ke sana.

Mama dan Papa merasa keberatan melepas anaknya belajar jauh dari rumah. Latar belakang keluarga mereka tidak ada yang pernah pesantren. Mama membujuk agar Syarif sekolah di dekat rumah saja, tetapi justru Syarif jadi uring-uringan. Ia sering menangis, merengek, dan menjerit. Meminta dengan sangat untuk belajar Alquran di Ma'had Kauny, Cijulang.

Mama berpikir bahwa paling gejala ini tidak akan lama. Sebab anak kecil biasanya mudah lupa dengan keinginan sesaat. Tinggal dibujuk beberapa kali pasti keinginannya akan berubah, pikir Mama Syarif. Namun, hingga Syarif terus-terusan malas sekolah, lalu si Mama semakin penasaran. Suatu saat sang Mama membuka buku-buku Syarif tatkala ia sedang tidur.

Mengendap-endap sang Mama melihat-lihat isi buku anaknya dan ia amat khawatir Syarif terjaga. Hingga si Mama terkejut. Ia dapati banyak sekali kalimat tertulis di buku anaknya tersayang tentang cita-citanya yang mulia.

Tulisan tangan Syarif yang saat itu berusia 8 tahun terlihat mungil menghiasi lembar demi lembar bukunya: “Cita-citaku ingin jadi USTADZ” “ALLAHU AKBAR….!” Sang Mama memekik. Ia menangis sesenggukan melihat cita-cita anaknya tersayang. Ia pun berdiri dan lari berhambur menjumpai sang suami.

Melihat apa yang ditunjukan, Papa Syarif pun berurai air mata. Ia lalu menggenggam tangan istrinya dan mereka berjanji untuk membiarkan anaknya tersayang mengejar cita-cita.

Tak lama sejak itu, Syarif pun diantar ke Ma'had Askar Kauny Cijulang. Kini, ia bahagia bersama kami menghafal ayat-ayat Allah dan hadits Rasulullah SAWsetiap harinya. Tiada jemu ia terus mengejar cita-citanya setiap hari agar kelak dirinya menjadi seorang USTADZ. Ya Allah…., mudahkanlah!
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2891 seconds (0.1#10.140)