Wakil Ketua MPR Sebut Covid-19 sebagai Kiamat Sugra
A
A
A
JAKARTA - Pandemi virus Corona (COVID-19) telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Hingga Minggu (5/4/2020), total penderita mencapai 1.213.869 kasus dengan kematian 65.603 jiwa dan yang sembuh 247.354 orang. Di Indonesia, tercatat 2.273 kasus dengan penambahan sehari 181 kasus. Dari total kasus itu, sebanyak 198 orang meninggal dunia dan 164 sembuh.
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menyebut bahwa wabah virus Corona ini sebagai kiamat Sugra atau kiamat kecil, karena telah menyerang hampir seluruh negara di dunia, tanpa mengenal batas negara, agama, termasuk strata sosial masyarakat.
"Saya menyebutnya ini sebagai kiamat Sugra, kiamat kecil. Kaya, miskin, tua, muda, semuanya kena. Nah yang bisa menyembuhkan dan menghindarkan adalah diri kita sendiri dan Allah Ta'ala. Jadi siapapun yang kena virus dia harus menyendiri, dan harus melawan dengan dirinya sendiri bersama Tuhannya. Orang yang dicintaipun, kalau sudah kena, kita harus hindari," kata Jazilul Fawaid kepada SINDOnews, Minggu (5/4/2020).
Menurutnya, dokter, masker, dan semua upaya yang dilakukan manusia, termasuk pemerintah hanya merupakan usaha atau alat bantu untuk menyembuhkan dan mengurangi penyebaran. "Dalam kondisi yang seperti ini, ya kembali bahwa seluruh nikmat yang kemarin sudah diberikan, nanti setelah selesai wabah ini menjadi pelajaran. Jangan kemudian lupa lagi untuk berbuat baik kepada sesama, menjaga kebersihan, membangun solidaritas. Biasanya kalau musibah ini sudah dilewati, kita cenderung lupa lagi, cenderung manusia lalai lagi dalam pengertian tidak menggunakan nikmatnya semaksimal mungkin," tutur dosen dan pembina tahfid Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta ini.
Jazilul yang merupakan lulusan Fakultas Syariah Pendidikan Institut Studi Ilmu Al Quran (ISIQ) Jakarta yang sekarang menjadi PTIQ menuturkan, saat ujian wabah Corona ini, semua orang menyadari bahwa nikmat yang Allah berikan sebelum terjadi wabah ini sangat berharga.
"Kalau sudah kena, tak ada harganya lagi karena virus ini memang memberikan ujian itu. Saya hanya melihat ini seperti kiamat Sugra, semua harus mempertanggungjawabkan amalnya masing-masing. Sekarang ini semua juga demikian, harus menjaga dirinya masing-masing. Kalau kena ya harus melawan dengan dirinya masing-masing. Dokter, apapun hanya sekadar menahan," tuturnya.
Karena itu, Jailul Fawaid mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memperbanyak ikhtiyar batin berupa doa. "Doa sangat perlu karena yang bisa menyembuhkan hanya dirinya dan Tuhan. Faktanya dokter juga banyak yang meninggal karena Corona. Doa dari tampat masing-masing, bermunajat, membangun kekuatan masing-masing untuk kemudian bisa melewati dan membangun kembali," tuturnya.
Menurutnya, pada situasi seperti sekarang, menggelar munajat di lapangan atau tempat-tempat ibadah justru bukan sebagai langkah yang dianjurkan. Maka, dirinya mengajak masing-masing indivudu saling mendoakan, saling membantu agar yang lain terhindar.
"Yang sudah terkena mudah-mudahan diberi kesembuhan, yang belum mudah-mudahan terhindar. Bagi yang gak kena sama sekali mudahan-mudahan wabah ini bisa menjadi pelajaran setelah musibah ini berlalu, untuk membangun komitmen keimanan yang kuat, dan komitmen kemanusiaan," paparnya.
Dirinya mengajak masyarakat untuk saling membantu meringankan beban masyarakat yang terimbas Corona. "Yang bisa memberikan bantuan, berikanlah bantuan. Jangan kemudian orang tidak bertanggung jawab kemana-mana membawa virus akan menambah beban kepada yang lain," urainya.
Munajat yang diperlukan, kata Jazilul, yakni para tokoh agama dan setiap umat bermunajat, memohon ampun kepada Tuhan supaya virus ini bisa segera dicabut dan kembai kehidupan normal secepat-cepatnya.
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menyebut bahwa wabah virus Corona ini sebagai kiamat Sugra atau kiamat kecil, karena telah menyerang hampir seluruh negara di dunia, tanpa mengenal batas negara, agama, termasuk strata sosial masyarakat.
"Saya menyebutnya ini sebagai kiamat Sugra, kiamat kecil. Kaya, miskin, tua, muda, semuanya kena. Nah yang bisa menyembuhkan dan menghindarkan adalah diri kita sendiri dan Allah Ta'ala. Jadi siapapun yang kena virus dia harus menyendiri, dan harus melawan dengan dirinya sendiri bersama Tuhannya. Orang yang dicintaipun, kalau sudah kena, kita harus hindari," kata Jazilul Fawaid kepada SINDOnews, Minggu (5/4/2020).
Menurutnya, dokter, masker, dan semua upaya yang dilakukan manusia, termasuk pemerintah hanya merupakan usaha atau alat bantu untuk menyembuhkan dan mengurangi penyebaran. "Dalam kondisi yang seperti ini, ya kembali bahwa seluruh nikmat yang kemarin sudah diberikan, nanti setelah selesai wabah ini menjadi pelajaran. Jangan kemudian lupa lagi untuk berbuat baik kepada sesama, menjaga kebersihan, membangun solidaritas. Biasanya kalau musibah ini sudah dilewati, kita cenderung lupa lagi, cenderung manusia lalai lagi dalam pengertian tidak menggunakan nikmatnya semaksimal mungkin," tutur dosen dan pembina tahfid Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta ini.
Jazilul yang merupakan lulusan Fakultas Syariah Pendidikan Institut Studi Ilmu Al Quran (ISIQ) Jakarta yang sekarang menjadi PTIQ menuturkan, saat ujian wabah Corona ini, semua orang menyadari bahwa nikmat yang Allah berikan sebelum terjadi wabah ini sangat berharga.
"Kalau sudah kena, tak ada harganya lagi karena virus ini memang memberikan ujian itu. Saya hanya melihat ini seperti kiamat Sugra, semua harus mempertanggungjawabkan amalnya masing-masing. Sekarang ini semua juga demikian, harus menjaga dirinya masing-masing. Kalau kena ya harus melawan dengan dirinya masing-masing. Dokter, apapun hanya sekadar menahan," tuturnya.
Karena itu, Jailul Fawaid mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memperbanyak ikhtiyar batin berupa doa. "Doa sangat perlu karena yang bisa menyembuhkan hanya dirinya dan Tuhan. Faktanya dokter juga banyak yang meninggal karena Corona. Doa dari tampat masing-masing, bermunajat, membangun kekuatan masing-masing untuk kemudian bisa melewati dan membangun kembali," tuturnya.
Menurutnya, pada situasi seperti sekarang, menggelar munajat di lapangan atau tempat-tempat ibadah justru bukan sebagai langkah yang dianjurkan. Maka, dirinya mengajak masing-masing indivudu saling mendoakan, saling membantu agar yang lain terhindar.
"Yang sudah terkena mudah-mudahan diberi kesembuhan, yang belum mudah-mudahan terhindar. Bagi yang gak kena sama sekali mudahan-mudahan wabah ini bisa menjadi pelajaran setelah musibah ini berlalu, untuk membangun komitmen keimanan yang kuat, dan komitmen kemanusiaan," paparnya.
Dirinya mengajak masyarakat untuk saling membantu meringankan beban masyarakat yang terimbas Corona. "Yang bisa memberikan bantuan, berikanlah bantuan. Jangan kemudian orang tidak bertanggung jawab kemana-mana membawa virus akan menambah beban kepada yang lain," urainya.
Munajat yang diperlukan, kata Jazilul, yakni para tokoh agama dan setiap umat bermunajat, memohon ampun kepada Tuhan supaya virus ini bisa segera dicabut dan kembai kehidupan normal secepat-cepatnya.
(rhs)