Gua Hira, Tempat Rasulullah SAW Menerima Wahyu
A
A
A
Jabal Nur (bukit cahaya) dan Gua Hira menjadi saksi turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Di tempat inilah Rasulullah SAW menerima perintah iqra’ (membaca) sekaligus menandai dimulainya periode kenabian (nubuwwah).
Dua tahun lalu penulis berkesempatan berziarah ke Gua Hira, Makkah. Bagi sebagian jamaah haji maupun umrah, Gua Hira sudah tidak asing lagi. Ya, Gua Hira adalah salah satu tempat yang dipilih Allah karena wahyu pertama kali diturunkan di gua ini kepada manusia terpilih, terpercaya, dan penutup para Nabi.
Gua Hiro (Hira), terletak di puncak Jabal Nur (Bukit Cahaya), di wilayah Hijaz, Saudi Arabia. Berjarak sekitar 6 Km di sebelah timur Kota Makkah Al-Mukarromah. Jabal Nur ini terdiri atas bebatuan hitam yang tajam. Tingginya sekitar 200 meter dengan puncak berbentuk cembung. Gua Hira ini terletak sekitar 40 meter di bawah pucuk Jabal Nur.
Gua dangkal itu tingginya tidak sampai 1 meter. Lebarnya berkisar satu hasta (50 cm) dengan panjang kira-kira 2 meter. Tempat ini tergolong sempit dan kalau salat hanya bisa dilakukan seorang saja. Pun terlihat sempit, di tempat inilah Nabi Muhammad SAW sering menyendiri (bertahannuts), bermunajat kepada Allah. Beliau memikirkan keadaan penduduk Mekkah yang sudah melupakan ajaran Nabi Ibrahim (‘alaihissalam).
Gua ini menjadi tempat yang disukai Rasulullah SAW dibanding bukit lainnya. Jika berdiri di puncak gua, wajah kita akan berhadapan langsung dengan Baitullah, Masjidil Haram yang berjarak 6 Km. Jadi, kalau ingin salat kita tak perlu pusing-pusing mencari kiblat. Tak jauh dari Jabal Nur, tampak sebuah bukit yang banyak orang menyebutnya adalah Jabal Jibril.
Dari bukit itulah Malaikat Jibril memantau sembari menunggu perintah Allah sebelum mendatangi Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Jaraknya kira-kira sekitar 1 kilometer dari Jabal Nur. Jika dibandingkan Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Jabal Nur tentu tidak terlalu tinggi.
Namun, untuk sampai ke gua ini perlu fisik yang kuat karena bukitnya yang curam, kering dan penuh bebatuan. Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk mencapai puncaknya. Sekarang para jamaah telah dimudahkan mencapai bukit ini karena diberi anak-anak tangga yang jumlahnya lebih dari 600 anak tangga.
Di sepanjang jalan menuju gua banyak ditemui pengemis dan orang-orang miskin yang berharap makanan dan sekedah dari jamaah yang berziarah. Entah dari mana mereka datang, tapi ada yang mengatakan mereka berasal dari desa-desa miskin dari sekitar Makkah. Untuk sampai di Gua Hira selain butuh fisik yang bugar, kesucian qalbu juga harus dimiliki setiap jamaah agar dimudahkan dalam pendakiannya. Apalagi mengingat Rasulullah dulu mendaki bukit ini tentu butuh perjuangan dibanding saat ini.
Ketika penulis mendaki bukit ini pada malam hari, sepanjang perjalanan banyak bertemu jamaah asal Turki. Subhanallah, Mereka mendaki bukit ini secara berjamaah penuh semangat. Kebanyakan dari jamaah Turki ini adalah kaum ibu atau dijuluki para perempuan tangguh dari Eropah.
Tak masuk akal rasanya jika ibu-ibu berusia 40 tahun ke atas memilih Gua Hira sebagai destinasi perjalanan spritualnya. Tapi begitulah ketangguhan para perempuan Turki. Kecintaan mereka kepada Rasulullah SAW tak perlu diragukan lagi. Bangga rasanya punya saudara seiman seperti mereka meskipun bukan sebangsa dan setanah air.
Muslim Indonesia dan Turki adalah orang yang sangat mencintai Rasulullah SAW. Lihat saja, di berbagai daerah Indonesia banyak dijumpai pengajian, majelis ilmu, halaqah salawatan. Juga keberadaam zurriyah, para habib (keturunan) Nabi lahir dan berdakwah cukup banyak di Indonesia. Sedangkan umat Islam Turki dikenal sangat mencintai Rasulullah karena di negara mereka terdapat Museum Topkapi, Istanbul, museum yang menyimpan peninggalan dan properti Nabi Muhammad SAW secara rapih dan utuh.
Tentang hikmah yang terkandung di Gua Hira tentu kita tertuju pada salah satu surat dalam Alquranul Karim. Surat Iqra’ atau surat Al-‘Alaq (surah ke-96) merupakan wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bertepatan malam 17 Ramadhan. Riwayat lain menyebut turun pada malam 21 dan 24 Ramadhan. Surat ini adalah Surat Makkiyyah.
Di awal ayat surat ini berisi perintah membaca (Iqra’). Malaikat Jibril meyampaikan pesan Allah dengan melafazkan Iqra’ (bacalah). Di Gua ini Rasulullah SAW diajari, dibimbing langsung oleh Malaikat Jibril hingga beliau gemetar dan ketakutan. Itulah pentingnya urgensi dalam membaca, maka bacalah, bacalah!
Inilah lima ayat pertama Surah Al ‘Alaq yang diturunkan kepada Rasulullah SAW:
1). Iqro’ bismirobbikalladzii kholaq
(Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan),
2). Kholaqol insaana min ‘alaq
(Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah)
3). Iqro’ warobbukal akrom
(Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia)
4). Alladzii ‘allama bil qolam
(Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena)
5). ‘Allamal insaana maa lam ya’lam
(Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Dua tahun lalu penulis berkesempatan berziarah ke Gua Hira, Makkah. Bagi sebagian jamaah haji maupun umrah, Gua Hira sudah tidak asing lagi. Ya, Gua Hira adalah salah satu tempat yang dipilih Allah karena wahyu pertama kali diturunkan di gua ini kepada manusia terpilih, terpercaya, dan penutup para Nabi.
Gua Hiro (Hira), terletak di puncak Jabal Nur (Bukit Cahaya), di wilayah Hijaz, Saudi Arabia. Berjarak sekitar 6 Km di sebelah timur Kota Makkah Al-Mukarromah. Jabal Nur ini terdiri atas bebatuan hitam yang tajam. Tingginya sekitar 200 meter dengan puncak berbentuk cembung. Gua Hira ini terletak sekitar 40 meter di bawah pucuk Jabal Nur.
Gua dangkal itu tingginya tidak sampai 1 meter. Lebarnya berkisar satu hasta (50 cm) dengan panjang kira-kira 2 meter. Tempat ini tergolong sempit dan kalau salat hanya bisa dilakukan seorang saja. Pun terlihat sempit, di tempat inilah Nabi Muhammad SAW sering menyendiri (bertahannuts), bermunajat kepada Allah. Beliau memikirkan keadaan penduduk Mekkah yang sudah melupakan ajaran Nabi Ibrahim (‘alaihissalam).
Gua ini menjadi tempat yang disukai Rasulullah SAW dibanding bukit lainnya. Jika berdiri di puncak gua, wajah kita akan berhadapan langsung dengan Baitullah, Masjidil Haram yang berjarak 6 Km. Jadi, kalau ingin salat kita tak perlu pusing-pusing mencari kiblat. Tak jauh dari Jabal Nur, tampak sebuah bukit yang banyak orang menyebutnya adalah Jabal Jibril.
Dari bukit itulah Malaikat Jibril memantau sembari menunggu perintah Allah sebelum mendatangi Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Jaraknya kira-kira sekitar 1 kilometer dari Jabal Nur. Jika dibandingkan Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Jabal Nur tentu tidak terlalu tinggi.
Namun, untuk sampai ke gua ini perlu fisik yang kuat karena bukitnya yang curam, kering dan penuh bebatuan. Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk mencapai puncaknya. Sekarang para jamaah telah dimudahkan mencapai bukit ini karena diberi anak-anak tangga yang jumlahnya lebih dari 600 anak tangga.
Di sepanjang jalan menuju gua banyak ditemui pengemis dan orang-orang miskin yang berharap makanan dan sekedah dari jamaah yang berziarah. Entah dari mana mereka datang, tapi ada yang mengatakan mereka berasal dari desa-desa miskin dari sekitar Makkah. Untuk sampai di Gua Hira selain butuh fisik yang bugar, kesucian qalbu juga harus dimiliki setiap jamaah agar dimudahkan dalam pendakiannya. Apalagi mengingat Rasulullah dulu mendaki bukit ini tentu butuh perjuangan dibanding saat ini.
Ketika penulis mendaki bukit ini pada malam hari, sepanjang perjalanan banyak bertemu jamaah asal Turki. Subhanallah, Mereka mendaki bukit ini secara berjamaah penuh semangat. Kebanyakan dari jamaah Turki ini adalah kaum ibu atau dijuluki para perempuan tangguh dari Eropah.
Tak masuk akal rasanya jika ibu-ibu berusia 40 tahun ke atas memilih Gua Hira sebagai destinasi perjalanan spritualnya. Tapi begitulah ketangguhan para perempuan Turki. Kecintaan mereka kepada Rasulullah SAW tak perlu diragukan lagi. Bangga rasanya punya saudara seiman seperti mereka meskipun bukan sebangsa dan setanah air.
Muslim Indonesia dan Turki adalah orang yang sangat mencintai Rasulullah SAW. Lihat saja, di berbagai daerah Indonesia banyak dijumpai pengajian, majelis ilmu, halaqah salawatan. Juga keberadaam zurriyah, para habib (keturunan) Nabi lahir dan berdakwah cukup banyak di Indonesia. Sedangkan umat Islam Turki dikenal sangat mencintai Rasulullah karena di negara mereka terdapat Museum Topkapi, Istanbul, museum yang menyimpan peninggalan dan properti Nabi Muhammad SAW secara rapih dan utuh.
Tentang hikmah yang terkandung di Gua Hira tentu kita tertuju pada salah satu surat dalam Alquranul Karim. Surat Iqra’ atau surat Al-‘Alaq (surah ke-96) merupakan wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bertepatan malam 17 Ramadhan. Riwayat lain menyebut turun pada malam 21 dan 24 Ramadhan. Surat ini adalah Surat Makkiyyah.
Di awal ayat surat ini berisi perintah membaca (Iqra’). Malaikat Jibril meyampaikan pesan Allah dengan melafazkan Iqra’ (bacalah). Di Gua ini Rasulullah SAW diajari, dibimbing langsung oleh Malaikat Jibril hingga beliau gemetar dan ketakutan. Itulah pentingnya urgensi dalam membaca, maka bacalah, bacalah!
Inilah lima ayat pertama Surah Al ‘Alaq yang diturunkan kepada Rasulullah SAW:
1). Iqro’ bismirobbikalladzii kholaq
(Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan),
2). Kholaqol insaana min ‘alaq
(Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah)
3). Iqro’ warobbukal akrom
(Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia)
4). Alladzii ‘allama bil qolam
(Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena)
5). ‘Allamal insaana maa lam ya’lam
(Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
(rhs)