Hadis Ini Cukup Populer, Sayangnya Sering Diabaikan
A
A
A
Dai lulusan Al-Azhar Mesir, Al-Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf , menyampaikan sebuah nasihat yang menyentuh hati saat mengisi kajian di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.
Sebagaimana diketahui, salah satu penyakit umat di akhir zaman ini adalah sulitnya menjaga lisan. Di kalangan umat Islam, hadis yang satu ini sudah tidak asing lagi. Setiap kali mendengarnya seakan-akan ada teguran dan ternyata di zaman sekarang betapa sulitnya orang-orang menjaga lisan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bagaimana Nabi Muhammad SAW mengikat lidahnya dengan iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Imam An-Nawawi mengatakan: "Ketahuilah, sepantasnya bagi setiap mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas maslahat padanya."
"Kita punya agama dibangun pada asas diam sedikit bicara, kecuali perkataan yang ada maslahatnya. Ketika kita berbicara pada sahabat ada maslahatnya, namun jika kita diam dia juga akan mendapatkan maslahat. Maka lebih baik diam," kata Habib Geys.
Terkadang, orang berbicara sesuatu yang mubah (dibolehkan). Namun, ujung-ujungnya malah melakukan sesuatu yang haram dan makruh. Padahal Allah Ta'ala memberi ancaman kepada siapapun yang membicarakan keburukan saudaranya di belakang tanpa mubarrirat syar'iyyah.
Mubarrirat syar'iyyah adalah segala sesuatu yang membolehkan seseorang untuk membicarakan aib orang lain. Tapi perlu digarisbawahi, seseorang harus hati-hati dalam menggunakan lidahnya. Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra': 36)
Kata Habib Geys, seorang muslim jangan membicarakan aib orang lain di belakang. Kalau pun itu benar, maka itu ghibah, kalau salah, maka itu fitnah.
Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي
"Janganlah kalian banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras. Dan orang-orang yang paling jauh dari Allah adalah orang-orang yang berhati keras." (HR. At-Tirmidzi)
Bahayanya lisan jika tidak dijaga bisa menjadi asbab seseorang terjerumus ke dalam neraka. Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi hamba yang senantiasa menjaga lisan.
وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب
Sebagaimana diketahui, salah satu penyakit umat di akhir zaman ini adalah sulitnya menjaga lisan. Di kalangan umat Islam, hadis yang satu ini sudah tidak asing lagi. Setiap kali mendengarnya seakan-akan ada teguran dan ternyata di zaman sekarang betapa sulitnya orang-orang menjaga lisan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bagaimana Nabi Muhammad SAW mengikat lidahnya dengan iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Imam An-Nawawi mengatakan: "Ketahuilah, sepantasnya bagi setiap mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas maslahat padanya."
"Kita punya agama dibangun pada asas diam sedikit bicara, kecuali perkataan yang ada maslahatnya. Ketika kita berbicara pada sahabat ada maslahatnya, namun jika kita diam dia juga akan mendapatkan maslahat. Maka lebih baik diam," kata Habib Geys.
Terkadang, orang berbicara sesuatu yang mubah (dibolehkan). Namun, ujung-ujungnya malah melakukan sesuatu yang haram dan makruh. Padahal Allah Ta'ala memberi ancaman kepada siapapun yang membicarakan keburukan saudaranya di belakang tanpa mubarrirat syar'iyyah.
Mubarrirat syar'iyyah adalah segala sesuatu yang membolehkan seseorang untuk membicarakan aib orang lain. Tapi perlu digarisbawahi, seseorang harus hati-hati dalam menggunakan lidahnya. Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra': 36)
Kata Habib Geys, seorang muslim jangan membicarakan aib orang lain di belakang. Kalau pun itu benar, maka itu ghibah, kalau salah, maka itu fitnah.
Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي
"Janganlah kalian banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras. Dan orang-orang yang paling jauh dari Allah adalah orang-orang yang berhati keras." (HR. At-Tirmidzi)
Bahayanya lisan jika tidak dijaga bisa menjadi asbab seseorang terjerumus ke dalam neraka. Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi hamba yang senantiasa menjaga lisan.
وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب
(rhs)