Kisah Lengkap Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW (2)
A
A
A
DR KH Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran
Alumni Institute of Arab Studies Kairo-Mesir
Pada hari ke-3, sesuai kesepakatan yang pernah dibuat antara Abu Bakar dengan Abdullah bin Arqayat, dia datang ke Gua Tsur untuk bekerja sama membantu sebagai orang yang dibayar sebagai penunjuk jalan menuju Yatsrib dengan mengambil jalan yang tak biasa dilalui orang. Padahal Abdullah bin Uraiqhit atau Abdullah bin Arqayat ini seorang musyrikin Makkah yang menawarkan jasanya secara profesional.
Nabi SAW membutuhkan seorang pemandu disebabkan rute perjalanan yang mereka tempuh bukan rute perjalanan yang biasa ditempuh oleh kebanyakan orang, melainkan rute alternatif yang tidak banyak diketahui untuk menghindari pengejaran kafir Quraisy. Di hari ke-3, Nabi SAW, Abu Bakar beserta Abdullah Arqayat mulai melakukan perjalanan hijrah dengan menggunakan seekor unta dengan rute memutar berbalik arah tujuan menuju Yaman.
Di Kota Makkah, kafir Quraisy yang gagal menemukan jejak Nabi Muhammad SAW mengadakan sayembara yang diumumkan di pasar Oukaz dan sekeling Ka'bah bahwa siapa saja yang berhasil menangkap Muhammad, baik dalam keadaan hidup atau mati dia akan mendapatkan hadiah 100 ekor unta.
Seorang kafir Quraiys bernama Suraqah bin Malik al-Mudlaji tertarik dengan hadiah sayembara itu. Dia segera memacu kudanya untuk melakukan penyisiran sekaligus pengejaran hijrahnya Nabi SAW. Di tengah gurun pasir yang luas, Suraqah menangkap bayangan tiga orang yang sedang melakukan perjalanan menuju arah ke Madinah.
Dengan pedang terhunus, dia memacu kudanya dengan penuh semangatnya, namun beberapa kali kudanya jatuh terjungkal. Suraqah yang berniat membunuh Nabi SAW terjatuh, hingga ditolong oleh Nabi SAW. Suraqah menyadari kesalahannya, dia meminta diampuni dan menyatakan masuk Islam.
Pada hari ketiga, hari Kamis, tibalah Nabi SAW di Desa Quba, selama beberapa hari di sana, Nabi sempat mendirikan sebuah masjid. Itulah masjid pertama kali yang dibangun dalam sejarah Islam. Sampai hari ini dikenal dengan Masjid Quba.
Pada hari Jum'at, di Quba Nabi Muhammad SAW bertemu kembali dengan Sayyidina Ali bin Thalib yang menyusulnya. Di sini pula lah Nabi menerima keislaman Salman al-Farisi; seorang pemeluk agama Kristen yang berasal dari Persia. Selama 4 hari hari di Quba, Nabi dan para sahabat melanjutkan perjalanan memasuki Kota Yatsrib.
Sebelumnya, Nabi ditemui oleh Zubair bin Awwam yang ketika itu berusia 21 tahun yang membawakan jubah putih agar dikenakan Nabi SAW saat memasuki kota Yatsrib. Perjalanan hijrah Nabi berlangsung selama 14 hari, meski biasanya sudah bisa sampai dalam waktu perjalanan 10 hari, disebabkan Nabi bertahan di gua Tsur selama 3 hari. Para penduduk di Madinah selalu menunggu kedatangan Nabi SAW di sebuah tempat bernama Harrah; di sebuah perbukitan batu hitam yang memungkinkan bisa melihat rombongan Nabi dari kejauhan.
Tepat pada hari Senin, 16 Rabiul Awwal atau bertepatan 20 September 622 M, disambut suka cita oleh segenap penduduk Yatsrib dengan sambutan daff atau tabuhan gendang rebana disertai syair "Thala'al badru 'ala'ina" Nabi SAW memasuki kota Yatsrib. Kedatangan Rasulullah SAW di Yatsrib diperebutkan oleh penduduk kaum muslimin, mereka berebut menarik tali kekang unta beliau untuk mengajak Rasulullah bertempat tinggal di rumah mereka.
Namun, Rasulullah meminta biarlah untanya sendiri yang menentukan dimana beliau bertempat tinggal. Unta yang ditunggangi oleh Rasulullah, akhirnya berhenti di pekarangan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Di sanalah Rasulullah, memulai bertempat tinggal beberapa bulan, sebelum akhirnya beliau membangun masjid Nabawi dan beberapa kamar untuk beliau tinggali di atas sebuah tanah yang dibeli dari kakak beradik yatim piatu di Yatsrib tersebut.
Tak lama kemudian, Rasulullah mengubah nama Yatsrib menjadi nama baru "Madinah al-Munawwarah" yang artinya "Kota Baru yang Bersinar". Kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menjadikan peristiwa hijrah pada tahun 622 H atau bertepatan 20 September 622 M inilah yang dijadikan sebagai momentum awal tahun baru Islam 1 hijriyyah dalam penanggalan umat Islam hingga hari ini.
Demikian kisah perjalanan dakwah Rasulullah bersama para sahabatnya yang penuh dengan perjuangan yang sangat menggetarkan demi menegakkan li’ila kalimatillah, sehingga Islam pun tersebar ke seluruh penjuru dunia hingga hari ini. [Baca Juga: Kisah Lengkap Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW (1)]
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran
Alumni Institute of Arab Studies Kairo-Mesir
Pada hari ke-3, sesuai kesepakatan yang pernah dibuat antara Abu Bakar dengan Abdullah bin Arqayat, dia datang ke Gua Tsur untuk bekerja sama membantu sebagai orang yang dibayar sebagai penunjuk jalan menuju Yatsrib dengan mengambil jalan yang tak biasa dilalui orang. Padahal Abdullah bin Uraiqhit atau Abdullah bin Arqayat ini seorang musyrikin Makkah yang menawarkan jasanya secara profesional.
Nabi SAW membutuhkan seorang pemandu disebabkan rute perjalanan yang mereka tempuh bukan rute perjalanan yang biasa ditempuh oleh kebanyakan orang, melainkan rute alternatif yang tidak banyak diketahui untuk menghindari pengejaran kafir Quraisy. Di hari ke-3, Nabi SAW, Abu Bakar beserta Abdullah Arqayat mulai melakukan perjalanan hijrah dengan menggunakan seekor unta dengan rute memutar berbalik arah tujuan menuju Yaman.
Di Kota Makkah, kafir Quraisy yang gagal menemukan jejak Nabi Muhammad SAW mengadakan sayembara yang diumumkan di pasar Oukaz dan sekeling Ka'bah bahwa siapa saja yang berhasil menangkap Muhammad, baik dalam keadaan hidup atau mati dia akan mendapatkan hadiah 100 ekor unta.
Seorang kafir Quraiys bernama Suraqah bin Malik al-Mudlaji tertarik dengan hadiah sayembara itu. Dia segera memacu kudanya untuk melakukan penyisiran sekaligus pengejaran hijrahnya Nabi SAW. Di tengah gurun pasir yang luas, Suraqah menangkap bayangan tiga orang yang sedang melakukan perjalanan menuju arah ke Madinah.
Dengan pedang terhunus, dia memacu kudanya dengan penuh semangatnya, namun beberapa kali kudanya jatuh terjungkal. Suraqah yang berniat membunuh Nabi SAW terjatuh, hingga ditolong oleh Nabi SAW. Suraqah menyadari kesalahannya, dia meminta diampuni dan menyatakan masuk Islam.
Pada hari ketiga, hari Kamis, tibalah Nabi SAW di Desa Quba, selama beberapa hari di sana, Nabi sempat mendirikan sebuah masjid. Itulah masjid pertama kali yang dibangun dalam sejarah Islam. Sampai hari ini dikenal dengan Masjid Quba.
Pada hari Jum'at, di Quba Nabi Muhammad SAW bertemu kembali dengan Sayyidina Ali bin Thalib yang menyusulnya. Di sini pula lah Nabi menerima keislaman Salman al-Farisi; seorang pemeluk agama Kristen yang berasal dari Persia. Selama 4 hari hari di Quba, Nabi dan para sahabat melanjutkan perjalanan memasuki Kota Yatsrib.
Sebelumnya, Nabi ditemui oleh Zubair bin Awwam yang ketika itu berusia 21 tahun yang membawakan jubah putih agar dikenakan Nabi SAW saat memasuki kota Yatsrib. Perjalanan hijrah Nabi berlangsung selama 14 hari, meski biasanya sudah bisa sampai dalam waktu perjalanan 10 hari, disebabkan Nabi bertahan di gua Tsur selama 3 hari. Para penduduk di Madinah selalu menunggu kedatangan Nabi SAW di sebuah tempat bernama Harrah; di sebuah perbukitan batu hitam yang memungkinkan bisa melihat rombongan Nabi dari kejauhan.
Tepat pada hari Senin, 16 Rabiul Awwal atau bertepatan 20 September 622 M, disambut suka cita oleh segenap penduduk Yatsrib dengan sambutan daff atau tabuhan gendang rebana disertai syair "Thala'al badru 'ala'ina" Nabi SAW memasuki kota Yatsrib. Kedatangan Rasulullah SAW di Yatsrib diperebutkan oleh penduduk kaum muslimin, mereka berebut menarik tali kekang unta beliau untuk mengajak Rasulullah bertempat tinggal di rumah mereka.
Namun, Rasulullah meminta biarlah untanya sendiri yang menentukan dimana beliau bertempat tinggal. Unta yang ditunggangi oleh Rasulullah, akhirnya berhenti di pekarangan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Di sanalah Rasulullah, memulai bertempat tinggal beberapa bulan, sebelum akhirnya beliau membangun masjid Nabawi dan beberapa kamar untuk beliau tinggali di atas sebuah tanah yang dibeli dari kakak beradik yatim piatu di Yatsrib tersebut.
Tak lama kemudian, Rasulullah mengubah nama Yatsrib menjadi nama baru "Madinah al-Munawwarah" yang artinya "Kota Baru yang Bersinar". Kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menjadikan peristiwa hijrah pada tahun 622 H atau bertepatan 20 September 622 M inilah yang dijadikan sebagai momentum awal tahun baru Islam 1 hijriyyah dalam penanggalan umat Islam hingga hari ini.
Demikian kisah perjalanan dakwah Rasulullah bersama para sahabatnya yang penuh dengan perjuangan yang sangat menggetarkan demi menegakkan li’ila kalimatillah, sehingga Islam pun tersebar ke seluruh penjuru dunia hingga hari ini. [Baca Juga: Kisah Lengkap Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW (1)]
(rhs)