Hikmah di Balik Pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 14 Januari 2023 - 15:39 WIB
loading...
Hikmah di Balik Pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Muhammad SAW
Pertemuan Nabi Musa alaihissalam dengan Nabi Muhammad SAW saat Isra Miraj menyimpan hikmah dan pelajaran berharga. Foto/SINDOnews
A A A
Kisah pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam dengan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam saat Isra' Mi'raj sudah sering kita dengar. Peristiwa ini tidak cuma sekadar tawar menawar jumlah rakaat sholat, tetapi ada hikmah lain dari pertemuan kedua Rasul mulia ini.

Dalam satu kajiannya, Gus Musa Muhammad menceritakan, saat peristiwa Isra Miraj itu Nabi Musa menyarankan Nabi Muhammad SAW supaya meminta keringanan kepada Allah terkait jumlah sholat fardhu yang pada akhirnya diringankan Allah menjadi 5 waktu sehari. Padahal Nabi Musa sudah lewat masa "dakwahnya" di dunia.



Lalu apa sebenarnya hikmah lain di balik pertemuan itu? Nabi Musa adalah seorang Rasul bergelar Kalimullah yang juga termasuk jajaran Ulul Azmi, yakni lima Rasul berkedudukan tinggi di sisi Allah. Selain Nabi Muhammad, Nabi Musa juga diberi keistimewaan Allah untuk dapat berbincang dengan-Nya di Bukit Tursina.

Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 164:

وَرُسُلًا قَدۡ قَصَصۡنٰهُمۡ عَلَيۡكَ مِنۡ قَبۡلُ وَرُسُلًا لَّمۡ نَقۡصُصۡهُمۡ عَلَيۡكَ‌ ؕ وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوۡسٰى تَكۡلِيۡمًا

Artinya: "Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung."

Oleh karena mukjizat luar biasa ini, Nabi Musa sangat ingin mendengar kalimat dari Dzat yang sangat dicintainya. Beliau pun mempersiapkan batin yang suci, salah satunya dengan berpuasa selama 40 hari berturut-turut. Hingga pada akhirnya, terjadilah momen luar biasa kala itu diabadikan dalam Al-Qur'an:

"Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman." (QS Al-A'raf ayat 143)

Selayaknya kekasih, tidak hanya ingin berbincang, Nabi Musa juga ingin melihat Dzat Allah secara langsung, sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur'an: "Ya Tuhanku nampakkan (diri Engkau) agar aku dapat melihat-Mu". Namun permohonan itu dijawab oleh Allah: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku. Tapi lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya, niscaya kamu dapat melihat-Ku."

Gus Musa Muhammad menerangkan, sebagian ulama menafsirkan, kala itu hijab antara Dzat Allah dan Nabi Musa berjumlah 70.000 hijab. Namun, hanya satu dari keseluruhan hijab yang pada akhirnya dibuka oleh Allah dan dipantulkan pada sebuah gunung yang kokoh untuk menuruti permohonan Nabi Musa. Gunung tersebut luluh lantak dan Nabi Musa pun terjatuh hingga pingsan.

Setelah sadar, Nabi Musa pun bertaubat atas permohonannya itu serta menyucikan nama-Nya. Kegagalan Nabi Musa memandang dan mendapatkan Nur illahi itu membuatnya semakin berhasrat ingin mendapatkannya di lain waktu.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan Nabi Musa selalu menghadang Nabi Muhammad SAW saat Isra' Mi'raj sesaat setelah menemui Allah. Nabi Musa mengajukan permohonan agar Nabi Muhammad kembali untuk meminta keringanan sholat wajib kepada Allah.

Tindakan itu sebenarnya bukan sekadar aktivitas tawar-menawar semata. Namun, sejatinya Nabi Musa ingin mendapat Nur (cahaya) Allah yang gagal didapatkannya dahulu. Sebab, sesaat setelah menemui Allah, Nur (cahaya) Allah membekas pada diri Nabi Muhammad SAW yang dibawanya turun.

Berulang kali Nabi Musa bertemu Nabi Muhammad ternyata punya alasan. Nabi Musa ingin mendapatkan lebih banyak lagi Nur Allah berikut keberkahannya.

Kata Gus Musa Muhammad, para Nabi merupakan orang-orang pilihan Allah yang segala tindakannya memiliki hikmah, yang tidak dapat dinalar oleh manusia pada umumnya. Kisah pertemuan Nabi Musa dan Nabi Muhammad SAW ini membuka pikiran kita bahwa peristiwa itu sebenarnya bukan sekedar tawar-menawar jumlah sholat fardhu, namun ada rahasia hikmah di dalamnya.

Di antara pesan moralnya adalah kebolehan dan anjuran untuk mengambil berkah dari orang-orang saleh. Sebab, di dalam diri mereka tersimpan cahaya kebaikan yang selalu dibawanya dan akan menyinari hati orang-orang yang menginginkannya.

Sekelas Nabi Musa saja senang bertemu dan ingin berlama-lama dengan Baginda Nabi Muhammad SAW yang mulia, bagaimana dengan kita umatnya yang belum pernah sama sekali bertemu beliau. Semoga Allah menghidupkan batin kita agar menjadi hamba yang beriman.

Referensi:
Hasyiyah As-Showi Ala Al-Jalalain



Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1389 seconds (0.1#10.140)