Puasa, Rahasia Antara Kita dan Allah

Kamis, 07 Juni 2018 - 16:01 WIB
Puasa, Rahasia Antara...
Puasa, Rahasia Antara Kita dan Allah
A A A
Ustaz Dr Miftah el-Banjary
Pakar Linguistik Arab Lulusan Institute of Arab Studies Cairo

Pada sebuah riwayat dikisahkan bahwa Nabi Musa alaihissalam (AS) pernah bermunajat pada Allah Swt. Dalam munajat itu, Nabi Musa berdialog, “Ya Rabb, adakah hamba yang Kau muliakan sebagaimana Engkau memuliakan aku yang dapat berdialog dengan-Mu secara langsung?”

Allah Swt menjawab munajat nabi Musa, “Wahai Musa, sesungguhnya Aku memiliki para hamba di akhir zaman yang kedudukan mereka aku muliakan dengan bulan Ramadhan. Ketahuilah wahai Musa, sesungguhnya jarak kedekatan antara Aku dan dirimu masih terdinding oleh 70.000 hijab.

Ketika mereka mengeringkan bibir mereka, mengosongkan perut mereka, hingga pucat wajah mereka dan menjadi kuning lesu kulit mereka disebabkan puasanya, maka jadilah jarak-Ku lebih dekat dengan mereka melebihi kedekatan antara Aku dan dirimu, wahai Musa. Manakala mereka berbuka puasa, maka aku tiada ada ganjaran bagi mereka, selain nanti bertemu dengan-Ku.”

Bagi orang yang beriman tidak ada kesenangan melebihi pengharapan mereka kelak bertemu dengan dzat Allah; Sang Maha Pencipta. Dan kesenangan pertemuan itu hanya dicapai dengan pencapaian puasa. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, kebahagiaan saat mereka berbuka dan kebahagiaan saat mereka bertemu dengan Rabb mereka.”

Sudah menjadi kebiasaan orang-orang salafus-saleh pada zaman dahulu membiasakan puasa, bukan sekadar pada bulan Ramadhan saja, namun mereka juga melatih puasa-puasa sunah di luar bulan Ramadhan. Dengan berpuasa, mereka mampu membersihkan hati mereka dari syahwat dunia, mereka mengosongkan perutnya dari kenikmatan makan dan minum.

Pada saat kebersihan jiwa itulah mereka lebih mudah menerima sinyal-sinyal ketuhanan. Batin dan hati mereka yang telah dibersihkan itulah membuat mereka mampu berdialog dengan Allah, sehingga doa-doa mereka pun lebih cepat diijabah oleh Allah.

Berdasarkan riwayat Ka’ab bin al-Ahbar meriwayatkan bahwasanya Allah Swt pernah berkata pada nabi Musa, “Sesungguhnya Aku telah menetapkan atas diri-Ku untuk tidak menolak doa orang-orang yang berpuasa Ramadhan. Wahai Musa, di bulan Ramadhan aku ilhamkan kepada langit, bumi, gunung, burung dan reptil agar memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berpuasa di dalamnya.”

Puasa juga merupakan ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan dan Allah Swt. Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah Swt berfirman: “Puasa itu rahasia antara Aku dan hamba-Ku dan Aku sendiri yang akan mengganjar pahalanya.”

Sudah menjadi kebiasaan orang-orang saleh pula pada zaman dahulu, mereka seringkali merahasiakan amal puasanya. Mereka seringkali membasahi bibir mereka yang kering lantaran berpuasa, sehingga tidak ada orang yang mengira bahwa mereka sedang berpuasa.

Oleh karena itu, puasa itu rahasia antara kita dengan Allah, maka hendaknya dirahasiakan dan jangan sekali-sekali diperlihatkan untuk tujuan riya’ sekedar berharap pujian orang lain atau terpaksa melakukannya hanya karena sungkan atau malu karena manusia.

Ibadah puasa menduduki derajat yang sangat tinggi dan mulia dihadapan Allah dan para malaikat. Derajat ketaqwaan seseorang dapat dilihat seberapa mampu dia mampu menahan hawa nafsunya melalui riyadhah puasa. Hawa nafsu yang dapat tunduk dan dikendalikan itulah yang kelak akan mampu mengangkat derajat manusia melebihi derajat para malaikat.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4250 seconds (0.1#10.140)