Naik kendaraan, Muslim AS bagikan makanan selama Ramadan
A
A
A
Sindonews.com - Saban hari, selama Ramadan, Ehsan Baig, seorang Muslim di Virginia, sibuk menyiapkan kantong buah-buahan dan sayuran segar di kantin sekolah tinggi di Herndon, Vriginia, AS. Baig tak sendirian, anggota keluarganya yang sangat mendukung ikut membantunya. Aneka makanan itu, selanjutnya ia bagi-bagikan kepada warga AS yang membutuhkan.
”Ini kesempatan bagus bagi kita untuk datang ke sini dan membantu, untuk memberikan sesuatu kepada komunitas. Saya juga membawa semua anak-anak saya, sehingga mereka dapat belajar bagaimana mendistribusikan makanan kepada orang-orang yang bernasib malang,” katanya Baig, seperti dikutip VOA News.
”Ini adalah bagian besar dari misi agama kita, terutama selama Ramadan dikatakan; ketika Anda memberikan sesuatu, Allah melipatgandakannya sampai 70 kali lipat atau lebih,” kata Baig melanjutkan.
Warga Muslim AS, seperti Baig, memaknai Ramadan, tak cukup hanya berdoa. Menurutnya, manfaat Ramadan yang bisa dirasakan bagi warga miskin, termasuk warga AS non-Muslim, jauh lebih penting.
”Saya di sini, maksud saya saat Ramadan. Saya ingin menekankan amal bukan hanya berdoa. Saya ingin memahami, mengapa saya berpuasa. Saya ingin merasa seperti orang-orang lain, bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka tanpa makanan, tanpa air,” ucap Baig.
”Ketika Anda memberi makanan dan Anda memberikan apa pun untuk mereka, mereka selalu mengatakan 'terima kasih' dengan senyum besar dan Anda merasa begitu baik.”
Tak hanya keluarga Baig, di AS juga ada sebuah kelompok nirlaba bernama IMAN (Yayasan Penyalur Bantuan Sementara Cepat) yang melakukan aksi sosial selama Ramadan. Kelompok ini juga gencar menyalurkan bantuan sosial kepada semua warga, dan kelompok yang membutuhkan, termasuk semua umat beragama.
Mereka dengan kendaraan berkeliling saban hari Minggu di Herndon, AS, untuk membagikan makanan. ”Dalam perjalanan saya ke sekolah hari ini, saya melihat orang-orang berjalan (di tengah terik mentari), dengan anak-anak mereka. Mereka hanya dnegan payung, datang dan berdiri antre dua hingga tiga jam untuk menerima makanan,” tutur Somayyah Ghariani, aktivis IMAN yang mengkoordinasikan program.
Relawan, baik Muslim maupun non-Muslim, bekerja sama untuk mendistribusikan bahan pangan pokok seperti minyak dan beras dan buah-buahan dan sayuran segar. Makanan berasal dari bisnis lokal, pasar makanan dan toko.
Mikaeel Jaka, 12, sudah empat Ramadan ini menjadi sukarelawan kelompok berkendaraan itu. ”Jadi saya ingin memastikan bahwa mereka diperlakukan sama juga," kata Mikaeel. "Memberi mereka makanan dan melihat mereka tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih membuat saya merasa benar-benar baik."
Imam Johari, direktur pada Dar Al-Hijrah Islamic Center di luar Washington, mengatakan bahwa, aksi sosial seperti itu, salah satu prinsip Ramadan. ”Nabi berkata; Anda tidak seorang Muslim jika Anda pergi ke tempat tidur dengan perut penuh, dan tetangga Anda lapar," katanya. "Kami mencoba untuk hidup, khususnya di bulan Ramadan."
Tahun lalu IMAN mendistribusikan makanan kepada lebih dari 7 ribu orang. Kelompok ini berharap dapat melebihi angka tersebut pada akhir Ramadan tahun ini.
”Ini kesempatan bagus bagi kita untuk datang ke sini dan membantu, untuk memberikan sesuatu kepada komunitas. Saya juga membawa semua anak-anak saya, sehingga mereka dapat belajar bagaimana mendistribusikan makanan kepada orang-orang yang bernasib malang,” katanya Baig, seperti dikutip VOA News.
”Ini adalah bagian besar dari misi agama kita, terutama selama Ramadan dikatakan; ketika Anda memberikan sesuatu, Allah melipatgandakannya sampai 70 kali lipat atau lebih,” kata Baig melanjutkan.
Warga Muslim AS, seperti Baig, memaknai Ramadan, tak cukup hanya berdoa. Menurutnya, manfaat Ramadan yang bisa dirasakan bagi warga miskin, termasuk warga AS non-Muslim, jauh lebih penting.
”Saya di sini, maksud saya saat Ramadan. Saya ingin menekankan amal bukan hanya berdoa. Saya ingin memahami, mengapa saya berpuasa. Saya ingin merasa seperti orang-orang lain, bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka tanpa makanan, tanpa air,” ucap Baig.
”Ketika Anda memberi makanan dan Anda memberikan apa pun untuk mereka, mereka selalu mengatakan 'terima kasih' dengan senyum besar dan Anda merasa begitu baik.”
Tak hanya keluarga Baig, di AS juga ada sebuah kelompok nirlaba bernama IMAN (Yayasan Penyalur Bantuan Sementara Cepat) yang melakukan aksi sosial selama Ramadan. Kelompok ini juga gencar menyalurkan bantuan sosial kepada semua warga, dan kelompok yang membutuhkan, termasuk semua umat beragama.
Mereka dengan kendaraan berkeliling saban hari Minggu di Herndon, AS, untuk membagikan makanan. ”Dalam perjalanan saya ke sekolah hari ini, saya melihat orang-orang berjalan (di tengah terik mentari), dengan anak-anak mereka. Mereka hanya dnegan payung, datang dan berdiri antre dua hingga tiga jam untuk menerima makanan,” tutur Somayyah Ghariani, aktivis IMAN yang mengkoordinasikan program.
Relawan, baik Muslim maupun non-Muslim, bekerja sama untuk mendistribusikan bahan pangan pokok seperti minyak dan beras dan buah-buahan dan sayuran segar. Makanan berasal dari bisnis lokal, pasar makanan dan toko.
Mikaeel Jaka, 12, sudah empat Ramadan ini menjadi sukarelawan kelompok berkendaraan itu. ”Jadi saya ingin memastikan bahwa mereka diperlakukan sama juga," kata Mikaeel. "Memberi mereka makanan dan melihat mereka tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih membuat saya merasa benar-benar baik."
Imam Johari, direktur pada Dar Al-Hijrah Islamic Center di luar Washington, mengatakan bahwa, aksi sosial seperti itu, salah satu prinsip Ramadan. ”Nabi berkata; Anda tidak seorang Muslim jika Anda pergi ke tempat tidur dengan perut penuh, dan tetangga Anda lapar," katanya. "Kami mencoba untuk hidup, khususnya di bulan Ramadan."
Tahun lalu IMAN mendistribusikan makanan kepada lebih dari 7 ribu orang. Kelompok ini berharap dapat melebihi angka tersebut pada akhir Ramadan tahun ini.
(esn)