Nama Islami dan Fenomena Corona
A
A
A
BELAKANGAN ini di media sosial atau medsos, beredar foto bayi yang baru lahir dengan nama lucu: Vairus Abdul Corona. Bayi itu disebutnya lahir pada 28 Maret 2020. "Semoga putra kami diberi umur panjang, menjadi anak yang saleh, diberikan rezeki yang melimpah dan berbakti kepada orang tua. Amin. Wassalam," begitu foto dan kabar bahagia itu disebar melalui jejaring grup WhatsApp. Sejauh ini belum terverifikasi kebenaran berita itu, hanya lelucon atau memang realitas.
Nyata atau tidak kabar itu, memberi nama bagi bayi yang baru lahir terkadang memang menjadi persoalan tersendiri bagi sebagian pasangan. Peristiwa terkini, seringkali menjadi inspirasi cemerlang bagi banyak orang untuk memberi nama si buah hati. Kembali ke Vairus Abdul Corona. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Vairus atau Fairus bermakna batu yang berharga. Abdul sama dengan abdi, pelayan, hamba. Corona adalah sejenis virus. Tapi dalam Bahasa Spanyol corona berarti mahkota. Nah, kini silakan disambung-sambungkan makna lengkap dari Vairus Abdul Corona itu.
Dari India juga dilaporkan, telah lahir sepasang bayi kembar. Karena lahir di tengah pandemi virus corona alias covid-19, orangtua mereka memberi nama kedua bayi tersebut dengan nama Covid dan Corona.
Kedua nama itu sengaja dipilih untuk mengingatkan mereka tentang masa-masa sulit yang sedang mereka alami di tengah pandemi Covid-19.
Sepasang bayi kembar—laki-laki dan perempuan—itu lahir di kota Raipur ketika India sedang memberlakukan lockdown nasional untuk menghentikan penyebaran virus corona. Orangtua mereka mengakui bahwa pandemi saat ini menjadi inspirasi untuk memilih nama. ( Baca juga: Sepasang Bayi Kembar di India Diberi Nama Covid dan Corona ).
Ganti Nama
“What is in a name?” begitu penyair Shakespeare. Hanya saja, Islam mengajarkan membuat nama mesti bagus bagi anak. Nama yang baik sangat besar pengaruhnya bagi sang penyandang nama tersebut. “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian,” begitu sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Abu Dawud. Islam juga mengajarkan nama pada seseorang mengandung doa dan harapan dari orangtuanya.
Dulu, setidaknya pada tahun 1980an, ada empat momen penting bagi orang memberi nama. Pertama anak saat baru lahir, kedua saat menikah, dan ketiga saat berhaji. Setidaknya itu terjadi di Jawa Tengah bagian utara.
Pemberian nama anak saat baru lahir sering sekenanya. Nyari gampangnya. Anak lahir di hari pon maka diberi nama Ponimin atau Ponirah, lahir pahing bernama Paijan. Wage, Wagiman atau Wagimin dan seterusnya. Nama yang disematkan pada buah hati tersebut hanya sebagai penanda hari lahir.
Jika nama-nama ini dianggap kurang elok, maka masih ada kesempatan mengubah nama bagi mereka, yakni pada saat menikah. Perubahan nama itu biasa dilakukan mempelai perempuan dari rakyat jelata yang menikah dengan kaum priyayi. Nama Ponirah, diganti dengan Rahayu, misalnya. Atau nama yang lebih indah lainnya.
Ganti nama juga lazim dilakukan masyarakat sepulang menjalankan ibadah haji. Nama Rahayu diganti menjadi Hj. Sa’odah atau Hj. Fatimah dan seterusnya. Nama Suparno menjadi H. Abdul Karim dst. Biasanya nama sepulang haji itu berbau kearab-araban.
Nama Mualaf
Para mualaf juga seringkali ganti nama. Tradisi itu masih berlaku sampai saat ini. Dalam pertemuan dengan KH Ma'ruf Amin, Deddy Corbuzier sempat diberi nama Islam oleh sang Kiai yang kini menjadi wakil presiden. Ia memberikan dua pilihan nama Islam. "Kalau nggak Ahmad, ya Muhammad. Pilih mana yang enak. Namanya nggak usah diubah, tambahin saja," ujarnya.
Sejauh ini Deddy tak menyematkan salah satu dari dua nama itu. Dia tetap Deddy Corbuzier. Ia memeluk Islam pada Jumat 21 Juni 2019. Pesohor ini mengucap dua kalimat syahadat dibimbing Gus Miftah, pemilik Pondok Pesantren Ora Aji.
Setelah itu, Freddy Siauw kakak Felix Siauw resmi menjadi mualaf belum lama ini. Freddy mengucap dua kalimat syahadat dibimbing Ustaz Adi Hidayat, pada Ahad 8 September 2019 lalu. Felix sudah lebih dulu memeluk Islam. Nama keduanya tidak berubah. Tetap Felix dan Freddy.
Sebagian ulama berpendapat tak wajib mengganti nama begitu menjadi mualaf. Hanya saja, jika namanya buruk menurut Islam, maka disyariatkan untuk mengubah setelah masuk Islam. Perubahan nama bisa dianggap menjadi penanda yang jelas bahwa orang itu telah berpindah agamanya menjadi muslim.
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha (RA), ia berkata, "Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (SAW) biasa mengganti nama yang jelek." (HR. At-Tirmidzi).
Dalam Tuhfatu Al-Ahwadzi, Syaikh Al-Mubarakfuri mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan "mengganti nama yang jelek," yaitu mengubahnya dengan nama yang bagus.
Said bin Al-Musayyib menceritakan, bahwa kakeknya yang bernama Hazan pernah datang menemui Nabi . Lalu Nabi bertanya kepadanya, "Siapa namamu?" Dia menjawab, "Nama saya Hazan."
Nabi berkata, "Tidak, namamu adalah Sahal." Dia berkata, "Saya tidak akan mengganti nama yang telah diberikan oleh ayahku."
Said bin Al-Musayyib meneruskan, "Setelah itu, dia selalu kelihatan seperti orang yang sedih di tengah-tengah kami."
Diriwayatkan juga, bahwa Juwairiyah RA salah seorang istri Nabi , dulunya bernama Barrah, kemudian diganti oleh beliau menjadi Juwairiyah. Nabi kurang suka jika dikatakan; bahwa beliau baru keluar dari rumah Barrah.
Imam Abu Dawud berkata, " Nabi SAW pernah mengganti nama Al-Ash, Aziz, Atalah, Syaithan, Al-Hakam, Ghurab, Hubab, dan Syihab, menjadi Hisyam. Beliau juga pernah mengganti nama Harb menjadi Salam, Al-Mudhthaji' menjadi Al-Munba'its, Afirah menjadi Khadhirah, Suku Adh-Dhalalah menjadi Suku Al-Huda, Bani Az-Ziniyah menjadi Bani Ar-Risydah, dan Bani Mughwiyah menjadi Bani Risydah." Selanjutnya Abu Dawud berkata, "Saya sengaja meninggalkan sanad-sanadnya supaya lebih ringkas."
Kearab-araban
Kembali ke Freddy Siauw. Nama Freddy tentulah nama yang bagus. Freddy bisa dimaknai varian dari Frederick dalam Bahasa Jerman bermakna pemimpin yang cinta kedamaian. Sedangkan dalam Bahasa Inggris bermakna pembawa kedamaian, pemimpin kedamaian. Bentuk lain dari Fred, Fredy, Fredie.
Boleh jadi, ada yang berpendapat nama Freddy tidak Islami. Bagi mereka yang berpendapat demikian, biasanya mereka beranggapan nama Islami mesti beraroma kearab-araban. Nama Asad seakan lebih mendekati Islam dibandingkan misalnya Singa. Padahal maknanya itu sama saja: Singa.
Begitu juga nama Habibah seakan lebih afdhol dibandingkan Kekasihku atau Cintaku. Memang agaknya aneh membuat nama, kok, Cintaku atau Kekasihku. Tapi kalau Habibah sudah pasti cantik.
Lalu, lebih bagus nama Bahir, ketimbang Elok, Fuhaid atau Fahd daripada Harimau, Hamdun ketimbang Puji, Husni daripada Indah, Robih daripada Beruntung atau Bejo (bhs Jawa).
Nama Robih dan Bejo cukup banyak. Tapi nama Beruntung jelas agak aneh. Apalagi nama ‘Kunci’ pasti nggak bermutu. Jelas lebih indah, enak didengar dan perlu dikenal bila nama itu dibahasa-arabkan menjadi ‘Miftah’.
Nama memang bisa bermakna sebagai doa atau harapan. Apabila seseorang mempunyai nama yang bagus atau orangtua memberikan nama yang baik kepada anaknya, maka hal itu juga bisa bermakna sebagai doa atau harapan. Termasuk juga apabila orangtua memberikan nama bagi anaknya dengan nama-nama sahabat atau orang saleh, tentu dia berkeinginan agar anaknya dapat menjadi atau mendekati seperti nama yang disandangnya.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki nama yang jelek atau ada orangtua yang memberikan nama tidak bagus kepada anaknya, maka hal ini juga bisa menjadi sesuai kenyataan, sebagaimana nama yang disandang.
Selamat kepada mereka yang pada hari-hari ini memiliki momongan baru. Semoga anak yang lahir kelak menjadi anak yang saleh dan salehah. Amin.
Nyata atau tidak kabar itu, memberi nama bagi bayi yang baru lahir terkadang memang menjadi persoalan tersendiri bagi sebagian pasangan. Peristiwa terkini, seringkali menjadi inspirasi cemerlang bagi banyak orang untuk memberi nama si buah hati. Kembali ke Vairus Abdul Corona. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Vairus atau Fairus bermakna batu yang berharga. Abdul sama dengan abdi, pelayan, hamba. Corona adalah sejenis virus. Tapi dalam Bahasa Spanyol corona berarti mahkota. Nah, kini silakan disambung-sambungkan makna lengkap dari Vairus Abdul Corona itu.
Dari India juga dilaporkan, telah lahir sepasang bayi kembar. Karena lahir di tengah pandemi virus corona alias covid-19, orangtua mereka memberi nama kedua bayi tersebut dengan nama Covid dan Corona.
Kedua nama itu sengaja dipilih untuk mengingatkan mereka tentang masa-masa sulit yang sedang mereka alami di tengah pandemi Covid-19.
Sepasang bayi kembar—laki-laki dan perempuan—itu lahir di kota Raipur ketika India sedang memberlakukan lockdown nasional untuk menghentikan penyebaran virus corona. Orangtua mereka mengakui bahwa pandemi saat ini menjadi inspirasi untuk memilih nama. ( Baca juga: Sepasang Bayi Kembar di India Diberi Nama Covid dan Corona ).
Ganti Nama
“What is in a name?” begitu penyair Shakespeare. Hanya saja, Islam mengajarkan membuat nama mesti bagus bagi anak. Nama yang baik sangat besar pengaruhnya bagi sang penyandang nama tersebut. “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian,” begitu sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Abu Dawud. Islam juga mengajarkan nama pada seseorang mengandung doa dan harapan dari orangtuanya.
Dulu, setidaknya pada tahun 1980an, ada empat momen penting bagi orang memberi nama. Pertama anak saat baru lahir, kedua saat menikah, dan ketiga saat berhaji. Setidaknya itu terjadi di Jawa Tengah bagian utara.
Pemberian nama anak saat baru lahir sering sekenanya. Nyari gampangnya. Anak lahir di hari pon maka diberi nama Ponimin atau Ponirah, lahir pahing bernama Paijan. Wage, Wagiman atau Wagimin dan seterusnya. Nama yang disematkan pada buah hati tersebut hanya sebagai penanda hari lahir.
Jika nama-nama ini dianggap kurang elok, maka masih ada kesempatan mengubah nama bagi mereka, yakni pada saat menikah. Perubahan nama itu biasa dilakukan mempelai perempuan dari rakyat jelata yang menikah dengan kaum priyayi. Nama Ponirah, diganti dengan Rahayu, misalnya. Atau nama yang lebih indah lainnya.
Ganti nama juga lazim dilakukan masyarakat sepulang menjalankan ibadah haji. Nama Rahayu diganti menjadi Hj. Sa’odah atau Hj. Fatimah dan seterusnya. Nama Suparno menjadi H. Abdul Karim dst. Biasanya nama sepulang haji itu berbau kearab-araban.
Nama Mualaf
Para mualaf juga seringkali ganti nama. Tradisi itu masih berlaku sampai saat ini. Dalam pertemuan dengan KH Ma'ruf Amin, Deddy Corbuzier sempat diberi nama Islam oleh sang Kiai yang kini menjadi wakil presiden. Ia memberikan dua pilihan nama Islam. "Kalau nggak Ahmad, ya Muhammad. Pilih mana yang enak. Namanya nggak usah diubah, tambahin saja," ujarnya.
Sejauh ini Deddy tak menyematkan salah satu dari dua nama itu. Dia tetap Deddy Corbuzier. Ia memeluk Islam pada Jumat 21 Juni 2019. Pesohor ini mengucap dua kalimat syahadat dibimbing Gus Miftah, pemilik Pondok Pesantren Ora Aji.
Setelah itu, Freddy Siauw kakak Felix Siauw resmi menjadi mualaf belum lama ini. Freddy mengucap dua kalimat syahadat dibimbing Ustaz Adi Hidayat, pada Ahad 8 September 2019 lalu. Felix sudah lebih dulu memeluk Islam. Nama keduanya tidak berubah. Tetap Felix dan Freddy.
Sebagian ulama berpendapat tak wajib mengganti nama begitu menjadi mualaf. Hanya saja, jika namanya buruk menurut Islam, maka disyariatkan untuk mengubah setelah masuk Islam. Perubahan nama bisa dianggap menjadi penanda yang jelas bahwa orang itu telah berpindah agamanya menjadi muslim.
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha (RA), ia berkata, "Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (SAW) biasa mengganti nama yang jelek." (HR. At-Tirmidzi).
Dalam Tuhfatu Al-Ahwadzi, Syaikh Al-Mubarakfuri mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan "mengganti nama yang jelek," yaitu mengubahnya dengan nama yang bagus.
Said bin Al-Musayyib menceritakan, bahwa kakeknya yang bernama Hazan pernah datang menemui Nabi . Lalu Nabi bertanya kepadanya, "Siapa namamu?" Dia menjawab, "Nama saya Hazan."
Nabi berkata, "Tidak, namamu adalah Sahal." Dia berkata, "Saya tidak akan mengganti nama yang telah diberikan oleh ayahku."
Said bin Al-Musayyib meneruskan, "Setelah itu, dia selalu kelihatan seperti orang yang sedih di tengah-tengah kami."
Diriwayatkan juga, bahwa Juwairiyah RA salah seorang istri Nabi , dulunya bernama Barrah, kemudian diganti oleh beliau menjadi Juwairiyah. Nabi kurang suka jika dikatakan; bahwa beliau baru keluar dari rumah Barrah.
Imam Abu Dawud berkata, " Nabi SAW pernah mengganti nama Al-Ash, Aziz, Atalah, Syaithan, Al-Hakam, Ghurab, Hubab, dan Syihab, menjadi Hisyam. Beliau juga pernah mengganti nama Harb menjadi Salam, Al-Mudhthaji' menjadi Al-Munba'its, Afirah menjadi Khadhirah, Suku Adh-Dhalalah menjadi Suku Al-Huda, Bani Az-Ziniyah menjadi Bani Ar-Risydah, dan Bani Mughwiyah menjadi Bani Risydah." Selanjutnya Abu Dawud berkata, "Saya sengaja meninggalkan sanad-sanadnya supaya lebih ringkas."
Kearab-araban
Kembali ke Freddy Siauw. Nama Freddy tentulah nama yang bagus. Freddy bisa dimaknai varian dari Frederick dalam Bahasa Jerman bermakna pemimpin yang cinta kedamaian. Sedangkan dalam Bahasa Inggris bermakna pembawa kedamaian, pemimpin kedamaian. Bentuk lain dari Fred, Fredy, Fredie.
Boleh jadi, ada yang berpendapat nama Freddy tidak Islami. Bagi mereka yang berpendapat demikian, biasanya mereka beranggapan nama Islami mesti beraroma kearab-araban. Nama Asad seakan lebih mendekati Islam dibandingkan misalnya Singa. Padahal maknanya itu sama saja: Singa.
Begitu juga nama Habibah seakan lebih afdhol dibandingkan Kekasihku atau Cintaku. Memang agaknya aneh membuat nama, kok, Cintaku atau Kekasihku. Tapi kalau Habibah sudah pasti cantik.
Lalu, lebih bagus nama Bahir, ketimbang Elok, Fuhaid atau Fahd daripada Harimau, Hamdun ketimbang Puji, Husni daripada Indah, Robih daripada Beruntung atau Bejo (bhs Jawa).
Nama Robih dan Bejo cukup banyak. Tapi nama Beruntung jelas agak aneh. Apalagi nama ‘Kunci’ pasti nggak bermutu. Jelas lebih indah, enak didengar dan perlu dikenal bila nama itu dibahasa-arabkan menjadi ‘Miftah’.
Nama memang bisa bermakna sebagai doa atau harapan. Apabila seseorang mempunyai nama yang bagus atau orangtua memberikan nama yang baik kepada anaknya, maka hal itu juga bisa bermakna sebagai doa atau harapan. Termasuk juga apabila orangtua memberikan nama bagi anaknya dengan nama-nama sahabat atau orang saleh, tentu dia berkeinginan agar anaknya dapat menjadi atau mendekati seperti nama yang disandangnya.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki nama yang jelek atau ada orangtua yang memberikan nama tidak bagus kepada anaknya, maka hal ini juga bisa menjadi sesuai kenyataan, sebagaimana nama yang disandang.
Selamat kepada mereka yang pada hari-hari ini memiliki momongan baru. Semoga anak yang lahir kelak menjadi anak yang saleh dan salehah. Amin.
(mhy)