Wafatnya 1 Ulama Lebih Disukai Iblis Daripada Kematian 70 Ahli Ibadah
A
A
A
Ulama adalah pewaris para Nabi (Al-'ulama warasatul Anbiya). Mereka yang disebut pewaris para Nabi adalah ulama yang lurus, punya ilmu dan adab yang tinggi, memiliki sifat khauf (rasa takut) kepada Allah 'Azza wa Jalla. Mereka laksana pelita yang menerangi bumi.
Baru-baru ini Indonesia berduka dengan wafatnya ulama-ulama kharismatik seperti Kiyai Maimun Zubair, Ustaz Arifin Ilham, Kiyai Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Kata Rasulullah SAW , wafatnya ulama laksana bintang yang padam dan musibah yang tak tergantikan. Dunia menjadi kehilangan ilmu dan termasuk musibah besar bagi agama.
Menurut Imam Baihaqi dari hadis Ma'ruf bin Kharbudz dari Abu Ja'far radhiallahu 'anhu berkata: "Kematian ulama lebih dicintai Iblis daripada kematian 70 orang ahli Ibadah."
Rasulullah SAW bersabda: "Ambillah (pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi." Sahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?" Rasulullah menjawab: "Perginya ilmu adalah dengan wafatnya orang-orang yang membawa ilmu (ulama)." (HR Ad-Darimi, Ath-Thabarani)
Dalam hadis lain, Beliau SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hambaNya, tetapi mencabut ilmu dengan mencabut para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan satu ulama, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan." (HR Al Bukhari)
Dalam Kitab Tanqih al-Qaul, Imam Jalaluddin As-Suyuthi menuliskan sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
وقال عليه الصلاة والسلام: {مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ العَالِمِ، فَهُوَ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ} قالها ثلاث مرات
"Barangsiapa yang tidak sedih dengan kematian ulama maka dia adalah munafik."
Semoga kita bisa mengambil hikmah dan iktibar dari wafatnya para ulama di Indonesia. Kepergian ulama merupakan duka bagi umat Islam. Semoga Allah Ta'ala memuliakan para ulama dan mengangkat mereka ke tempat terpuji bersama Rasulullah SAW dan kaum sholihin. Al-Faatihah...
Baru-baru ini Indonesia berduka dengan wafatnya ulama-ulama kharismatik seperti Kiyai Maimun Zubair, Ustaz Arifin Ilham, Kiyai Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Kata Rasulullah SAW , wafatnya ulama laksana bintang yang padam dan musibah yang tak tergantikan. Dunia menjadi kehilangan ilmu dan termasuk musibah besar bagi agama.
Menurut Imam Baihaqi dari hadis Ma'ruf bin Kharbudz dari Abu Ja'far radhiallahu 'anhu berkata: "Kematian ulama lebih dicintai Iblis daripada kematian 70 orang ahli Ibadah."
Rasulullah SAW bersabda: "Ambillah (pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi." Sahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?" Rasulullah menjawab: "Perginya ilmu adalah dengan wafatnya orang-orang yang membawa ilmu (ulama)." (HR Ad-Darimi, Ath-Thabarani)
Dalam hadis lain, Beliau SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hambaNya, tetapi mencabut ilmu dengan mencabut para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan satu ulama, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan." (HR Al Bukhari)
Dalam Kitab Tanqih al-Qaul, Imam Jalaluddin As-Suyuthi menuliskan sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
وقال عليه الصلاة والسلام: {مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ العَالِمِ، فَهُوَ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ} قالها ثلاث مرات
"Barangsiapa yang tidak sedih dengan kematian ulama maka dia adalah munafik."
Semoga kita bisa mengambil hikmah dan iktibar dari wafatnya para ulama di Indonesia. Kepergian ulama merupakan duka bagi umat Islam. Semoga Allah Ta'ala memuliakan para ulama dan mengangkat mereka ke tempat terpuji bersama Rasulullah SAW dan kaum sholihin. Al-Faatihah...
(rhs)