Hikmah Lapar dan Mendidik Nafsu saat Puasa

Rabu, 08 Mei 2019 - 16:48 WIB
Hikmah Lapar dan Mendidik Nafsu saat Puasa
Hikmah Lapar dan Mendidik Nafsu saat Puasa
A A A
Betapa agungnya ibadah puasa hingga Allah Ta’ala berfiman dalam satu hadits Qudsi yang diriwayatkan langsung oleh Nabi Muhammad shallallallahu alaihi wa salam (SAW). “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untuk Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung”.

Rasulullah SAW juga bersabda bahwa Ramadhan adalah bulan kesabaran dan pahala kesabaran adalah surga. Sabda Beliau: “Permulaannya adalah rahmat, tengahnya adalah ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.” (Baca Juga: Puasa dengan Syukur (Bagian 1))

Beruntunglah mereka yang berpuasa karena Allah dan semata-mata ridho-Nya lah yang dicari. Puasa apabila dikerjakan karena ikut-ikutan atau ingin menggugurkan kewajiban maka ia tidak akan bernilai. Mereka yang berpuasa seperti itu akan lebih banyak merasakan derita lapar dan haus. Sedangkan hakikat dan berkah puasanya tidak diperoleh.

Karena itu, ulama besar asal Yaman, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (1634-1720) dalam Kitabnya An-Nashoihud Diniyah memberikan nasihat indah terkait puasa. Kata Beliau, termasuk sunnah adalah menyegerakan buka puasa dan berbuka dengan kurma. Jika tidak menemukannya, maka ia berbuka dengan air.

Adalah Nabi SAW senantiasa berbuka sebeulm salat Maghrib, Nabi SAW bersabda: “Umatku selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan buka puasa dan mengakhirkan sahur.” Maka mengakhirkan sahur adalah sunnah pula.

Orang yang puasa hendaknya makan sedikit. Hal itu dimaksudkan supaya nampak pengaruh puasa padanya dan ia pun bisa mendapat hikmahnya dan mencapai tujuannya, yaitu mendidik nafsu dan melemahkan keinginannya.

“Karena rasa lapar dan kekosongan perut sangat berpengaruh besar dalam menerangi hati dan kekuatan anggota badan dalam beribadah. Sedangkan kekenyangan adalah penyebab kekerasan hati dan kelalaian serta kemalasan untuk melakukan ketaatan,” kata Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah anak Adam mengisi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia tidak bisa menghindarinya maka sepertiga perut itu untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.”

Seorang arif berkata, apabila perut menjadi kenyang maka semua anggota tubuh menjadi lapar. Dan apabila perut menjadi lapar maka semua anggota tubuh menjadi kenyang.

“Aku katakan, laparnya anggota-anggota tubuh adalah ibarat usaha dan keinginannya yang sangat untuk melampiaskan kesenangannya. Maka lidah suka bicara, mata suka memandang dan telinga suka mendengar. Begitu pula anggota tubuh yang lain,” terang Habib Abdullah Al-Haddad.

Bangkitnya anggota-anggota tubuh itu adalah untuk mencari kelebihan dari kesenangannya ketika perut menjadi penuh. Dan ketika perut kosong, maka diamnya dan ketenangan anggota-anggota tubuh itulah yang diungkapkan dengan istilah kekenyangan anggota tubuh dan hal itu dapat disaksikan.

Termasuk adab puasa ialah tidak terlalu banyak mengurusi dunia di bulan Ramadhan, tetapi mengkhususkan diri untuk beribadah kepada Allah dan menyebut nama-Nya sebanyak mungkin.

Janganlah ia mengurusi dunia, kecuali bila sangat mendesak bagi kebutuhannya atau anak-anak yang wajib diurusinya. Hal itu disebabkan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan seperi kedudukan Jum’at di antara hari-hari. Oleh karena itu orang mukmin harus menjadikan hari Jum’at dan bulannya ini khusus untuk akhiratnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2899 seconds (0.1#10.140)