Hadiah Ini Tak Perlu

Kamis, 18 Juni 2015 - 16:30 WIB
Hadiah Ini Tak Perlu
Hadiah Ini Tak Perlu
A A A
Dua orang anakku Mumtaz & Hamzah turut menjadi santri Ma'had Askar Kauny, Cijulang. Meskipun Abi dan Ummi-nya adalah pengasuh Ma'had namun kami memperlakukan hak dan kewajiban mereka sama seperti para santri lainnya.

Mereka berdua tidur bersama santri lainnya. Belajar dan mengerjakan tugas seperti yang dikerjakan oleh santri kebanyakan.

Juz 26, Alhamdulillah sudah selesai dihafal oleh para santri. Waktu ujian pun tiba. Hari-hari itu para santri terlihat meningkatkan intensitas mereka dalam mengulang hafalan. Di kamar, kebun, musala dan dimana-mana mereka nampak mengulang hafalan.

Di Ma'had Askar Kauny, para santri menghafal Alquran berikut maknanya, sekaligus nomor ayat dan suratnya. Namun satu hal yang terlihat suasana menghafal Alquran di sana terasa berbeda, yaitu semudah tersenyum! Ya mereka selalu ceria, dan tak terlihat mereka berkerut atau cemberut dalam menghafal Al Quran yang mulia.

S0aat ujian tiba, satu per satu santri menghadap para penguji. Mereka diminta untuk melanjutkan bacaan ayat. Ada yang diminta untuk membacakan tarjamah ayat. Atau menyebutkan surat sekian ayat sekian bunyinya apa dan lalu terjemahnya sekaligus.

Demikian gambaran singkat ujian hafalan santri Mahad Askar Kauny Cijulang. Saat pengumuman ternyata Hamzah, putra keduaku mendapat nilai sempurna; 100. Tanpa kesalahan! Ia menjadi juara dan berhak mendapat hadiah.

Ummi lalu berjanji membelikan Hamzah hadiah yang ia inginkan. Hamzah pun menyebut keinginannya. Saya tahu Umminya pun bahagia melihat prestasi anaknya. Sore itu juga hadiah Ummi belikan ke pasar.

Tiba di Ma'had, Ummi langsung memanggil Hamzah. Dengan penuh senyuman, Ummi memberi hadiah kepada Hamzah.

Namun raut muka Hamzah amat datar saat menerima hadiah tersebut.

Dengan lirih ia berkata kepada, “Tak perlu Ummi belikan hadiah ini untukku… Aku menghafal Alquran untuk diriku juga untuk membuat Abi dan Ummi bahagia…

Aku bisa menghafal dengan sempurna sudah membuat hatiku senang. Bila Ummi dan Abi bahagia melihatku menghafal Alquran, sesungguhnya itulah HADIAH TERBAIK untukku. Tak ada hadiah selain itu yang aku butuhkan….”

Malam itu, setibanya di rumah istriku tersayang menyampaikan kisah Hamzah dan hadiahnya. Aku terkesima. Mataku sontak berkaca-kaca. Tak terasa buliran air mata menetes hangat di pipi. Seraya berkata dalam hati, “Teruslah nak, engkau hafalkan Al Quran Al Karim. Buat kami berdua bangga terhadapmu dunia-akhirat!”

Semoga semua yang membaca kisah ini Allah SWT karuniakan anak-anak sholihin yang menghafal Al Quran.
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4899 seconds (0.1#10.140)