Belajar dari Thalut, Raja Beriman yang Berhasil Menundukkan Nafsu

Senin, 18 Mei 2020 - 20:19 WIB
loading...
Belajar dari Thalut,...
Raja Thalut berpesan kepada pasukannya, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai jernih. Siapa di antara kamu meminum airnya, maka ia bukanlah pengikutku kecuali sekadar menceduknya untuk minum. Foto Ilustrasi/Ist
A A A
Dikisahkan, Bani Israil meminta kepada Nabiyallah Syamwil (Samuel) agar mengangkat satu raja untuk memimpin perang melawan Jalut yang zalim. Maka Allah Ta'ala memilih Thalut untuk menundukkan Jalut.

Thalut adalah seorang raja beriman pemimpin Bani Israil pada masa Nabi Daud 'alaihissalam masih remaja. Raja Thalut menggerakkan Bani Israil dengan pasukannya yang kuat untuk melawan Raja Jalut yang zalim.

Dalam pertempuran itu Raja Thalut ditemani seorang anak muda bernama Daud yang akhirnya diangkat menjadi raja setelah mengalahkan Jalut. Ada pelajaran berharga dari kisah Raja Thalut melawan Jalut tersebut. Ini berkaitan dengan pertarungan melawan hawa nafsu yang merupakan hakikat dari bulan Ramadhan .(Baca Juga: Kisah Nabi Khidir dan Amalan yang Paling Dicintai Allah)

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an :

فَهَزَمُوهُم بِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُۥدُ جَالُوتَ وَءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلۡمُلۡكَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَعَلَّمَهُۥ مِمَّا يَشَآءُۗ وَلَوۡلَا دَفۡعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعۡضَهُم بِبَعۡضٖ لَّفَسَدَتِ ٱلۡأَرۡضُ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ ذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٥١

"Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya ( Daud ) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam." (QS. Al-Baqarah: ayat 251)

Ustaz Muchlis Al-Mughni (dai lulusan Al-Azhar Mesir) menceritakan sebelum mengalahkan Jalut yang sombong, Raja Thalut berpesan kepada pasukannya, "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, maka ia bukanlah pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku".

Kemudian mereka meminumnya kecuali sedikit di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." (Baca Juga: Menjadi Seperti Ibrahim bin Adham di Zaman Now)

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Qs. Al Baqarah: 249)

Allah Ta'a'a mengaitkan kemenangan dalam suatu pertempuran dengan melawan nafsu pribadi terlebih dahulu. Sebab, kemenangan mustahil diraih jika kita justru mengikuti nafsu pribadi.

Ayat di atas menjelaskan bagaimana para tentara Thalut yang lelah, kepanasan dan kehausan lalu bertemu sungai yang jernih, tetap dipesankan agar jangan ada yang meminumnya sama sekali. Jika harus minum karena dahaga yang sangat mendera, cukuplah menceduk air dengan satu cedukan telapak tangannya jangan berlebihan.

"Namun kenyataannya, justru mayoritas mereka meminumnya berlebihan sampai merasa puas, dan sedikit sekali yang tidak minum," terang Ustaz Muchlis yang juga imam Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat itu.

Sungai itu mengalir di bawah kaki kita, dia merupakan gambaran dunia. Dalam hal ini ada tiga tipe manusia:
1. Yang meminumnya sampai puas.
2. Yang tidak minum sama sekali.
3. Yang sekadar mencicipi.

Sekelompok kecil atau minoritas ini motto hidup mereka adalah melawan segala hal yang dicintainya dan tahan banting menghadapi segala hal yang tidak sukai. Menghadapi dunia dengan selamat pada hakikatnya dengan dua kalimat di atas, melawan segala hal yang dicintainya dan tahan banting menghadapi segala hal yang tidak sukai.

Demi kelompok kecil inilah Allah menciptakan dunia secara khusus. Demi merekalah Allah menciptakan surga karena memang merekalah hakikat penghuni surga. Justru yang mayoritas itu hanya menjadi tentara hawa nafsu dan bahan bakar neraka.

"Ramadhan, puasa dan zakat menjadi waktu dan media agar kita menjadi kelompok yang sedikit dan kecil itu," kata Ustaz Muchlis .

Ya Allah jadikanlah kami termasuk kelompok kecil yang tidak minum air dunia, jika terpaksa minum jadikan hanya sekadar mencicipinya, jangan biarkan kami berpuas diri dan berlebihan. Aamiin.(Baca Juga: Kisah Wafatnya Nabi Dawud yang Diselewengkan Bani Israil)
(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2984 seconds (0.1#10.140)