Biografi Abu Bakar, Sahabat Paling Terdepan Membela Rasulullah SAW

Senin, 14 Oktober 2019 - 09:01 WIB
Biografi Abu Bakar, Sahabat Paling Terdepan Membela Rasulullah SAW
Biografi Abu Bakar, Sahabat Paling Terdepan Membela Rasulullah SAW
A A A
Abu Bakar radhiallahu 'anhu (RA) bernama lengkap 'Abdullah bin Abu Quhafah atau lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau termasuk salah satu orang yang awal memeluk Islam dan khalifah pertama sepeninggal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) .

Nasab beliau bertemu nasabnya Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Abu Bakar adalah sahabat yang paling terdepan membela Rasulullah SAW. Ada yang berkata bahwa Abu Bakar dijuluki 'ash-Shiddiq' karena saat peristiwa isra' mi'raj, orang-orang mendustakan kejadian itu, sedangkan Abu Bakar langsung membenarkannya.

Keistimewan Abu Bakar telah diceritakan dalam Kitab Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir; Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi, Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah; Al-Kaba'ir karya Adz-Dzahabi dan masih banyak kitab lainnya.

Sosok Abu Bakar mendapat tempat tertinggi di sisi Rasulullah SAW. Dari Amru bin al-Ash, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil:

"Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya 'Siapa manusia yang paling engkau cintai?' beliau bersabda: "Aisyah". aku berkata: 'kalau dari lelaki?' beliau menjawab: "ayahnya (Abu Bakar)". 'Lalu siapa?' Beliau menjawab: "Umar" lalu menyebutkan beberapa orang lelaki." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

"Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih." (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau SAW juga bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu adalah pendusta. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan meninggalkan) sahabatku?" Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin). (HR Al-Bukhari)

Kisah yang Mengharukan
Dalam riwayat Al-Bukhari dari Aisyah RA bahwa ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau di daerah Sunnah. Beliau turun dari tunggangannya dan kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah.

Abu Bakar menyingkap wajah mulia Rasulullah yang ditutupi kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata: "Demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal."

Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara di hadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata: "Duduklah wahai Umar!" Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar.

Abu Bakar berkata: "Amma bad'du, barang siapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Beliau membaca firman Allah (QS Ali Imran: 144):

Allah Ta'ala telah berfirman: "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."

Sa'id bin Musayyab berkata bahwa Umar ketika itu berkata: "Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah wafat."

Menurut ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai'at menjadi khalifah, ada seorang perempuan desa berkata: "Sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami."

Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata: "Tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak mengubah kebiasaanku di masa lalu." Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.

Menjadi Khalifah Pertama
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umrah, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H.

Beliau memasuki Kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar): "Ini putramu (telah datang)!"

Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata: "Wahai ayahku, janganlah engkai berdiri!" Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.

Setelah itu datanglah beberapa tokoh Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan Salam kepada Abu Bakar: "Assalamu'alaika wahai khalifah Rasulullah!"

Mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata: "Wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!"

Abu Bakar berkata: "Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah." Lalu Abu Bakar berkata : "Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?" Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.

Wafatnya Abu Bakar
Menurut ulama ahli sejarah, Abu Bakar wafat malam selasa, antara waktu maghrib dan isya pada 8 Jumadil awal 13 H karena sakit yang dideritanya. Usia beliau saat meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma' binti Umais, istri beliau.

Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensalati jenazahnya di antara makam Nabi dan mimbar (Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Keluarga Abu Bakar
Ayah: 'Utsman bin 'Amir (540– Maret 635), juga dikenal dengan nama Abu Quhafah. Berasal dari Bani Taim. Abu Quhafah baru menganut Islam setelah penaklukkan Makkah. Beliau meninggal beberapa bulan setelah mangkatnya Abu Bakar.

Ibu: Salma binti Shakhar, juga dikenal dengan sebutan Ummu al-Khair. Salma merupakan sepupu Abu Quhafah dan juga berasal dari Bani Taim. Salma termasuk orang yang telah masuk Islam sebelum Nabi Muhammad hijrah dan yang mendatangi kediaman Arqam. Beliau meninggal pada masa kekhalifahan putranya.

Istri
1. Qutailah binti 'Abdul 'Uzza. Dia berasal dari suku 'Amir bin Luayy, cabang suku Quraisy di Makkah. Qutailah dan Abu Bakar bercerai beberapa saat setelah kelahiran putra mereka, 'Abdullah.

2. Zainab binti 'Amir (meninggal 628). Dikenal dengan sebutan Ummu Ruman. Dia berasal dari suku Al-Harits, cabang Bani Kinanah. Menikah dengan Abu Bakar setelah kematian suami pertamanya, Harits bin Sakhbarah dari Bani Azad.

3. Asma binti 'Umays. Secara keseluruhan, Asma menikah tiga kali. Sebelumnya Asma adalah istri Ja'far bin Abi Thalib. Setelah Ja'far meninggal pada tahun 629, Asma menikah dengan Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal, Asma mendapat tunjangan sebesar 1.000 dirham pada masa Khalifah 'Umar in Khattab. Asma kemudian menikah dengan 'Ali bin Abi Thalib.

4. Habibah binti Kharijah. Berasal dari Bani Khazraj.

Putra
1. 'Abdullah (sekitar 610- 633) putra dari Qutailah. 'Abdullah sendiri adalah suami kedua 'Atikah. 'Abdullah meninggal lantaran luka yang dia dapat saat pengepungan Tha'if hampir tiga tahun sebelumnya. Dia menikah dengan 'Atikah binti Zaid, seorang pujangga dari Bani 'Adi.
2. 'Abdurrahman (meninggal 666) putra dari Ummu Ruman. 'Abdurrahman masuk Islam setelah penaklukkan Makkah.
3. Muhammad (631-658) putra dari Asma. Menjadi anak angkat dari ayah tirinya, 'Ali bin Abi Thalib.

Putri
1. Asma (sekitar 595-692), putri dari Qutailah. Saat ayahnya dan Nabi Muhammad bersembunyi di Gua Tsur, Asma menyuplai makanan untuk mereka. Dari pernikahannya dengan Zubair bin 'Awwam, Asma memiliki seorang putra, Abdullah bin Zubair, yang menyatakan dirinya sebagai khalifah pada 683 sebagai saingan dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
2. Aisyah (613/614- 678), putri dari Ummu Ruman. Bergelar ummul mu'minin sebagai istri ketiga Nabi Muhammad SAW.
3. Ummu Kultsum, putri dari Habibah. Menikah dengan Thalhah bin 'Ubaidillah.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5194 seconds (0.1#10.140)