Majelis Habib Ali Kwitang dan Tradisi Khataman Kitab Sahih Al-Bukhari

Selasa, 10 Maret 2020 - 08:15 WIB
Majelis Habib Ali Kwitang dan Tradisi Khataman Kitab Sahih Al-Bukhari
Majelis Habib Ali Kwitang dan Tradisi Khataman Kitab Sahih Al-Bukhari
A A A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an

Setiap bulan Rajab, ada tradisi yang jarang dilakukan di banyak majelis taklim di Indonesia, yaitu pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari . Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh para shalafusshalihin di Hadramaut, Yaman khususnya di Kota Zabid, yang kemudian disebarluaskan oleh Sa'dah Ba'alawiyyin hingga masuk ke wilayah Nusantara.

Bersyukurnya sampai hari ini, tradisi pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari pada bulan Rajab ini tetap dilestarikan di Islamic Center Indonesia yang saat ini dipimpin oleh generasi penerusnya, Al-Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, pendiri awal majelis Kwitang merupakan ulama kharismatik yang berjasa memulai majelis taklim di Indonesia.

Sebab pada masa kependudukan kolonial Belanda, kegiatan keagamaan semacam majelis taklim sangat dibatasi. Oleh karena itulah, Majelis Habib Ali bin Abdurrahman Kwitang merupakan pioner majelis taklim yang pertama kali ada di Indonesia. Sepulang dari berguru di Makkah, Habib Ali bin Abdurraman Al-Habsyi berdakwah di Jakarta. Saking banyaknya jamaah yang terus menerus membeludak, akhirnya Habib Ali mendirikan sebuah majelis di Kwitang yang diberi nama "ICI" (Islamic Center Indonesia) di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.

Pada tahun 1919, di majelis itu diawali pembacaan Maulid Nabi Simthudurar yang disusun oleh guru beliau Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi untuk pertama kalinya. Dalam setiap majelisnya, dihadiri oleh ribuan kaum muslimin dari berbagai daerah. Dari majelis inilah banyak mencetak para tokoh ulama Betawi dan ulama-ulama besar lainnya, semisal KH Abdullah Syafie, KH Thahir Rohili, dan KH Fatahillah Harun.

Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi wafat pada 20 Rajab 1388 H atau bertepatan 13 Oktober 1968 M. Barulah setelah beliau wafat, mulailah bermunculan majelis-majelis taklim yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Kini, majelis taklim al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi masih tetap dilanjutkan ke generasi penerusnya dari putranya Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi, dilanjutkan oleh putranya Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al-Habsyi, dan kini diteruskan oleh putranya Al-Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi.

Selain kegiatan rutin taklim yang diadakan setiap pekan Ahad pagi, setiap bulan Rajab juga dilestarikan tradisi pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari di Majelis Kwitang tersebut. Pembukaan Kitab Al-Bukhari di bulan Rajab 1441 H tahun ini diawali pada hari Selasa (25/2/2020). Pembacaan Kitab Al-Bukhari itu dibaca bergantian oleh para habaib, ulama dan santri setiap harinya, hingga dikhatamkan pada hari Ahad kemarin (8/3/2020) Kwitang, Jakarta Pusat.

Mengawali acara pembukaan khataman itu, Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi yang merupakan cicit dari pendiri Majelis Kwitang menyampaikan sambutan bahwa tradisi pembacaan Kitab Al-Bukhari di setiap bulan Rajab merupakan tradisi para salaf orang-orang shalih terdahulu yang selalu diamalkan hingga datuknya, Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi.

Sudah menjadi tradisi orang-orang saleh melakukan pembacaan Kitab Sahih Al-Bukhari bukan saja pada bulan Rajab, namun juga dibaca dan dikhatamkan setiap kali ada bala musibah di suatu daerah. "Tiadalah dibaca Kitab Sahih Al-Bukhari di suatu tempat, melainkan Allah angkat bala musibah, wabah penyakit dan bencana di daerah itu." Berkah Kitab Sahih Al-Bukhari yang posisinya menempati urutan penting kedua setelah kitab suci Al-Qur'an .

(Bersambung)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2751 seconds (0.1#10.140)