Potret Lukman, Tak Lelah Membangun Peradaban Melalui Alquran

Sabtu, 03 Juni 2017 - 17:22 WIB
Potret Lukman, Tak Lelah Membangun Peradaban Melalui Alquran
Potret Lukman, Tak Lelah Membangun Peradaban Melalui Alquran
A A A
Lukman (30), pria kurus nan murah senyum. Ia adalah putra asli Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sejak kecil, ia hijrah ke Madura, Jawa Timur. Dia menimba ilmu menghafal Alquran dan mendalami ilmu agama di Pesantren Al Amien, Sumenep, Madura.
Setelah dirasa cukup bekal menimba ilmu bertahun-tahun di Madura, ia berniat hijrah berdakwah ke ibukota dan sekitarnya. Akhirnya, kala itu, Lukman mengabdikan diri mendakwahkan Alquran di PPPA Daarul Qur’an cabang Bogor.
Setahun berjalan, Lukman tak begitu betah karena lebih banyak mendekam di kantor. Nalurinya sebagai “pengajar” Alqur’an membuatnya lebih memilih mengajar di rumah tahfizh, langsung berkecimpung dan mencetak para penghafal Alqur’an.
Manisgetir mencetak penghafal Alqur’an di Bogor telah dirasakan Lukman. Ribuan pengalaman telah ia lalui. Hingga akhirnya ia diminta orang tuanya kembali ke kampung halaman, membangun peradaban di desanya dengan Alqur’an.
Permintaan itu tak mungkin ia tolak, karena terselip alasan membangun desa dengan Alqur’an. Andai saja tanpa alasan itu, mungkin Lukman sedikit memberanikan diri untuk menawar agar tetap tinggal di Rumah Tahfizh Bogor.
Lukman pun akhirnya pulang kampung, merintis rumah tahfizh untuk tanah kelahirannya di Janapria, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Beberapa santri dari Rumah Tahfizh Bogor ia boyong ke Lombok karena hubungan batin dengan santrinya sudah telanjur kuat. Santri-santrinya itu pun ingin menuntaskan hafalan 30 juz atas bimbingan Lukman.
Meski Lombok merupakan tanah kelahirannya, Lukman merasa asing, karena sejak kecil sudah hijrah menuntut ilmu di Madura. Di Lombok, ia tak punya jaringan luas. Kenalan pun terbatas. Dengan jaringan seadaanya, ia tetap kukuh merintis rumah tahfizh di desanya.
Lambat laun merintis, anak-anak sekitar dan dari dusun tetangga mulai ikut menghafal di rumah tahfizhnya. Bahkan saat ini ada ratusan santri yang ia bimbing belajar dan menghafal Alqur’an. Jaringan Lukman pun semakin luas, ukhuwah Islamiyah yang terjalin di rumah tahfizh membuatnya memiliki banyak saudara, Lukman bersyukur.
''Ternyata dengan gerakan rumah tahfizh ini, bisa dijadikan ajang silaturahmi. Jaringan kita akan meluas. Jadi punya banyak saudara,” ujar Lukman sambil duduk bersila saat disambangi tim Rumah Tahfizh Center (RTC).
Awal Ramadan ini, Lukman sudah merancang Wisuda Tahfizh untuk santri-santrinya. Rencananya, lebaran nanti Rumah Tahfizh Janapria akan menyelenggarakan wisuda yang dibalut dalam rangkaianhalalbihalal untuk warga.
Di bulan ramadhan ini ia fokus menyiapkan santrinya untuk murojaah hafalan agar siap menghadapi ujian di depan khalayak.Santri akan melantuntan ayat-ayat suci di hadapan orangtua mereka masing-masing dan seluruh warga.
''Ini bukan bertujuan untuk pamer dan riya, tapi sebagai salah satu syiar kepada masyarakat bahwa anak-anak dari Janapria bisa menghafal Alquran. Juga sebagai syiar bahwa siapa saja bisa menghafal Alquran tanpa tersekat usia dan asal muasal,” tutur Lukman.
Wisuda Tahfizh danhalalbihalalakan dijadikan Lukman sebagai tonggak dakwah Qur’an di Janapria. Harapannya, masyarakat semakin bersemangat menghafal Alquran. Lukman adalah sebuah potret seorang hamba yang mengabdikan dirinya untuk membangun peradaban melalui Alquran.
Melalui pendirian rumah-rumah tahfizh di kota maupun pelosok Indonesia dan dunia, PPPA Daarul Qur’an berupaya melahirkan penghafal-penghafal Qur’an baru. Didukung para pejuang dakwah seperti Lukman, semoga ikhtiar ini semakin mendekatkan cita-cita kita bersama yakni ''Membangun Indonesia dan Dunia dengan Alquran”.Aamiin.
Sumber: www.pppa.or.id
(aww)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2428 seconds (0.1#10.140)