Puasa Momentum Mengendalikan Diri dan Mengatur Jiwa
A
A
A
SEMARANG - Momentum Ramadan adalah saat yang paling tepat bagi orang-orang yang beriman untuk memperbaiki kondisi dan nilai ketakwaannya kepada Allah SWT.
Untuk memperbaiki dan sekaligus meningkatkan nilai keimanan dan ketakwaannya, seseorang juga harus mampu melakukan mujahadah atau berjuang mengendalikan hawa nafsunya dalam ibadah puasa yang dikerjakannya.
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Dipenogoro (Undip) Hastaning Sakti berpendapat, puasa adalah momentum untuk mengendalikan diri dan mengatur jiwa.
"Berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus semata, tetapi lebih dari pada itu, yakni untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," katanya.
Puasa menjadi momen yang sangat tepat untuk semakin mendekatkan diri dengan Allah dan makin meningkatkan spiritualnya.
Selain itu kata Hastaning Sakti, puasa juga untuk mengontrol tubuh, mulai dari mengontol makan saat sahur dan mengontrol makan saat berbuka puasa, hingga mengontrol amarah.
Dia mengakui, permasalahan utama dalam berpuasa adalah menaklukan hawa nafsu, ini dapat anda lakukan ketika menjelang berbuka puasa dan ketika berbuka puasa, dimana hawa nafsu bergejolak untuk makan sampai kenyang.
Tidak hanya itu hawa nafsu yang sering kali muncul pada saat berpuasa adalah amarah. "Pada intinya adalah, selain untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, juga untuk mengontrol semua yang dilakukan oleh manuasia, karena semua ada maknanya," ujarnya.
Kemudian, untuk mengendalikan hawa nafsu, seseorang harus terus melakukan interopeksi, supaya sadar sering kali ditawan oleh hawa nafsu. Hawa nafsu kata Hastaning, akan terus mengajak manusia untuk menunda interospeksi diri.
Untuk mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu, seseorang bisa melakukan banyak hal, mulai dari membaca Alquran, berzikir, dan salat untuk makin mendekatkan diri dengan Allah.
Dalam berpuasa kata Dia, seharunya lebih kepada niatnya. Dengan dilandasi niat untuk beribadah yang merupakan kewajiban setiap kaum muslim maka puasa akan bisa berjalan dengan lancar.
Jika sudah dilandasi dengan niat, maka seseorang akan mempersiapkan diri mereka untuk menjalankan puasa Ramadan selama satu bulan penuh.
"Kalau dari awal niatnya sudah setengah hati, tidak nyaman maka sampai akhir pun tidak akan nyaman. Perlu diniatkan untuk melakukan perbuatan yang baik dan meningkatkan kualitas Ibadahnya," sebutnya.
Puasa sering kali juga dijadikan alasan sesorang untuk mengurangi porsi pekerjaannya. Justru menurut Hastaning, hal itu salah kaprah.
Puasa bukan berarti mengurangi porsi pekerjaan, justru sebaliknya harus semakin ditingkatkan. "Justru kalau kita melakukanya pekerjaan lebih baik merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah," pungkasnya.
Untuk memperbaiki dan sekaligus meningkatkan nilai keimanan dan ketakwaannya, seseorang juga harus mampu melakukan mujahadah atau berjuang mengendalikan hawa nafsunya dalam ibadah puasa yang dikerjakannya.
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Dipenogoro (Undip) Hastaning Sakti berpendapat, puasa adalah momentum untuk mengendalikan diri dan mengatur jiwa.
"Berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus semata, tetapi lebih dari pada itu, yakni untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," katanya.
Puasa menjadi momen yang sangat tepat untuk semakin mendekatkan diri dengan Allah dan makin meningkatkan spiritualnya.
Selain itu kata Hastaning Sakti, puasa juga untuk mengontrol tubuh, mulai dari mengontol makan saat sahur dan mengontrol makan saat berbuka puasa, hingga mengontrol amarah.
Dia mengakui, permasalahan utama dalam berpuasa adalah menaklukan hawa nafsu, ini dapat anda lakukan ketika menjelang berbuka puasa dan ketika berbuka puasa, dimana hawa nafsu bergejolak untuk makan sampai kenyang.
Tidak hanya itu hawa nafsu yang sering kali muncul pada saat berpuasa adalah amarah. "Pada intinya adalah, selain untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, juga untuk mengontrol semua yang dilakukan oleh manuasia, karena semua ada maknanya," ujarnya.
Kemudian, untuk mengendalikan hawa nafsu, seseorang harus terus melakukan interopeksi, supaya sadar sering kali ditawan oleh hawa nafsu. Hawa nafsu kata Hastaning, akan terus mengajak manusia untuk menunda interospeksi diri.
Untuk mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu, seseorang bisa melakukan banyak hal, mulai dari membaca Alquran, berzikir, dan salat untuk makin mendekatkan diri dengan Allah.
Dalam berpuasa kata Dia, seharunya lebih kepada niatnya. Dengan dilandasi niat untuk beribadah yang merupakan kewajiban setiap kaum muslim maka puasa akan bisa berjalan dengan lancar.
Jika sudah dilandasi dengan niat, maka seseorang akan mempersiapkan diri mereka untuk menjalankan puasa Ramadan selama satu bulan penuh.
"Kalau dari awal niatnya sudah setengah hati, tidak nyaman maka sampai akhir pun tidak akan nyaman. Perlu diniatkan untuk melakukan perbuatan yang baik dan meningkatkan kualitas Ibadahnya," sebutnya.
Puasa sering kali juga dijadikan alasan sesorang untuk mengurangi porsi pekerjaannya. Justru menurut Hastaning, hal itu salah kaprah.
Puasa bukan berarti mengurangi porsi pekerjaan, justru sebaliknya harus semakin ditingkatkan. "Justru kalau kita melakukanya pekerjaan lebih baik merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah," pungkasnya.
(nag)