40 Sunnah Nabi di Bulan Ramadhan (Bagian 5)
A
A
A
Al-Habib Segaf bin Ali Alaydrus dalam kitabnya “Ithaful Ikhwan” menyebutkan ada 40 sunnah-sunnah di bulan Ramadhan. Berikut lanjutan rangkumannya:
21. Membantu orang yang Membutuhkan
Rasulullah SAW mensifati bulan Ramadhan dengan Syahr Muwasah, bulan untuk saling membantu sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya. “Mencari-cari dan memperhatikan fakir miskin dan memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan orang yang membutuhkan adalah ketaatan yang paling utama dan kebaikan yang paling indah.”
Di dalam hadits lain dikatakan: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Swt adalah kebahagiaan yang engkau masukkan ke dalam hati seorang muslim, atau engkau menyingkirkan darinya kesusahannya, atau engkau mengusir rasa lapar darinya, atau engkau melunasi hutangnya.” (HR Thabrani)
22. Disunahkan Beritikaf di Masjid
Kesunahan itikaf baik di siang atau malam Ramadhan lebih ditekankan. Sunnah ini dianjurkan untuk laki-laki. Nabi SAW selalu bertikaf dan menganjurkan untuk melaksanakannya. Sahabat Anas RA mengatakan bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda: “Siapa yang beritikaf sehari karena mengharapkan keridhoan Allah Swt, maka Allah akan menjadikan tiga parit yang menghalanginya dari neraka. Setiap parit lebarnya melebihi dua ufuk langit.” (HR Thabrani dalam Ausath, Al Baihaqi, dan Hakim, beliau mengatakan isnadnya shahih)
Para ulama mengatakan kesunnahan itikaf di 10 malam terakhir dari Ramadhan lebih ditekankan dan lebih utama untuk meneladani Nabi SAW dan mencari malam Lailatul Qodar.
23. Meninggalkan Perdebatan, Perselisihan dan Saling Caci
Semua itu disunnahkan setiap saat, namun di saat berpuasa kesunnahannya menjadi lebih kuat. Di dalam hadits dikatakan: “Puasa adalah benteng. Jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kasar, jangan pula berbuat bodoh. Jika ada seorang yang berselisih dengannya atau mencelanya katakanlah, Aku tengah berpuasa.” (HR Al Bukhari-Muslim)
Dalam hadits lain dijelaskan: “Puasa itu bukanlah sekadar makan dan minum, melainkan dari ucapan sia-sia dan ucapan kotor.” (HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Para ulama berkata: “Seyogyanya bagi seorang muslim untuk meninggalkan ucapan mubah yang tidak berfaidah dan tidak bermanfaat bagi agama dan dunianya, hendaknya ia menyibukkan lisannya dengan zikir dan istigfar.” [ Baca Juga: 40 Sunnah Nabi di Bulan Ramadhan, Nomor 16 dan 20 Sering Diabaikan (Bagian 4) ]
24. Meninggalkan Perbuatan yang Tidak Berguna
Sebagaimana dianjurkan meninggalkan ucapan yang tidak berfaidah walaupun mubah. Begitu pula dianjurkan meninggalkan perbuatan mubah yang tidak bermanfaat dan tidak ada kebaikan di dalamnya. Nabi SAW bersabda: “Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatannya maka Allah tidak peduli ia meningalkan makanan dan minumannya.” (HR Al Bukhari)
25. Meninggalkan Berbekam dan Cantuk
Ini karena bekam dan cantuk dapat membuat lemas orang yang berpuasa. Sahabat Anas RA pernah ditanya, “Apakah kalian tidak menyukai berbekam bagi orang puasa?” Beliau menjawab: “Tidak, kecuali bahwa itu dapat menyebabkan lemah.” (HR Al-Bukhari). Termasuk juga pengambilan darah (donor) dikatakan itu akan melemaskan orang yang berpuasa.
21. Membantu orang yang Membutuhkan
Rasulullah SAW mensifati bulan Ramadhan dengan Syahr Muwasah, bulan untuk saling membantu sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya. “Mencari-cari dan memperhatikan fakir miskin dan memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan orang yang membutuhkan adalah ketaatan yang paling utama dan kebaikan yang paling indah.”
Di dalam hadits lain dikatakan: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Swt adalah kebahagiaan yang engkau masukkan ke dalam hati seorang muslim, atau engkau menyingkirkan darinya kesusahannya, atau engkau mengusir rasa lapar darinya, atau engkau melunasi hutangnya.” (HR Thabrani)
22. Disunahkan Beritikaf di Masjid
Kesunahan itikaf baik di siang atau malam Ramadhan lebih ditekankan. Sunnah ini dianjurkan untuk laki-laki. Nabi SAW selalu bertikaf dan menganjurkan untuk melaksanakannya. Sahabat Anas RA mengatakan bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda: “Siapa yang beritikaf sehari karena mengharapkan keridhoan Allah Swt, maka Allah akan menjadikan tiga parit yang menghalanginya dari neraka. Setiap parit lebarnya melebihi dua ufuk langit.” (HR Thabrani dalam Ausath, Al Baihaqi, dan Hakim, beliau mengatakan isnadnya shahih)
Para ulama mengatakan kesunnahan itikaf di 10 malam terakhir dari Ramadhan lebih ditekankan dan lebih utama untuk meneladani Nabi SAW dan mencari malam Lailatul Qodar.
23. Meninggalkan Perdebatan, Perselisihan dan Saling Caci
Semua itu disunnahkan setiap saat, namun di saat berpuasa kesunnahannya menjadi lebih kuat. Di dalam hadits dikatakan: “Puasa adalah benteng. Jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kasar, jangan pula berbuat bodoh. Jika ada seorang yang berselisih dengannya atau mencelanya katakanlah, Aku tengah berpuasa.” (HR Al Bukhari-Muslim)
Dalam hadits lain dijelaskan: “Puasa itu bukanlah sekadar makan dan minum, melainkan dari ucapan sia-sia dan ucapan kotor.” (HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Para ulama berkata: “Seyogyanya bagi seorang muslim untuk meninggalkan ucapan mubah yang tidak berfaidah dan tidak bermanfaat bagi agama dan dunianya, hendaknya ia menyibukkan lisannya dengan zikir dan istigfar.” [ Baca Juga: 40 Sunnah Nabi di Bulan Ramadhan, Nomor 16 dan 20 Sering Diabaikan (Bagian 4) ]
24. Meninggalkan Perbuatan yang Tidak Berguna
Sebagaimana dianjurkan meninggalkan ucapan yang tidak berfaidah walaupun mubah. Begitu pula dianjurkan meninggalkan perbuatan mubah yang tidak bermanfaat dan tidak ada kebaikan di dalamnya. Nabi SAW bersabda: “Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatannya maka Allah tidak peduli ia meningalkan makanan dan minumannya.” (HR Al Bukhari)
25. Meninggalkan Berbekam dan Cantuk
Ini karena bekam dan cantuk dapat membuat lemas orang yang berpuasa. Sahabat Anas RA pernah ditanya, “Apakah kalian tidak menyukai berbekam bagi orang puasa?” Beliau menjawab: “Tidak, kecuali bahwa itu dapat menyebabkan lemah.” (HR Al-Bukhari). Termasuk juga pengambilan darah (donor) dikatakan itu akan melemaskan orang yang berpuasa.
(rhs)