Kisah Syeikh Muhammad Ketika Menghadiri Majelis Yazid bin Harun
A
A
A
Adanya bencana (musibah) akan menyebabkan seseorang berhajat (butuh) bantuan dan pertolongan. Islam mengajarkan untuk tidak berharap selain kepada Allah Ta'ala. Sebab barangsiapa yang menyandarkan (menggantungkan nasib) kepada sesuatu selain Allah, ia akan tertipu dan kecewa.
Ada kisah hikmah diceritakan dalam Kitab Al-Hikam, Syeikh Ibnu 'Athoillah As-Sakandariy (wafat 1309). Syeikh Atho' al-Khurasani berkata: "Saya bertemu dengan Wahb bin Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku suatu hadis yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah'.
Maka Wahb bin Munabbih berkata: "Allah telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam (AS): 'Wahai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku, dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya. Kemudian orang itu akan ditipu oleh penduduk langit dan bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu. Sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku melainkan Aku putuskan rahmat dari langit. Dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam lembah dan jurang yang mana ia binasa."
Syeikh Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata: "Ketika saya di berada majelis Yazid bin Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk di sampingku, 'Siapakah namamu?' Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya, 'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'. Lalu saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku.
Lalu Syeikh Muhammad bertanya, 'Dan siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?' Laki-laki itu menjawab: 'Yazid bin Harun'. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka ia tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan kebutuhanmu'.
Dia bertanya lagi, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Syeikh Muhammad menjawab: 'Saya telah membaca dalam sebuah kitab bahwa Allah Ta'ala berfiman: 'Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, di atas 'Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan. Akan Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari hubungan-Ku. Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran itu di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada selain Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku.
"Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalau kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku tidak bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-Ku dengan angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka mengapakah engkau bersandar kepada selain-Ku. Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tepapi tidak puas dengan perlindungan-Ku. Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para hamba-Ku, tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku.
"Tidakkah engkau mengetahui bahwa barangsiapa yang ditimpa bencana, tidak ada yang dapat menyingkirkannya selain Aku. Maka mengapa ia dengan segala angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari pada-Ku? Mengapa ia tertipu oleh selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa yang tidak ia minta, kemudian Aku mencabut darinya lalu ia tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada selain-Ku. Apakah Aku yang memberi sebelum di minta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada peminta?"
"Apakah Aku bakhil (kikir), sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku. Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskan dari pada-Ku.
Dan apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi kepada masing-masing orang, lalu Aku memberi semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun sekecil debu? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku mengawasinya?"
Alangkah sial (celaka) orang yang terputus dari rahmat-Ku. Alangkah kecewa orang yang maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku'. Maka orang itu berkata: 'Ulangilah keteranganmu itu, lalu ia menulisnya'.
Kemudian ia berkata: "Demi Allah, setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan yang lain."
Subhanallah, demikian nasihat indah dalam kisah perbincangan ulama tersebut. Hikmah dan iktibar yang bisa kita petik adalah kewajiban untuk selalu berharap hanya kepada Allah Ta'ala.
Ada kisah hikmah diceritakan dalam Kitab Al-Hikam, Syeikh Ibnu 'Athoillah As-Sakandariy (wafat 1309). Syeikh Atho' al-Khurasani berkata: "Saya bertemu dengan Wahb bin Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku suatu hadis yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah'.
Maka Wahb bin Munabbih berkata: "Allah telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam (AS): 'Wahai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku, dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya. Kemudian orang itu akan ditipu oleh penduduk langit dan bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu. Sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku melainkan Aku putuskan rahmat dari langit. Dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam lembah dan jurang yang mana ia binasa."
Syeikh Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata: "Ketika saya di berada majelis Yazid bin Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk di sampingku, 'Siapakah namamu?' Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya, 'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'. Lalu saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku.
Lalu Syeikh Muhammad bertanya, 'Dan siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?' Laki-laki itu menjawab: 'Yazid bin Harun'. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka ia tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan kebutuhanmu'.
Dia bertanya lagi, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Syeikh Muhammad menjawab: 'Saya telah membaca dalam sebuah kitab bahwa Allah Ta'ala berfiman: 'Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, di atas 'Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan. Akan Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari hubungan-Ku. Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran itu di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada selain Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku.
"Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalau kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku tidak bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-Ku dengan angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka mengapakah engkau bersandar kepada selain-Ku. Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tepapi tidak puas dengan perlindungan-Ku. Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para hamba-Ku, tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku.
"Tidakkah engkau mengetahui bahwa barangsiapa yang ditimpa bencana, tidak ada yang dapat menyingkirkannya selain Aku. Maka mengapa ia dengan segala angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari pada-Ku? Mengapa ia tertipu oleh selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa yang tidak ia minta, kemudian Aku mencabut darinya lalu ia tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada selain-Ku. Apakah Aku yang memberi sebelum di minta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada peminta?"
"Apakah Aku bakhil (kikir), sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku. Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskan dari pada-Ku.
Dan apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi kepada masing-masing orang, lalu Aku memberi semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun sekecil debu? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku mengawasinya?"
Alangkah sial (celaka) orang yang terputus dari rahmat-Ku. Alangkah kecewa orang yang maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku'. Maka orang itu berkata: 'Ulangilah keteranganmu itu, lalu ia menulisnya'.
Kemudian ia berkata: "Demi Allah, setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan yang lain."
Subhanallah, demikian nasihat indah dalam kisah perbincangan ulama tersebut. Hikmah dan iktibar yang bisa kita petik adalah kewajiban untuk selalu berharap hanya kepada Allah Ta'ala.
(rhs)