Kenapa Orang Berteriak Saat Marah?
A
A
A
Ternyata ada rahasia dibalik sabda Rasulullah SAW , "Laa taghdhab wa lakal jannah" (jangan marah, bagimu surga). Mengapa orang berteriak ketika marah dan apa hikmah dari larangan marah?
Habib Quraisy Baharun (Pimpinan Ponpes As-Shidqu Kuningan) pernah menyampaikan sebuah kisah penuh hikmah dan mudah-mudahan ini bisa menjawab pertanyaan di atas.
Dikisahkan, seorang Syeikh berjalan dengan para muridnya. Mereka melihat ada sebuah keluarga yang sedang bertengkar, dan saling berteriak.
Syeikh tersebut berpaling kepada muridnya dan bertanya: "Mengapa orang saling berteriak jika mereka sedang marah?".
Salah satu muridnya menjawab: "Karena kehilangan sabar, makanya mereka berteriak".
"Tetapi kenapa harus berteriak kepada orang yang tepat berada di sebelahnya? Bukankah pesan yang ia sampaikan bisa ia ucapkan dengan cara halus?" tanya sang Syeikh menguji murid-muridnya.
Muridnya pun saling beradu jawaban, namun tidak satupun jawaban yang mereka sepakati. Akhirnya sang Syeikh memberi penjelasan.
"Bila dua orang sedang marah, maka hati mereka saling menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar perkataannya dapat terdengar. Semakin marah, maka akan semakin keras teriakannya. Karena jarak kedua hati semakin jauh."
"Begitu juga sebaliknya, di saat kedua insan saling jatuh cinta. Mereka tidak saling berteriak antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara kedua hati sangat dekat."
"Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi? Mereka tidak lagi bicara. Mereka Hanya berbisik dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Pada Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisik. Mereka cukup hanya dengan saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah dua manusia yang saling mengasihi."
Sang Syeikh kemudian memandangi muridnya dan menyampaikan nasihat indah dengan lembut: "Jika terjadi pertengkaran di antara kalian, jangan biarkan hati kalian menjauh. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh. Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak akan lagi bisa ditempuh".
Demikian kisah sang Syeikh yang mengajarkan ilmu hikmah kepada muridnya. Untuk diketahui, kemarahan adalah salah satu sebab yang bisa menjerumuskan seseorang kepada kekufuran.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Habib Quraisy Baharun (Pimpinan Ponpes As-Shidqu Kuningan) pernah menyampaikan sebuah kisah penuh hikmah dan mudah-mudahan ini bisa menjawab pertanyaan di atas.
Dikisahkan, seorang Syeikh berjalan dengan para muridnya. Mereka melihat ada sebuah keluarga yang sedang bertengkar, dan saling berteriak.
Syeikh tersebut berpaling kepada muridnya dan bertanya: "Mengapa orang saling berteriak jika mereka sedang marah?".
Salah satu muridnya menjawab: "Karena kehilangan sabar, makanya mereka berteriak".
"Tetapi kenapa harus berteriak kepada orang yang tepat berada di sebelahnya? Bukankah pesan yang ia sampaikan bisa ia ucapkan dengan cara halus?" tanya sang Syeikh menguji murid-muridnya.
Muridnya pun saling beradu jawaban, namun tidak satupun jawaban yang mereka sepakati. Akhirnya sang Syeikh memberi penjelasan.
"Bila dua orang sedang marah, maka hati mereka saling menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar perkataannya dapat terdengar. Semakin marah, maka akan semakin keras teriakannya. Karena jarak kedua hati semakin jauh."
"Begitu juga sebaliknya, di saat kedua insan saling jatuh cinta. Mereka tidak saling berteriak antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara kedua hati sangat dekat."
"Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi? Mereka tidak lagi bicara. Mereka Hanya berbisik dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Pada Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisik. Mereka cukup hanya dengan saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah dua manusia yang saling mengasihi."
Sang Syeikh kemudian memandangi muridnya dan menyampaikan nasihat indah dengan lembut: "Jika terjadi pertengkaran di antara kalian, jangan biarkan hati kalian menjauh. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh. Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak akan lagi bisa ditempuh".
Demikian kisah sang Syeikh yang mengajarkan ilmu hikmah kepada muridnya. Untuk diketahui, kemarahan adalah salah satu sebab yang bisa menjerumuskan seseorang kepada kekufuran.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
(rhs)