Bijak di Medsos untuk Menjaga Pahala Puasa

Rabu, 06 Mei 2020 - 07:01 WIB
loading...
Bijak di Medsos untuk Menjaga Pahala Puasa
Pelajar mengikuti pendidikan hafalan (tahfiz) Alquran nonkarantina di Masjid Babul Maghfira, Aceh Besar, Aceh, Senin (4/5). Foto/Antara
A A A
Penggunaan media sosial (medsos) selama bulan Ramadhan perlu dilakukan secara bijak. Dalam bermedsos orang yang sedang berpuasa seyogianya mampu menjaga lisan dengan menghindari bergunjing, ucapan tercela, atau berkata kasar yang bisa mengurangi pahala ibadah.

Menjaga lisan bagi orang yang berpuasa tidak lagi sebatas ketika berbicara secara langsung, melainkan juga saat beraktivitas di medsos, seperti menulis status, berkomentar, membuat keterangan gambar, atau membagikan broadcast kepada pengikut atau followers.

Peringatan untuk bijak dalam bermedsos, terutama selama bulan suci Ramadan, disampaikan secara terpisah oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dan Dai muda Nahdlatul Ulama (NU) M Najmi Fathoni.

Menurut Haedar Nashir, tidak sedikit orang yang bertengkar keras di medsos karena terpicu isu-isu panas hingga saling menumpahkan amarah. Akhirnya, tumbuh rasa saling tidak suka, bahkan membenci antarsesama.

Menurutnya, medsos sebuah dunia yang baik, tetapi tidak jarang berubah garang sehingga orang santun pun bisa sering terpancing amarah. Bahkan berita hoaks, fitnah, dan panas bisa berseliweran setiap detik.

“Bukan medsosnya, tapi manusia di balik dunia daring itu yang tidak bijaksana. Orang seolah boleh apa saja,” ujar Haedar dikutip dari akun Twitternya.

Karena itu, menurut Haedar, pada bulan Ramadhan ini saatnya berbenah diri. Dia menyarankan, agar segala amarah tidak mudah tumpah, maka umat Islam yang tengah berpuasa diajak menghidupkan hati.

“Hati atau kalbu ialah bagian terdalam dari jiwa manusia, yang menjadi radar paling utama menyaring mana yang baik dan buruk,” ujarnya.

Haedar lalu menceritakan di masa Nabi SAW ada seseorang yang tengah memaki hamba sahayanya. Padahal dia sedang berpuasa. Nabi Muhammad lalu menghampirinya dan menyuruh yang bersangkutan untuk makan.

Orang itu protes, “Aku tengah berpuasa, ya Rasulullah”. Lalu Nabi bersabda, yang artinya, “banyak orang berpuasa, tiada hasil puasanya kecuali lapar dan dahaga” (HR. Ibnu Majah).

Dai muda Nahdatul Ulama (NU) Ustadz M Najmi Fathoni mengatakan, sangat penting bagi seluruh umat muslim di bulan Ramadan ini untuk menjaga lisan maupun tulisan. Apalagi di era di mana banyak masyarakat menggunakan medsos dalam menyuarakan sesuatu.

Najmi menjelaskan, tujuan dari datangnya bulan suci Ramadhan ialah untuk meningkatkan derajat orang-orang yang beriman menjadi muttaqin di sisi Allah SWT. Hal ini sesuai dengan landasan apa yang tertulis di Alquran yakni tentang perintah puasa itu adalah la’allakum tattaquun.

Najmi menerangkan, ibadah puasa ini dimaknai dengan al imsaak atau menahan dari hal yang membatalkan puasa. Akan tetapi, yang menjadi perhatian lebih bukan hanya sekadar menahan haus dan lapar sehabis imsak hingga waktu berbuka.

“Jika merujuk hadis dinyatakan bahwa banyak orang yang berpuasa tetapi hanya dapat lapar dan haus saja. Artinya pahalanya tidak didapatkan,” ujarnya kemarin.

Orang-orang yang tidak beruntung tersebut, kata dia, di antaranya orang-orang yang tidak menggunakan lidah, pendengaran, mata dan hati untuk kebaikan misalnya dengan membaca Alquran dan kebaikan lainnya. Akan tetapi digunakan untuk bergunjing atau membicarakan orang lain.

Dia lalu menceritakan dialog Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat. "Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?,” kata Nabi. Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi SAW berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) salat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).

Najmi melanjutkan, seorang muslim yang baik itu adalah bukan seseorang yang suka melaknat, bukan pula yang suka mencela dan berkata keji atau kotor. Hukum bagi seseorang yang melakukan fitnah atau membicarakan aib orang lain dengan menulis atau berkata langsung sama saja yakni perbuatan buruk. (Neneng Zubaidah/Okezone)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2766 seconds (0.1#10.140)