Kemenangan Itu Ada Pada Bulan Ramadhan
A
A
A
Ustaz Dr Miftah el-Banjary MA
KETIKA itu panas terik menyengat. Bola api seakan-akan tepat menggantung di ubun-ubun. Tenggorakan terasa mencekik. Debu padang sahara bergumpal menutupi pandangan dua kubu yang sedang bertempur di medan peperangan. Sesekali hanya kilatan pedang yang saling menyambar dan mematikan. Inilah gambaran perang Badr yang merupakan perang pertama kali dalam sejarah Islam.
Perang tersebut berlangsung pada tahun ke-2 Bulan Suci Ramadhan. Saat itu, kondisi pasukan muslimin sedang berpuasa menahan lapar dan dahaga tak terkirakan. Pihak kaum muslimin harus bertahan dengan jumlah pasukan terbatas berjumlah 313 orang saja dengan persenjataan sederhana yang tak memadai. Sedangkan pihak lawan dari kaum musyrikin Mekkah yang dihadapi berjumlah lebih dari 1.000 orang dengan perlengkapan persenjataan yang sangat lengkap.
Meski demikian, keadaan lapar dengan energi dan stamina yang lemah tidak menyurutkan semangat jihad mereka. Satu persatu kekuatan musuh berhasil dipatahkan, hingga akhirnya kemenangan gemilang berpihak pada kaum muslimin.
Kunci kemenangan sesungguhnya bukanlah semata terletak pada kekuatan personil pasukan, kelengkapan persenjataan atau kehebatan strategi, namun spirit berpuasa itulah kunci keberhasilannya. Setiap kilatan pedang yang mereka hunuskan dalam keadaan lapar dan dahaga, seakan menampakkan hidangan berbuka puasa kelak di surga. Tidak ada pilihan bagi mereka, kemenangan atau syahid!
Sejarah Islam mencatat banyak momentum kemenangan yang pernah dicapai oleh pasukan muslimin menaklukkan negara-negara Eropa pun bertepatan pada bulan Ramadhan. Di antaranya, Thariq bin Yazid berhasil menaklukkan Andalusia-Spanyol bertepatan pada tanggal 28 Ramadhan tahun 92 H. Islam kembali jaya di sana selama kurang lebih 8 abad lamanya.
Kemudian, Yusuf bin Tasrif; Sultan Dinasti Murabit berhasil memenangkan peperangan Zallaqah di Portugal melawan pasukan Alfonso VI yang berkekuatan 80.000 orang pasukan pun terjadi pada bulan Ramadhan tahun 459 H. Sejak itu, Islam berjaya di Spanyol mulai tahun 1090- sampai 1147 M.
Sultan Qunuz dari kekhalifahan Mamluk Mesir berhasil mengalahkan pasukan Mongol yang pernah memporak-porandakan kota Baghdad Irak pun terjadi pada bulan Ramadhan 658/1260 M.
Kemenangan peperangan pasukan Mesir dan Syria yang mengusir kependudukan Israel pada pertempuran Yom Kippur di Sinai pun terjadi pada tanggal 6 hingga 24 oktober 1973 M yang bertepatan bulan Ramadhan 1390 H.
Dalam konteks Islam di Nusantara keberhasilan para pejuang merebut Sunda Kelapa terhadap pasukan Portugis pun terjadi pada bulan Ramadhan yang kemudian kota itu diganti nama Jayakarta atau Jakarta yang terinspirasi dari ayat Fathan Mubina pada surah al-Fath.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan yang menandai berakhirnya kolonialisme dan imperialisme di bumi pertiwi.
Harusnya semua peristiwa sejarah ini semakin meyakinkan kita bahwa kunci kemenangan itu bukan terletak pada kekuatan perjuangan manusia semata, tapi memahaminya sebagai bentuk pertolongan dan rahmat Allah Swt. Kemenangan itu merupakan hadiah dari momentum keberkahan Ramadhan. Semoga kita bisa mengambil banyak hikmah dan keberhasilan kita pada bulan Ramadhan ini. Aamin.
KETIKA itu panas terik menyengat. Bola api seakan-akan tepat menggantung di ubun-ubun. Tenggorakan terasa mencekik. Debu padang sahara bergumpal menutupi pandangan dua kubu yang sedang bertempur di medan peperangan. Sesekali hanya kilatan pedang yang saling menyambar dan mematikan. Inilah gambaran perang Badr yang merupakan perang pertama kali dalam sejarah Islam.
Perang tersebut berlangsung pada tahun ke-2 Bulan Suci Ramadhan. Saat itu, kondisi pasukan muslimin sedang berpuasa menahan lapar dan dahaga tak terkirakan. Pihak kaum muslimin harus bertahan dengan jumlah pasukan terbatas berjumlah 313 orang saja dengan persenjataan sederhana yang tak memadai. Sedangkan pihak lawan dari kaum musyrikin Mekkah yang dihadapi berjumlah lebih dari 1.000 orang dengan perlengkapan persenjataan yang sangat lengkap.
Meski demikian, keadaan lapar dengan energi dan stamina yang lemah tidak menyurutkan semangat jihad mereka. Satu persatu kekuatan musuh berhasil dipatahkan, hingga akhirnya kemenangan gemilang berpihak pada kaum muslimin.
Kunci kemenangan sesungguhnya bukanlah semata terletak pada kekuatan personil pasukan, kelengkapan persenjataan atau kehebatan strategi, namun spirit berpuasa itulah kunci keberhasilannya. Setiap kilatan pedang yang mereka hunuskan dalam keadaan lapar dan dahaga, seakan menampakkan hidangan berbuka puasa kelak di surga. Tidak ada pilihan bagi mereka, kemenangan atau syahid!
Sejarah Islam mencatat banyak momentum kemenangan yang pernah dicapai oleh pasukan muslimin menaklukkan negara-negara Eropa pun bertepatan pada bulan Ramadhan. Di antaranya, Thariq bin Yazid berhasil menaklukkan Andalusia-Spanyol bertepatan pada tanggal 28 Ramadhan tahun 92 H. Islam kembali jaya di sana selama kurang lebih 8 abad lamanya.
Kemudian, Yusuf bin Tasrif; Sultan Dinasti Murabit berhasil memenangkan peperangan Zallaqah di Portugal melawan pasukan Alfonso VI yang berkekuatan 80.000 orang pasukan pun terjadi pada bulan Ramadhan tahun 459 H. Sejak itu, Islam berjaya di Spanyol mulai tahun 1090- sampai 1147 M.
Sultan Qunuz dari kekhalifahan Mamluk Mesir berhasil mengalahkan pasukan Mongol yang pernah memporak-porandakan kota Baghdad Irak pun terjadi pada bulan Ramadhan 658/1260 M.
Kemenangan peperangan pasukan Mesir dan Syria yang mengusir kependudukan Israel pada pertempuran Yom Kippur di Sinai pun terjadi pada tanggal 6 hingga 24 oktober 1973 M yang bertepatan bulan Ramadhan 1390 H.
Dalam konteks Islam di Nusantara keberhasilan para pejuang merebut Sunda Kelapa terhadap pasukan Portugis pun terjadi pada bulan Ramadhan yang kemudian kota itu diganti nama Jayakarta atau Jakarta yang terinspirasi dari ayat Fathan Mubina pada surah al-Fath.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan yang menandai berakhirnya kolonialisme dan imperialisme di bumi pertiwi.
Harusnya semua peristiwa sejarah ini semakin meyakinkan kita bahwa kunci kemenangan itu bukan terletak pada kekuatan perjuangan manusia semata, tapi memahaminya sebagai bentuk pertolongan dan rahmat Allah Swt. Kemenangan itu merupakan hadiah dari momentum keberkahan Ramadhan. Semoga kita bisa mengambil banyak hikmah dan keberhasilan kita pada bulan Ramadhan ini. Aamin.
(rhs)