Dulu Haram Kini Halal: Niat Mencuri Malah Dapat Istri
loading...
A
A
A
SUATU hari di zaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalaham (SAW) ada seorang pencuri yang hendak bertobat . Dia mendatangi majelis Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi . Pada hari itu para sahabat banyak berkumpul. Lelaki itu duduk manis menyimak kata demi kata yang diucapkan Rasulullah.
Tatkala Nabi SAW mengatakan: “Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang haram itu dalam keadaan halal ”.
Pencuri ini sulit memahami maksud ucapan itu. Sementara itu, saat majelis usai, para sahabat kembali mendiskusikan hal-hal terkait masalah tersebut. Para sahabat memiliki tingkat keimanan dan pemahaman yang jauh lebih baik dari dirinya. Ini membuat dirinya rendah diri.
Akhirnya malam pun semakin larut, sang pencuri lapar. Keluarlah dia dari Masjid demi melupakan rasa laparnya.
Di suatu gang tempat dia berjalan, lelaki ini mendapati sebuah rumah yang pintunya agak terbuka. Dengan insting pencurinya yang tajam ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu tidak terkunci.
Saat itu, timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak. Itu adalah peluang yang baik untuk mencuri. Tapi, tidak. Ia sudah bertobat. Ia merasa tidak boleh mencuri lagi.
Namun tiba-tiba timbul bisikan aneh, “Jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada pencuri lainnya yang belum tentu seperti kamu”.
Dia pun berpikir. Sesaat kemudian maka diputuskan bahwa dia hendak memberitahukan/mengingatkan pemiliknya di dalam agar mengunci pintu rumahnya, karena sudah lewat tengah malam.
Dia hendak memberi salam namun timbul kembali suara tadi: “Hei pemuda! bagaimana kalau ternyata di dalam ada pencuri dan pintu ini ternyata adalah pencuri itu yang membuka, bila engkau mengucap salam … akan kagetlah dia dan bersembunyi, alangkah baiknya jika engkau masuk diam-diam dan memergoki dia dengan menangkap basahnya!”
Ah.. benar juga, pikirnya.
Maka masuklah ia dengan tanpa suara… Ruangan rumah tersebut agak luas, dilihatnya berkeliling ada satu meja yang penuh makanan, timbul keinginannya untuk mencuri lagi. Namun segera ia sadar, “Tidak, aku tidak boleh mencuri lagi,” pikirnya.
Masuklah ia dengan hati-hati. Syukurlah tidak ada pencuri berarti dan memang sang pemilik yang lalai mengunci pintu.
Sekarang tinggal memberitahukan kepada pemilik rumah tentang kelalaiannya, tiba-tiba terdengar suara mendengkur halus dari sudut ruang. Ahh, ternyata ada yang tidur, mungkin sang pemilik dan sepertinya perempuan cantik.
Tanpa dia sadari kakinya melangkah mendekati tempat tidur. Perasaannya berkecamuk, macam-macam yang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana tidur yang menutup sang wanita membuat timbul hasrat kotor dalam dirinya.
Begitu besarnya hingga keluar keringat dinginnya. Seakan jelas ia mendengar jantungnya berdetak kencang serta tak dia sangka, ia sudah duduk mematung disamping tempat tidur. “Tidak, aku tidak boleh melakukan ini aku ingin bertaubat dan tidak mau menambah dosa yang ada, tidak!” pikirnya lagi.
Segera ia memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar sebagaimana tadi. Ketika akan menuju pintu keluar ia melalui meja makan. Tiba-tiba terdengar bunyi dari dalam perutnya. Si pencuri ini lapar.
Suara aneh tadi muncul lagi: “Bagus hei pemuda yang baik, bagaimana ringankah sekarang perasaanmu setelah melawan hawa nafsu birahimu?”
“Ada rasa bangga dalam hati si pencuri ini dapat berbuat kebaikan dan niat perbuatan pemberitahuan ini akan sangat terpuji,” pikir sang pemuda.
Suara itu berkata:
Tatkala Nabi SAW mengatakan: “Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang haram itu dalam keadaan halal ”.
Pencuri ini sulit memahami maksud ucapan itu. Sementara itu, saat majelis usai, para sahabat kembali mendiskusikan hal-hal terkait masalah tersebut. Para sahabat memiliki tingkat keimanan dan pemahaman yang jauh lebih baik dari dirinya. Ini membuat dirinya rendah diri.
Akhirnya malam pun semakin larut, sang pencuri lapar. Keluarlah dia dari Masjid demi melupakan rasa laparnya.
Di suatu gang tempat dia berjalan, lelaki ini mendapati sebuah rumah yang pintunya agak terbuka. Dengan insting pencurinya yang tajam ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu tidak terkunci.
Saat itu, timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak. Itu adalah peluang yang baik untuk mencuri. Tapi, tidak. Ia sudah bertobat. Ia merasa tidak boleh mencuri lagi.
Namun tiba-tiba timbul bisikan aneh, “Jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada pencuri lainnya yang belum tentu seperti kamu”.
Dia pun berpikir. Sesaat kemudian maka diputuskan bahwa dia hendak memberitahukan/mengingatkan pemiliknya di dalam agar mengunci pintu rumahnya, karena sudah lewat tengah malam.
Dia hendak memberi salam namun timbul kembali suara tadi: “Hei pemuda! bagaimana kalau ternyata di dalam ada pencuri dan pintu ini ternyata adalah pencuri itu yang membuka, bila engkau mengucap salam … akan kagetlah dia dan bersembunyi, alangkah baiknya jika engkau masuk diam-diam dan memergoki dia dengan menangkap basahnya!”
Ah.. benar juga, pikirnya.
Maka masuklah ia dengan tanpa suara… Ruangan rumah tersebut agak luas, dilihatnya berkeliling ada satu meja yang penuh makanan, timbul keinginannya untuk mencuri lagi. Namun segera ia sadar, “Tidak, aku tidak boleh mencuri lagi,” pikirnya.
Masuklah ia dengan hati-hati. Syukurlah tidak ada pencuri berarti dan memang sang pemilik yang lalai mengunci pintu.
Sekarang tinggal memberitahukan kepada pemilik rumah tentang kelalaiannya, tiba-tiba terdengar suara mendengkur halus dari sudut ruang. Ahh, ternyata ada yang tidur, mungkin sang pemilik dan sepertinya perempuan cantik.
Baca Juga
Tanpa dia sadari kakinya melangkah mendekati tempat tidur. Perasaannya berkecamuk, macam-macam yang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana tidur yang menutup sang wanita membuat timbul hasrat kotor dalam dirinya.
Begitu besarnya hingga keluar keringat dinginnya. Seakan jelas ia mendengar jantungnya berdetak kencang serta tak dia sangka, ia sudah duduk mematung disamping tempat tidur. “Tidak, aku tidak boleh melakukan ini aku ingin bertaubat dan tidak mau menambah dosa yang ada, tidak!” pikirnya lagi.
Segera ia memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar sebagaimana tadi. Ketika akan menuju pintu keluar ia melalui meja makan. Tiba-tiba terdengar bunyi dari dalam perutnya. Si pencuri ini lapar.
Suara aneh tadi muncul lagi: “Bagus hei pemuda yang baik, bagaimana ringankah sekarang perasaanmu setelah melawan hawa nafsu birahimu?”
“Ada rasa bangga dalam hati si pencuri ini dapat berbuat kebaikan dan niat perbuatan pemberitahuan ini akan sangat terpuji,” pikir sang pemuda.
Suara itu berkata: