Abu Bakar Ashi-Shiddiq Menyadari Dasar Islam adalah Kedaulatan Sejagat
loading...
A
A
A
Abu Bakar Ashi-Shiddiq dengan nalurinya menyadari benar bahwa dasar Islam adalah kedaulatan sejagat. Seruannya tidak terbatas hanya pada golongan Arab, tetapi ajakan kepada kebenaran itu ditujukan kepada seluruh umat manusia.
" Nabi Muhammad SAW sendiri telah mengirim para utusannya kepada raja-raja dan penguasa, mengajak mereka sama-sama menerima agama Allah," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Menurut Haekal, sudah menjadi kewajiban setiap orang yang beriman kepada agama ini untuk berdakwah, menyampaikan ajaranNya sebagai petunjuk dan rahmat. Dalam diri Rasulullah sudah ada teladan yang baik bagi setiap Muslim. Rasulullah telah menyerukan dakwahnya kepada segenap umat manusia yang terdiri dari berbagai warna kulit. "Para penggantinya hendaknya juga menyebarkan seruan itu ke segenap belahan bumi ini," ujar Haekal.
Biarlah mereka berjuang demi kebebasan berdakwah. Jangan memaksa siapa pun dan jangan juga mau dirintangi dalam menyampaikan kebenaran yang sudah mereka peroleh itu. Hendaklah seluruh jagat ini menjadi arena dakwah kepada kebenaran, apa pun risiko yang akan menimpa diri mereka demi perjuangan di jalan Allah itu. Bila sampai mereka mati syahid, Allah jugalah yang akan memberi balasan.
Haekal mengatakan prinsip-prinsip inilah yang menjadi dasar dakwah Rasulullah, yang telah dipahami benar oleh Abu Bakar dengan nalurinya, berkat persahabatannya selama 20 tahun serta pelajaran-pelajaran yang diterimanya dari Rasulullah.
"Itulah yang menyebabkan Abu Bakar begitu menerima tugas, segala kesulitan itu buat dia tidak berarti lagi dan ia tetap berusaha mengatasinya, dan itu juga yang membuat kedaulatan Islam cepat berkembang ke segenap penjuru dunia dan kemudian banyak bangsa yang bernaung di bawah panji Islam," tutur Haekal.
Generasi demi generasi kebudayaan bangsa-bangsa itu terus menyebar di dunia. Kemudian menjadi tua, seperti biasanya semua bangsa dan imperium itu harus berangsur tua. Kemudian jatuh tertidur, nyenyak, lama sekali tidurnya, yang selanjutnya disambung oleh kematian seorang demi seorang.
" Nabi Muhammad SAW sendiri telah mengirim para utusannya kepada raja-raja dan penguasa, mengajak mereka sama-sama menerima agama Allah," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Menurut Haekal, sudah menjadi kewajiban setiap orang yang beriman kepada agama ini untuk berdakwah, menyampaikan ajaranNya sebagai petunjuk dan rahmat. Dalam diri Rasulullah sudah ada teladan yang baik bagi setiap Muslim. Rasulullah telah menyerukan dakwahnya kepada segenap umat manusia yang terdiri dari berbagai warna kulit. "Para penggantinya hendaknya juga menyebarkan seruan itu ke segenap belahan bumi ini," ujar Haekal.
Biarlah mereka berjuang demi kebebasan berdakwah. Jangan memaksa siapa pun dan jangan juga mau dirintangi dalam menyampaikan kebenaran yang sudah mereka peroleh itu. Hendaklah seluruh jagat ini menjadi arena dakwah kepada kebenaran, apa pun risiko yang akan menimpa diri mereka demi perjuangan di jalan Allah itu. Bila sampai mereka mati syahid, Allah jugalah yang akan memberi balasan.
Haekal mengatakan prinsip-prinsip inilah yang menjadi dasar dakwah Rasulullah, yang telah dipahami benar oleh Abu Bakar dengan nalurinya, berkat persahabatannya selama 20 tahun serta pelajaran-pelajaran yang diterimanya dari Rasulullah.
"Itulah yang menyebabkan Abu Bakar begitu menerima tugas, segala kesulitan itu buat dia tidak berarti lagi dan ia tetap berusaha mengatasinya, dan itu juga yang membuat kedaulatan Islam cepat berkembang ke segenap penjuru dunia dan kemudian banyak bangsa yang bernaung di bawah panji Islam," tutur Haekal.
Generasi demi generasi kebudayaan bangsa-bangsa itu terus menyebar di dunia. Kemudian menjadi tua, seperti biasanya semua bangsa dan imperium itu harus berangsur tua. Kemudian jatuh tertidur, nyenyak, lama sekali tidurnya, yang selanjutnya disambung oleh kematian seorang demi seorang.
(mhy)