Hadapi Corona dengan Ikhtiar, Doa dan Tawakkal
A
A
A
Waspada itu baik namun jangan sampai kekhawatiran berlebihan sehingga membuat kita tidak tenang dan nyaman dalam menjalani ibadah.
Demikian pesan Al-Habib Quraisy Baharun , pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shidqu Kuningan menyikapi wabah Corona yang melanda dunia saat ini. Dalam catatannya, Habib Quraisy mengatakan kekhawatiran di kalangan umat Islam memunculkan sikap-sikap keberagamaan tertentu yang semuanya ada rujukannya di dalam Al-Quran.
Memang begitulah seharusnya orang-orang beriman menyikapi persoalan-persoalan hidupnya sebagaimana diperintahkan di dalam Al-Qur'an . Di dalam kitab suci ini terdapat ayat-ayat yang isinya sangat beragam, namum masing-masing tidak saling menafikan tetapi bersinergi sehingga menjadi sebuah trilogi, yakni (1) ikhtiar (usaha), (2) doa dan (3) tawakal. Penjelasannya sebagai berikut:
Ingatlah, Corona itu makhluk Allah dan kita juga makhluk Allah bahkan yang paling dimuliakan Nya. Sebagai muslim, sikap kita menghadapi wabah Virus Corona yaitu dengan Ikhtiar (usaha). Berusaha menangkal, menjaga, mengobati dan memberi pengetahuan bagi yang belum mengetahui.
Tapi kan setiap manusia sudah ditentukan ajalnya? Iya, tetapi manusia juga diwajibkan untuk berikhtiar dan dilarang mati konyol.
Tiga Hal yang harus Diperhatikan:
1. Ikhtiar
Ikhtiar jika seseorang mengharapkan sesuatu, misalnya perubahan nasib, mendapatkan rezeki, ilmu, kelulusan ujian, kesehatan dan sebagainya, maka ia harus melakukan suatu upaya lahiriah secara aktif dan nyata, dan inilah yang disebut ikhtiar atau usaha. Demikian pula jika kita berharap terhindar atau selamat dari acaman virus Corona yang mematikan itu, kita harus memperhatikan petunjuk dari para ahli kesehatan. Sebab merekalah yang menguasai ilmu di bidang ini yang hukum mempelajarinya adalah fadhu kifayah sebagaimana pendapat Imam Al-Ghazali.
Simaklah Surat Ar-Ra’d, ayat 11 sebagai berikut:
إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua) keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala dari Allah. Kedua, ia akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat.
Merujuk pada ayat tersebut, ancaman virus Corona bisa saja akan terus berlangsung sampai ada usaha-usaha nyata untuk menanganinya. Dalam hal ini ada dua tindakan untuk menangani, yakni mencegah (to prevent) dan mengobati (to cure). Anjuran untuk sementara tidak melaksanakan shalat Jumat di masjid-masjid merupakan tindakan pencegahan. Inilah kewajiban para ulama.
Sedangkan tindakan pengobatan hanya dapat dilakukan oleh para dokter. Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua) keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala dari Allah. Kedua, ia akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat.
2. Doa
Doa untuk memperlancar atau mempermudah upaya lahiriah kita mencapai keberhasilan dalam menangani kasus virus Corona. Kita juga harus juga melakukan ikhtiar batiniah, yakni berdoa kepada Allah Ta'ala sebagaiman firman-Nya dalam Surat Al Mu’min, ayat 60:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya."
Allah akan menjawab atau memberikan ijabah terhadap apa yang menjadi permohonan kita dalam menangani virus Corona jika kita berdoa kepada-Nya. Banyak amalan dari Nabi untuk menangkal diri, salah satunya amalan doa menghadapi virus Corona sebagai berikut:
"Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu yang berbahaya baik di bumi maupun di langit. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Mengetahui."
3. Tawakkal
Tawakal selain melakukan ikhtiar dan berdoa kepada Allah, ada satu hal lagi yang tidak boleh kita tinggalkan, yaitu tawakal. Dalam surat Ali Imran ayat 159, Allah berfirman:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakkallah (berserah diri) kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang brtawakal pada-Nya."
Menurut Imam Hanbali, tawakkal merupakan perbuatan hati. Artinya, tawakal bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan semata, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Tetapi sekali lagi, tawakkal merupakan perbuatan hati sehingga tidak bisa diwujudkan dalam bentuk fisik, seperti berdiam diri tanpa melakukan suatu ikhtiar lahiriah. Artinya tawakal tidak meniadakan ikhtiar.
Oleh karena itu, dalam kaitan dengan virus Corona kita tidak boleh berserah diri kepada Allah begitu saja tanpa melakukan iktiar nyata agar terhindar dari virus Corona. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) memberikan petunjuk bahwa tawakkal itu tidak meniadakan ikhtiar yang masuk akal terkait dengan persoalannya sebagaimana beliau tunjukkan dalam suatu hadis tentang perlunya mengikat unta sebelum memasrahkannya kepada Allah dengan tawakal.
Hadits ini diriwayatkan Ibnu Hibban sebagai berikut:
اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
Artinya: "Ikatlah untamu dan bertawakkallah."
Oleh karena itu, petunjuk dari para ulama dengan segala nasihat dan imbauannya sebaiknya kita perhatikan. Demikian pula imbauan dari para ahli kesehatan untuk melakukan pola hidup sehat, sering-sering cuci tangan dengan menggunakan sabun dan mengurangi mobilitas yang tak perlu juga harus diperhatikan. Tidak hanya itu usaha menjaga imunitas diri juga harus dilakukan agar tidak mudah terdampak oleh virus Corona.
Semoga Allah Ta'ala senantiasa melindungi kita semua.
Demikian pesan Al-Habib Quraisy Baharun , pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shidqu Kuningan menyikapi wabah Corona yang melanda dunia saat ini. Dalam catatannya, Habib Quraisy mengatakan kekhawatiran di kalangan umat Islam memunculkan sikap-sikap keberagamaan tertentu yang semuanya ada rujukannya di dalam Al-Quran.
Memang begitulah seharusnya orang-orang beriman menyikapi persoalan-persoalan hidupnya sebagaimana diperintahkan di dalam Al-Qur'an . Di dalam kitab suci ini terdapat ayat-ayat yang isinya sangat beragam, namum masing-masing tidak saling menafikan tetapi bersinergi sehingga menjadi sebuah trilogi, yakni (1) ikhtiar (usaha), (2) doa dan (3) tawakal. Penjelasannya sebagai berikut:
Ingatlah, Corona itu makhluk Allah dan kita juga makhluk Allah bahkan yang paling dimuliakan Nya. Sebagai muslim, sikap kita menghadapi wabah Virus Corona yaitu dengan Ikhtiar (usaha). Berusaha menangkal, menjaga, mengobati dan memberi pengetahuan bagi yang belum mengetahui.
Tapi kan setiap manusia sudah ditentukan ajalnya? Iya, tetapi manusia juga diwajibkan untuk berikhtiar dan dilarang mati konyol.
Tiga Hal yang harus Diperhatikan:
1. Ikhtiar
Ikhtiar jika seseorang mengharapkan sesuatu, misalnya perubahan nasib, mendapatkan rezeki, ilmu, kelulusan ujian, kesehatan dan sebagainya, maka ia harus melakukan suatu upaya lahiriah secara aktif dan nyata, dan inilah yang disebut ikhtiar atau usaha. Demikian pula jika kita berharap terhindar atau selamat dari acaman virus Corona yang mematikan itu, kita harus memperhatikan petunjuk dari para ahli kesehatan. Sebab merekalah yang menguasai ilmu di bidang ini yang hukum mempelajarinya adalah fadhu kifayah sebagaimana pendapat Imam Al-Ghazali.
Simaklah Surat Ar-Ra’d, ayat 11 sebagai berikut:
إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua) keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala dari Allah. Kedua, ia akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat.
Merujuk pada ayat tersebut, ancaman virus Corona bisa saja akan terus berlangsung sampai ada usaha-usaha nyata untuk menanganinya. Dalam hal ini ada dua tindakan untuk menangani, yakni mencegah (to prevent) dan mengobati (to cure). Anjuran untuk sementara tidak melaksanakan shalat Jumat di masjid-masjid merupakan tindakan pencegahan. Inilah kewajiban para ulama.
Sedangkan tindakan pengobatan hanya dapat dilakukan oleh para dokter. Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua) keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala dari Allah. Kedua, ia akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat.
2. Doa
Doa untuk memperlancar atau mempermudah upaya lahiriah kita mencapai keberhasilan dalam menangani kasus virus Corona. Kita juga harus juga melakukan ikhtiar batiniah, yakni berdoa kepada Allah Ta'ala sebagaiman firman-Nya dalam Surat Al Mu’min, ayat 60:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya."
Allah akan menjawab atau memberikan ijabah terhadap apa yang menjadi permohonan kita dalam menangani virus Corona jika kita berdoa kepada-Nya. Banyak amalan dari Nabi untuk menangkal diri, salah satunya amalan doa menghadapi virus Corona sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي اْلأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ،
"Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu yang berbahaya baik di bumi maupun di langit. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Mengetahui."
3. Tawakkal
Tawakal selain melakukan ikhtiar dan berdoa kepada Allah, ada satu hal lagi yang tidak boleh kita tinggalkan, yaitu tawakal. Dalam surat Ali Imran ayat 159, Allah berfirman:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakkallah (berserah diri) kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang brtawakal pada-Nya."
Menurut Imam Hanbali, tawakkal merupakan perbuatan hati. Artinya, tawakal bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan semata, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Tetapi sekali lagi, tawakkal merupakan perbuatan hati sehingga tidak bisa diwujudkan dalam bentuk fisik, seperti berdiam diri tanpa melakukan suatu ikhtiar lahiriah. Artinya tawakal tidak meniadakan ikhtiar.
Oleh karena itu, dalam kaitan dengan virus Corona kita tidak boleh berserah diri kepada Allah begitu saja tanpa melakukan iktiar nyata agar terhindar dari virus Corona. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) memberikan petunjuk bahwa tawakkal itu tidak meniadakan ikhtiar yang masuk akal terkait dengan persoalannya sebagaimana beliau tunjukkan dalam suatu hadis tentang perlunya mengikat unta sebelum memasrahkannya kepada Allah dengan tawakal.
Hadits ini diriwayatkan Ibnu Hibban sebagai berikut:
اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
Artinya: "Ikatlah untamu dan bertawakkallah."
Oleh karena itu, petunjuk dari para ulama dengan segala nasihat dan imbauannya sebaiknya kita perhatikan. Demikian pula imbauan dari para ahli kesehatan untuk melakukan pola hidup sehat, sering-sering cuci tangan dengan menggunakan sabun dan mengurangi mobilitas yang tak perlu juga harus diperhatikan. Tidak hanya itu usaha menjaga imunitas diri juga harus dilakukan agar tidak mudah terdampak oleh virus Corona.
Semoga Allah Ta'ala senantiasa melindungi kita semua.
(rhs)