Nasihat Habib Quraisy Baharun yang Menggetarkan Hati
loading...
A
A
A
Bila tiba-tiba esok hari kita meninggal , sudahkah kita siap menyambut kedatangan Malaikat menanyakan amal perbuatan kita? Sudahkan kita siap merasakan dahsyat dan sakitnya sakaratul maut ?
Al-Habib Quraisy Baharun (pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan) menyampaikan nasihat yang menggetarkan hati yang disiarkannya lewat Fanpage Facebook-nya beberapa waktu lalu. Beliau mengingatkan kita tentang dahsyatnya kematian. Sudahkah kita siap menempati dunia baru? Bersama gelap, sunyi, sendiri, binatang tanah dan penantian tak pasti? (Baca Juga: Beginilah Sakaratul Maut dan Kisah Nabi Isa Menghidupkan Orang Mati (1))
"Saudaraku, bila esok hari kita meninggal sudah siapkah kita meninggalkan kesenangan dunia? Keluarga dan kerabat, anak-anak bahkan harta benda yang telah kita kumpulkan hari-hari untuk mengamini nafsu duniawi kita selama ini? Sudahkah kita siapkan sedikit bekal yang paling tidak, dapat menyelamatkan kita dari cambukan dan pukulan para Malaikat di alam barzakh nanti?" kata Habib Quraisy .
Bila esok hari tiba-tiba meninggal , apa yang terjadi? Ada baiknya dari sekarang kita mulai khusyu' mentafakurinya. Renungkan, seolah-olah esok hari kita akan meninggalkan dunia dan tak lagi ada kesempatan waktu untuk meminta maaf, memohon ampun, beribadah atau menyiapkan apa-apa lagi.
( )
Tiap-tiap jiwa yang hidup hakikatnya akan mati karena jiwa-jiwa ini memiliki pemilik dan bila tiba saatnya pasti akan kembali. Hal ini telah Allah sampaikan dalam firman-Nya.
"Tidaklah suatu jiwa mati kecuali sudah ada kitab ajalnya." (QS. Ali Imran: Ayat 145). Kalam ini menjelaskan betapa tiap manusia yang hidup telah ditentukan kematiannya oleh Allah dan apabila tiba saatnya maka tidak ada yang dapat berdalih sekalipun berlindung dibalik benteng kokoh.
Ingatlah wejangan-wejangan yang haq itu bahwa di manapun dan kapanpun bila sudah ditetapkan masanya maka dengan mudahnya kematian itu dapat menyeret kita. "Di manapun kalian berada pasti kematian merenggut kalian walaupun dalam benteng yang kokoh." (QS. An Nisa: 78).
Habib Quraisy mengatakan, kematian tidak pernah memandang status sosial, tidak pernah memandang umur, tidak akan memandang ras atau apapun. Kematian hakikatnya dapat mengenai siapa saja yang telah Allah tetapkan. ( )
Bagi yang kaya raya atau yang jelata, pengemis hingga orang-orang terhormat, laki-laki maupun perempuan semua jiwa pasti dekat dengan kematian . Allah telah memberi masing-masing dari kita jatah waktu untuk mengumpulkan perbekalan, sedangkan jatah umur itu tiap hari terus-menerus berkurang. Lalu apa saja yang telah kita lakukan selama ini? Sudahkah kita lakukan sesuatu yang berguna untuk menyelamatkan kita di hari pembalasan?
Kematian itu misteri, kita bahkan tidak akan pernah tau bagaimana cara kita meninggal dan dalam keadaan bagaimanakah diri kita ketika meninggal. Bahkan di saat sehat bugar sekalipun kematian itu bisa saja menjemput kita. Sudah cukupkah amal ibadah kita sebagai teman satu-satunya nanti kala kita meninggal? Sudah pantaskah diri kita memperoleh nikmat kubur? Jika kita memperoleh siksa kubur, kepada siapa kita akan memohon pertolongan?
Adakah Allah memberikan kita kesempatan kedua untuk kembali ke dunia dan beramal sebanyak-banyaknya? Tidak. Bilamana ada, itupun sangat sedikit dan hanya menimpa orang-orang beruntung yang Allah kehendaki saja. Atau bisa saja itu hanyalah cara Allah memberi kan hidayah kepada hamba-Nya yang beruntung itu. Maka hendaknya kita mulai menyiapkan perbekalannya dari sekarang.
Paling tidak laksanakan kewajiban-kewajiban dahulu, tinggalkan segala hal yang mudharat dan membuang waktu. Memohon ampun pada pemilik jiwa kita dan mintalah supaya kita meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Selesaikan segala pertikaian antarsesama, tuntaskan urusan muamalah.
( )
Mari mulai melawan permainan dunia ini, jangan mau diperbudak oleh keindahan-keindahan sesaat yang melenakan mata lagi. Raqib Atid tidak pernah tidur dan tak akan lengah mencatat amal perbuatan kita sehari-hari.
Mari kita simak pesan Rasulullah SAW berikut: "Umatku yang paling cerdas adalah umatku yang paling banyak ingat mati , lalu mempersiapkan dirinya hidup setelah mati." (HR Ath-Thabrani). ( )
Al-Habib Quraisy Baharun (pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan) menyampaikan nasihat yang menggetarkan hati yang disiarkannya lewat Fanpage Facebook-nya beberapa waktu lalu. Beliau mengingatkan kita tentang dahsyatnya kematian. Sudahkah kita siap menempati dunia baru? Bersama gelap, sunyi, sendiri, binatang tanah dan penantian tak pasti? (Baca Juga: Beginilah Sakaratul Maut dan Kisah Nabi Isa Menghidupkan Orang Mati (1))
"Saudaraku, bila esok hari kita meninggal sudah siapkah kita meninggalkan kesenangan dunia? Keluarga dan kerabat, anak-anak bahkan harta benda yang telah kita kumpulkan hari-hari untuk mengamini nafsu duniawi kita selama ini? Sudahkah kita siapkan sedikit bekal yang paling tidak, dapat menyelamatkan kita dari cambukan dan pukulan para Malaikat di alam barzakh nanti?" kata Habib Quraisy .
Bila esok hari tiba-tiba meninggal , apa yang terjadi? Ada baiknya dari sekarang kita mulai khusyu' mentafakurinya. Renungkan, seolah-olah esok hari kita akan meninggalkan dunia dan tak lagi ada kesempatan waktu untuk meminta maaf, memohon ampun, beribadah atau menyiapkan apa-apa lagi.
( )
Tiap-tiap jiwa yang hidup hakikatnya akan mati karena jiwa-jiwa ini memiliki pemilik dan bila tiba saatnya pasti akan kembali. Hal ini telah Allah sampaikan dalam firman-Nya.
"Tidaklah suatu jiwa mati kecuali sudah ada kitab ajalnya." (QS. Ali Imran: Ayat 145). Kalam ini menjelaskan betapa tiap manusia yang hidup telah ditentukan kematiannya oleh Allah dan apabila tiba saatnya maka tidak ada yang dapat berdalih sekalipun berlindung dibalik benteng kokoh.
Ingatlah wejangan-wejangan yang haq itu bahwa di manapun dan kapanpun bila sudah ditetapkan masanya maka dengan mudahnya kematian itu dapat menyeret kita. "Di manapun kalian berada pasti kematian merenggut kalian walaupun dalam benteng yang kokoh." (QS. An Nisa: 78).
Habib Quraisy mengatakan, kematian tidak pernah memandang status sosial, tidak pernah memandang umur, tidak akan memandang ras atau apapun. Kematian hakikatnya dapat mengenai siapa saja yang telah Allah tetapkan. ( )
Bagi yang kaya raya atau yang jelata, pengemis hingga orang-orang terhormat, laki-laki maupun perempuan semua jiwa pasti dekat dengan kematian . Allah telah memberi masing-masing dari kita jatah waktu untuk mengumpulkan perbekalan, sedangkan jatah umur itu tiap hari terus-menerus berkurang. Lalu apa saja yang telah kita lakukan selama ini? Sudahkah kita lakukan sesuatu yang berguna untuk menyelamatkan kita di hari pembalasan?
Kematian itu misteri, kita bahkan tidak akan pernah tau bagaimana cara kita meninggal dan dalam keadaan bagaimanakah diri kita ketika meninggal. Bahkan di saat sehat bugar sekalipun kematian itu bisa saja menjemput kita. Sudah cukupkah amal ibadah kita sebagai teman satu-satunya nanti kala kita meninggal? Sudah pantaskah diri kita memperoleh nikmat kubur? Jika kita memperoleh siksa kubur, kepada siapa kita akan memohon pertolongan?
Adakah Allah memberikan kita kesempatan kedua untuk kembali ke dunia dan beramal sebanyak-banyaknya? Tidak. Bilamana ada, itupun sangat sedikit dan hanya menimpa orang-orang beruntung yang Allah kehendaki saja. Atau bisa saja itu hanyalah cara Allah memberi kan hidayah kepada hamba-Nya yang beruntung itu. Maka hendaknya kita mulai menyiapkan perbekalannya dari sekarang.
Paling tidak laksanakan kewajiban-kewajiban dahulu, tinggalkan segala hal yang mudharat dan membuang waktu. Memohon ampun pada pemilik jiwa kita dan mintalah supaya kita meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Selesaikan segala pertikaian antarsesama, tuntaskan urusan muamalah.
( )
Mari mulai melawan permainan dunia ini, jangan mau diperbudak oleh keindahan-keindahan sesaat yang melenakan mata lagi. Raqib Atid tidak pernah tidur dan tak akan lengah mencatat amal perbuatan kita sehari-hari.
Mari kita simak pesan Rasulullah SAW berikut: "Umatku yang paling cerdas adalah umatku yang paling banyak ingat mati , lalu mempersiapkan dirinya hidup setelah mati." (HR Ath-Thabrani). ( )
(rhs)