I'tikaf Bagi Perempuan, di Masjid atau di Rumah?

Minggu, 26 Mei 2019 - 10:26 WIB
Itikaf Bagi Perempuan,...
I'tikaf Bagi Perempuan, di Masjid atau di Rumah?
A A A
Hari ini kita telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan. I'tikaf merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (SAW) pada 10 terakhir bulan Ramadhan. I'tikaf artinya berdiam diri dalam masjid untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Keutamaan i'tikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan juga dimuliakan oleh Allah SWT sebagaimana firman Nya (yang artinya), "...Janganlah kamu campuri mereka itu, sedangkan kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikian Allah menerangkan aya-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa." (Al-Baqarah: 187).

Dari Abdullah bin Umar RA berkata, "Rasulullah biasa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan.". Hal ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan Aisyah RA istri Nabi yang mengatakan bahwa Nabi SAW selalu beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sehingga Allah mewafatkan beliau. Setelah itu para istri beliau beri'tikaf sepeninggal beliau. (Baca Juga: Tata Cara Iktikaf dan Bacaan Niat yang Benar)

Orang yang beri'tikaf tidak boleh ke luar masjid kecuali ada hajat atau keperluan. Dari Aisyah RA berkata, "Sungguh Rasulullah memasukkan kepala beliau kepadaku ketika beliau sedang beri'tikaf di masjid, lalu saya menyisirnya. Apabila beliau beri'tikaf, maka beliau tidak masuk ke rumah kecuali karena ada keperluan."

Ibnu Umar pernah bertanya kepada Nabi SAW (dalam satu riwayat: dari Ibnu Umar dari Umar ibnul Khaththab bahwa berkata, "(Wahai Rasulullah! Pada zaman jahiliah dulu, saya bernazar untuk beri'tikaf semalam di Masjidil Haram." Beliau bersabda, "Penuhilah nazarmu." Lalu Umar beri'tikaf semalam)

Hukum I'tikaf Bagi Perempuan
Menurut Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal, pengasuh Rumaysho.Com menjelaskan bahwa Imam Syafi’i memakruhkan secara mutlak i’tikaf perempuan di masjid yang ada salat jama'ah. Alasannya, apabila perempuan i’tikaf di masjid umum, banyak laki-laki yang bukan mahrom melihat wanita tersebut.

Ibnu 'Abdil Barr berkata, "Seandainya Ibnu 'Uyainah tidak menambah dalam hadits bab bahwa Nabi SAW masih memberikan izin wanita untuk i'tikaf di masjid, tentu i’tikaf wanita di masjid yang ada jama’ahnya menjadi tidak dibolehkan."

Sedangkan ulama Hanafiyah menyaratkan i'tikaf perempuan di masjid rumahnya. Menurut ulama Hanafiyah pula perempuan masih boleh i'tikaf di masjid namun bersama suaminya. Demikian pendapat dari Imam Ahmad.

I'tikafnya Kaum Perempuan
Ummul Mukiminin Aisyah RA berkata dalam hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari, "Nabi beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari setiap bulan Ramadhan. Maka, saya buatkan untuk beliau sebuah tenda. Setelah salat subuh, beliau masuk ke dalam tenda itu.

Apakah Aisyah meminta izin kepada beliau untuk beri'tikaf? Lalu Nabi memberinya izin, lantas dia membuat kubah di dalamnya. Maka, Hafshah mendengarnya. Kemudian Hafshah meminta izin kepada Aisyah untuk membuat sebuah tenda pula, maka Aisyah mengizinkannya.

Kemudian Hafshah membuat tenda (dalam satu riwayat: kubah). Ketika Zainab binti Jahsy melihat tenda itu, maka ia membuat tenda untuk dirinya. Ketika hari telah subuh, Nabi melihat tenda-tenda itu (dalam satu riwayat: melihat empat buah kubah). Lalu, Nabi bertanya, 'Tenda-tenda apa ini?'

Maka, diberitahukan orang kepada beliau (mengenai informasi tentang mereka). Lalu, Nabi bersabda, 'Apakah yang mendorong mereka berbuat begini? Bagaimanakah sebaiknya menurut pikiran kamu mengenai mereka? (Aku tidak melakukan i'tikaf sekarang).' Lalu, beliau menghentikan i'tikafnya dalam bulan itu. Kemudian beliau beri'tikaf pada sepuluh hari (terakhir) bulan Syawal."
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1617 seconds (0.1#10.140)