Napi di Wates dikenalkan mengaji, hadroh hingga rebana
A
A
A
Sindonews.com - Aksi kekerasan di dalam penjara, mulai dari LP Cebongan Sleman hingga LP Tanjung Gusta, Medan, telah menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Kesan angker kehidupan di dalam penjarapun semakin melekat.
Namun, kondisi berbeda ketika mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan LP Kelas IIB wates. Sejumlah narapidana diajak mengaji hingga bermain hadroh menggunakan rebana.
Pintu utama LP Kelas IIB Wates, yang berada persisi di sisi barat alun-alun Wates nampak tertutup rapat. Namun, suara rebana terdengar bertabuhan. Suara ini terdengar cukup rampak dengan diselingi sholawat nabi yang khusyuk terdengar.
Ternyata suara ini terdengar dari salah satu kamar LP yang disulap menjadi sebuah masjid “At Taqwa” yang ada di ujung barat laut komplek LP.
Di dalam LP ini nampak sekira 10 orang berlatih hadroh dengan memainkan rebana. Dua orang pegawai LP nampak membimbing mereka dengan telaten. Salah satu diantarana narapidana ini adalah seorang haji yang tersandung kasus penipuan.
“Sekira 80 sampai 90 persen kegiatan di LP ini arahkan untuk kegiatan agama, khusus di bulan Ramadan,” jelas Kepala LP Kelas IIB Wates Syamsir Alam, Rabu (17/6/2013).
Menurutnya, sejak pagi hari narapidana sudah diajak untuk melaksanakan salat Subuh yang dilanjutkan dengan mengaji sendiri-sendiri.
Menjelang siang mereka sudah diajak untuk melaksanahakan salat Dhuha, yang dilanjutkan dengan mengaji. Mulai dari iqro, Al quran hingga dialog keagamaan. Di sela kegiatan ini, mereka juga dibimbing untuk memainkan hadroh dengan sejumlah rebana.
“Mereka akan kita tampilkan saat peringatan Nuzulul Quran, syawalan maupun saat besuk Lebaran,” tegasnya.
Malam harinya, warga binaan baik itu narapidana maupun tahanan juga akan diajak melaksanakan salat Tarawih dan juga Tadarus Quran.
Beberapa kegiatan regular keagamaan seperti pengajian juga mengundang dari Departemen Agama. “Harapan kita mereka sadar dan ketika lepas mereka mampu menemukan jalan yang benar,” tandasnya.
Salah satu narapidana Jajang, mengatakan bermain Hadroh dan mengikuti kegiatan keagamaan yang padat membuat dirinya bisa melupakan anak dan istrinya. Selama ini kerap di dalam penjara dia menangis dan merenungi karena kangen dengan buah hatinya.
“Setidaknya saya bisa sedikit melupakan mereka,” ujarnya pria asal Karawang Jawa Barat.
Sebelum di dalam penjara, Jajang yang divonis empat tahun penjara karena membawa lari anak gadis di bawah umur ini, mengaku sudah bisa mengaji. Namun saat ini dia benar-benar merasakan manfaat dan sadar akan kesalahan di masa lalu.
“Kalau sudah keluar saya akan terus mengaji,” jelasnya.
Sementara Yudi Wasito, narapidana lain, mengaku baru di dalam penjara ini dia mengenal huruf Arab. Sebelumnya narapidana kasus perjudian ini sangat jauh dengan kegiatan religi dan keagamaan. Barulah ketika dia tertangkap berjudi dan dijebloskan ke dalam penjara Yudi mau belajar mengaji. Seperti anak kecil diapun harus mulai dari Iqro jilid satu.
“Kalau nanti sudah bebas, saya akan terus mengaji,” pungkasnya.
Sungguh kehidupan di dalam penjara di sini jauh dari kesan angker yang penuh dengan kekerasan. Selain mengaji, para narapidana juga diajarkan menjahit, pertukangan, hingga memasak.
Namun, kondisi berbeda ketika mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan LP Kelas IIB wates. Sejumlah narapidana diajak mengaji hingga bermain hadroh menggunakan rebana.
Pintu utama LP Kelas IIB Wates, yang berada persisi di sisi barat alun-alun Wates nampak tertutup rapat. Namun, suara rebana terdengar bertabuhan. Suara ini terdengar cukup rampak dengan diselingi sholawat nabi yang khusyuk terdengar.
Ternyata suara ini terdengar dari salah satu kamar LP yang disulap menjadi sebuah masjid “At Taqwa” yang ada di ujung barat laut komplek LP.
Di dalam LP ini nampak sekira 10 orang berlatih hadroh dengan memainkan rebana. Dua orang pegawai LP nampak membimbing mereka dengan telaten. Salah satu diantarana narapidana ini adalah seorang haji yang tersandung kasus penipuan.
“Sekira 80 sampai 90 persen kegiatan di LP ini arahkan untuk kegiatan agama, khusus di bulan Ramadan,” jelas Kepala LP Kelas IIB Wates Syamsir Alam, Rabu (17/6/2013).
Menurutnya, sejak pagi hari narapidana sudah diajak untuk melaksanakan salat Subuh yang dilanjutkan dengan mengaji sendiri-sendiri.
Menjelang siang mereka sudah diajak untuk melaksanahakan salat Dhuha, yang dilanjutkan dengan mengaji. Mulai dari iqro, Al quran hingga dialog keagamaan. Di sela kegiatan ini, mereka juga dibimbing untuk memainkan hadroh dengan sejumlah rebana.
“Mereka akan kita tampilkan saat peringatan Nuzulul Quran, syawalan maupun saat besuk Lebaran,” tegasnya.
Malam harinya, warga binaan baik itu narapidana maupun tahanan juga akan diajak melaksanakan salat Tarawih dan juga Tadarus Quran.
Beberapa kegiatan regular keagamaan seperti pengajian juga mengundang dari Departemen Agama. “Harapan kita mereka sadar dan ketika lepas mereka mampu menemukan jalan yang benar,” tandasnya.
Salah satu narapidana Jajang, mengatakan bermain Hadroh dan mengikuti kegiatan keagamaan yang padat membuat dirinya bisa melupakan anak dan istrinya. Selama ini kerap di dalam penjara dia menangis dan merenungi karena kangen dengan buah hatinya.
“Setidaknya saya bisa sedikit melupakan mereka,” ujarnya pria asal Karawang Jawa Barat.
Sebelum di dalam penjara, Jajang yang divonis empat tahun penjara karena membawa lari anak gadis di bawah umur ini, mengaku sudah bisa mengaji. Namun saat ini dia benar-benar merasakan manfaat dan sadar akan kesalahan di masa lalu.
“Kalau sudah keluar saya akan terus mengaji,” jelasnya.
Sementara Yudi Wasito, narapidana lain, mengaku baru di dalam penjara ini dia mengenal huruf Arab. Sebelumnya narapidana kasus perjudian ini sangat jauh dengan kegiatan religi dan keagamaan. Barulah ketika dia tertangkap berjudi dan dijebloskan ke dalam penjara Yudi mau belajar mengaji. Seperti anak kecil diapun harus mulai dari Iqro jilid satu.
“Kalau nanti sudah bebas, saya akan terus mengaji,” pungkasnya.
Sungguh kehidupan di dalam penjara di sini jauh dari kesan angker yang penuh dengan kekerasan. Selain mengaji, para narapidana juga diajarkan menjahit, pertukangan, hingga memasak.
(rsa)