Introspeksi Diri di Tengah Wabah Virus Corona

Sabtu, 28 Maret 2020 - 15:09 WIB
Introspeksi Diri di...
Introspeksi Diri di Tengah Wabah Virus Corona
A A A
SEMAKIN hari kian banyak saja orang yang terinfeksi virus corona. Mereka yang meninggal karena terpapar virus ini juga kian bertambah. Bagi setiap Muslim, tentu meyakini bahwa dalam setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Setiap kejadian pasti ada maknanya. Setiap musibah pasti ada pelajaran yang bisa dipetik darinya.

Allah subhanahu wa ta’ala (SWT) berfirman:

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا (ءال عمران: ١٩١)

Ya Tuhan kami, kami bersaksi bahwa tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia (melainkan mempunyai hikmah dan tujuan di balik ciptaan itu semua)” (QS Al ‘Imran: 191).

Lebuh jauh lagi, adanya wabah virus corona atau Covid-19 ini bisa menjadi bahan untuk melakukan instropeksi diri. Mari kita renungkan.

Pertama, melalui wabah virus corona, boleh jadi kita diingatkan bahwa dosa, maksiat, dan kemungkaran telah mewabah di lingkungan kita, di masyarakat kita. Kedua, melalui virus corona, boleh jadi kita juga diingatkan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah dengan ibadah, zikir dan lain sebagainya. Ketiga, melalui virus corona kita juga diingatkan akan kelemahan kita sebagai makhluk Allah. Keempat, melalui virus corona, kita juga diingatkan untuk tawakal kepada Allah. Kelima, melalui virus corona juga mengingatkan kita akan pentingnya belajar ilmu, terutama ilmu agama.

Dosa, Maksiat, dan Kemungkaran Telah Mewabah
Virus corona menyerang siapa pun. Tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, muslim, nonmuslim, orang yang salat, orang yang tidak salat. Siapa pun tanpa terkecuali. Hal ini mengingatkan kita akan apa yang ditanyakan Zainab binti Jahsy radliyallahu ‘anhu kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW)

أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟

“Apakah kita akan binasa, padahal di antara kita masih ada orang-orang yang saleh?”

Rasulullah SAW menjawab:

نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ

“Iya, jika dosa dan maksiat sudah banyak dilakukan” (HR Muslim).

Wabah ini telah mengapungkan ingatan kita akan dosa, maksiat, dan kemungkaran telah mewabah di lingkungan kita, di masyarakat kita. Melalui virus ini, kita seakan ditegur bahwa banyak di antara kita yang acuh tak acuh terhadap kemungkaran yang menjalar di tengah-tengah kita. Kemungkaran, dosa dan maksiat itulah yang mengundang azab Allah kepada kita semua. Kita diingatkan untuk lebih giat lagi dalam beramar makruf dan bernahi mungkar.

Kita juga diingatkan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah dengan ibadah, zikir dan lain sebagainya. Ibadah akan menenteramkan jiwa dan menenangkan hati. Ketenteraman dan ketenangan hati inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat daya tahan tubuh kita semakin kuat dan sistem imun dalam tubuh kita bekerja dengan baik.

Seseorang yang daya tahan tubuhnya kuat, meskipun terinveksi virus corona—kata para ahli—maka ia bisa sembuh dengan sendirinya tanpa harus dirawat di rumah sakit. Kita juga diingatkan untuk memperbanyak istighfar dan bertobat dari semua dosa yang pernah kita lakukan. Karena musibah yang menimpa banyak orang ini, yang saleh dan yang fasiq kena, tiada lain dikarenakan banyaknya kemaksiatan yang menyebar di tengah-tengah masyarakat kita.

Kini semua pihak sudah melakukan segala ikhtiar. Seluruh upaya, baik lahir maupun batin, sudah dikerjakan semaksimal dan seoptimal mungkin. Namun sampai detik ini tiada siapa pun yang dapat menghentikan penyebaran virus corona. Hal ini membuktikan bahwa apa pun yang diupayakan manusia, jika tidak dikehendaki dan ditakdirkan Allah, pasti tidak akan terjadi. Karena apa pun yang dikehendaki dan ditakdirkan Allah pasti terjadi. Dan apa pun yang tidak dikehendaki dan ditakdirkan Allah pasti tidak akan terjadi.

Akan tetapi keyakinan dan keimanan kita kepada takdir tidak boleh menghentikan ikhtiar kita. Berikhtiar tidaklah menggoyahkan keimanan kita kepada takdir. Karena kita tidak mengetahui apa yang Allah takdirkan pada diri kita kecuali setelah terjadi. Sebelum sesuatu terjadi, maka tugas kita sebagai manusia adalah melakukan sebab dengan harapan kita akan menghasilkan akibat. Jika kita sudah melakukan sebab tetapi pada akhirnya tidak terjadi akibat, maka pada saat itulah kita baru mengetahui bahwa Allah tidak menakdirkan apa yang kita inginkan dan upayakan.

Tugas kita selanjutnya adalah terus berikhtiar dan berusaha, siapa tahu di waktu yang akan datang Allah mewujudkan dan mentakdirkan apa yang kita inginkan.

Tawakal kepada Allah
Selanjutnya, melalui virus corona, kita diingatkan untuk tawakal kepada Allah. Tawakal adalah menyerahkan hasil akhir ikhtiar kita kepada Allah. Karena kita hanya bisa berusaha, tapi Allah-lah yang menentukan segalanya. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan supaya kita terhindar dari virus corona tidaklah bertentangan dengan tawakal kepada Allah. Tawakal dilakukan setelah ikhtiar yang maksimal dari kita.

Dalam Sahih Ibnu Hibban diceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: Apakah aku melepas (tidak mengikat) untaku dan bertawakal kepada Allah?. Rasulullah SAW menjawab: “Ikatlah dan bertawakal-lah kepada Allah” (HR Ibnu Hibban).

Virus corona juga mengingatkan kita akan kematian. Siapa pun dia, di mana pun dia tinggal, apa pun profesi dan jabatannya, pastilah akan meninggalkan dunia yang fana ini. Kematian tidak bisa dimajukan atau dimundurkan barang sesaat pun.

Lalu, melalui virus corona kita diingatkan akan kelemahan kita sebagai makhluk Allah. Sebagai makhluk yang lemah yang memiliki banyak keterbatasan, tidak selayaknya kita menyombongkan diri. Hanya oleh makhluk yang sangat kecil saja, banyak orang dibuat tak berdaya, jatuh sakit dan bahkan meninggal dunia. Hanya Allah yang Mahakuasa dan tidak terkalahkan. Sedangkan kita adalah makhluk-makhluk lemah yang senantiasa membutuhkan Allah dalam setiap tarikan nafas kita.

Pengetahuan yang Terbatas
Melalui virus corona kita juga diingatkan bahwa pengetahuan manusia sangat terbatas. Pengetahuan manusia ada batasnya dan tidak sempurna. Allah-lah Sang Pemilik semua ilmu. Allah-lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Obat penawar atau vaksin untuk virus corona sampai detik ini belum ditemukan. Beberapa penyakit yang lain, seperti AIDS juga sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Padahal Nabi SAW menegaskan:

إِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً - أَوْ لَمْ يَخْلُقْ دَاءً - إِلَّا أَنْزَلَ - أَوْ خَلَقَ - لَهُ دَوَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ، وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ إِلَّا السَّامَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا السَّامُ؟ قَالَ: المَوْتُ

“Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan penyakit kecuali Ia pasti menciptakan obat untuknya, kecuali kematian” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Kesucian dan Kebersihan
Virus corona mengingatkan kepada kita untuk selalu menjaga kesucian dan kebersihan. Penelitian membuktikan bahwa menjaga kebersihan adalah salah satu tindakan preventif yang efektif untuk menangkal berbagai virus, kuman dan bakteri yang membahayakan tubuh kita.

Islam menganjurkan kita untuk hidup bersih dan suci melalui wudlu, mandi wajib dan sunah, mencuci benda yang terkena najis dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ (رواه الترمذي)

“Sesungguhnya Allah Mahasuci dari segala kekurangan, dan mencintai kebersihan (badan dan pakaian)” (HR at-Tirmidzi)

Sabar dan Syukur
Virus corona juga mengingatkan kita akan arti penting sabar dan syukur. Bersyukur apabila kita dihindarkan dari segala macam musibah dan bersabar pada saat kita ditimpa musibah. Syukur dan sabar adalah senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan. Rasulullah SAW bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ (رواه مسلم)

“Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin. Jika diberi sesuatu yang menggembirakan, ia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya, dan apabila ia ditimpa suatu musibah ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya” (HR Muslim).

Rasulullah juga bersabda:

وَمَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ (رواه أحمدُ وغيرُه)

“Bala akan terus menimpa seorang hamba sehingga ia berjalan di atas muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa sama sekali” (HR Ahmad dan lainnya).

Bala dan musibah, termasuk terpapar virus corona, yang menimpa seorang mukmin jika dihadapi dengan penuh kesabaran, maka dosanya akan dihapus dan diangkat derajatnya.

Selanjutnya, virus corona juga mengingatkan kita akan pentingnya belajar ilmu, terutama ilmu agama. Karena orang yang tidak berilmu, maka ia tidak akan bisa menyikapi musibah dengan benar sesuai tuntunan Islam. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa menjaga kesucian dan kebersihan sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa bertawakal dengan benar. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa memetik hikmah, makna dan pelajaran dari setiap kejadian. Wallahu'alam Bishawab.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1319 seconds (0.1#10.140)