Pesantren Ramadan dan Pendidikan Karakter

Minggu, 06 Juli 2014 - 13:19 WIB
Pesantren Ramadan dan Pendidikan Karakter
Pesantren Ramadan dan Pendidikan Karakter
A A A
SELAMA bulan Ramadan, sekolah atau madrasah di semua jenjang menyelenggarakan pesantren Ramadan. Meskipun pada tahun pelajaran 2014/2015, hari pertama masuk sudah memasuki minggu kedua dalam bulan Ramadan, sekolah atau madrasah tetap menyelenggarakan pesantren Ramadan, hanya saja jenis kegiatannya menyesuaikan. Kegiatan ini dimaksudkan agar peserta didik lebih mendalami agama Islam sekaligus
mempraktikkannya.

Pesantren Ramadan di sekolah atau madrasah ini, sebenarnya mendukung pendidikan karakter yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama. Adapun nilai-nilai karakter dalam pesantren ramadan adalah;

Pertama, nilai karakter religius. Yakni melatih siswa taat melaksanakan ajaran agama Islam dengan baik. Setiap hari sebelum pelajaran dimulai siswa membaca Alquran bersama-sama. Selain itu pada waktu istirahat siswa melaksanakan salat dhuha dan salat zuhur berjamaah. Bahkan tidak sedikit siswa melaksanakan salat asar berjamaah di sekolah.

Kedua, nilai karakter jujur. Puasa yang dilakukan siswa adalah bentuk karakter jujur. Ada guru atau orang yang mengawasi maupun tidak, setiap siswa harus berpuasa. Dengan kata lain yang mengetahui siswa berpuasa atau tidak adalah dirinya sendiri dan Allah SWT. Harapannya sikap jujur tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya siswa mengikuti ujian dengan jujur tanpa mencontek.

Ketiga, nilai karakter mandiri. Sikap kemandirian siswa dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut dalam koordinasi dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan Pembina Rohis. Sehingga karakter mandiri tersebut bermanfaat saat nanti siswa melanjutkan ke bangku kuliah dan di masyarakat.

Keempat, nilai karakter kerja keras. Seringkali adanya ibadah puasa menurunkan semangat belajar atau kerja seseorang. Kondisi tersebut tidak berlaku bagi siswa SMA Negeri 3 Semarang untuk menyemarakkan kegiatan Ramadan di sekolah. Mulai dari tadarus Alquran, penanaman Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, salat dhuha, salat dzuhur dan asar berjamaah, peringatan Nuzulul Quran, kajian Islam, salat Jumat, zakat fitrah, lomba Islami, dan gebyar amal. Adanya berbagai kegiatan tersebut dalam bulan ramadan secara tidak langsung menanamkan kerja keras dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima, nilai karakter toleransi. Kegiatan pesantren Ramadan menanamkan kepada siswa agar toleransi dengan orang lain yang berbeda pendapat maupun agama. Perbedaan pendapat dalam kajian Islam atau pembelajaran di kelas adalah rahmatal lil ‘alamin yang harus dihormati. Selain itu dengan siswa yang beragama lain, harus menghormati dengan memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah.

Keenam, nilai karakter disiplin. Pesantren ramadan menanamkan kepada siswa agar terbiasa disiplin dalam aktifitas sehari-hari. Berpuasa bukan sebagai argumen pembenaran untuk datang terlambat baik di sekolah maupun di kelas. Begitu juga dalam pengumpulan tugas, siswa mengumpulkan sesuai dengan deadline yang disepakati sebelumnya.

Ketujuh, nilai karakter menghargai prestasi. Melalui perlombaan yang bernuansa Islami dalam pesantren ramadan, setidaknya nilai karakter menghargai prestasi dapat diterapkan. Siapa pun yang menjadi pemenangnya harus diterima dan diberi apresiasi, sedangkan bagi peserta kalah menerima dengan lapang dada.

Kedelapan, nilai karakter gemar membaca. Setidaknya dengan membiasakan membaca Alquran setiap mengawali pelajaran setiap hari, siswa terbiasa gemar membaca. Tidak hanya membaca Alquran tetapi juga membaca pengetahuan Islam dan umum. Aktivitas membaca awal merupakan jendela cakrawala dunia.

Kesembilan, nilai karakter kreatif. Pelaksanaan pesantren Ramadan di SMA Negeri 3 Semarang tidak hanya monoton yang sifatnya ubudiyyah, tetapi juga penampilan seni Islam. Setidaknya dengan adanya penammpilan seni Islam dalam peringatan Nuzulul Quran, siswa yang mengikuti tidak bosan. Kondisi tersebut secara tidak langsung mengajarkan kepada siswa bahwa Islam sangat kaya terhadap khazanah dan budaya Islam. Selain itu juga siswa diajak nonton film Islami. Setelah nonton film tersebut, siswa menggali hikmah yang dapat diambil hubungannya dengan ajaran Islam.

Kesepuluh, nilai karakter demokratis. Dalam pembahasan perencanaan pelaksanaan pesantren Ramadan, panitia menampung semua aspirasi siswa. Aspirasi siswa tersebut disalurkan melalui rapat panitia pesantren Ramadan. Masing-masing siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam mengeluarkan pendapat. Hasil kesepakatan dalam musyawarah panitia, semua siswa dapat menerima hasilnya.

Kesebelas, nilai karakter rasa ingin tahu. Melalui kajian Islam dalam pesantren Ramadan, siswa belajar lebih tentang materi keislaman sebagai pengayaan Pendidikan Agama Islam. Dalam kesempatan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang berbagai hal tentang materi keislaman.

Kedua belas, nilai karakter cinta damai. Ajaran Islam adalah rahmatan lil alamin (rahmat untuk seluruh alam semesta). Apabila ada masalah, musyawarah menjadi solusinya. Materi tersebut untuk membekali dan membentengi siswa dari aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran Islam.

Ketiga belas, nilai karakter peduli lingkungan. Dalam kegiatan pesantren Ramadan, siswa ditekankan untuk peduli lingkungan yakni membuang sampah pada tempatnya sesuai kategori organik dan organik. Keempat belas, nilai karakter peduli sosial. Bentuk kegiatan yang dilakukan pengumpulan infak serta zakat fitrah dalam pesantren
Ramadan. Hasil zakat fitrah disalurkan untuk membantu siswa maupun masyarakat membutuhkan.

Dari keempat belas karakter tersebut menunjukkan kegiatan pesantren Ramadan adalah positif. Sekarang tergantung siswanya, ikhlas mengikuti kegiatan tersebut atau karena keterpaksaan?

HERY NUGROHO
Guru PAI dan Budi Pekerti SMAN 3 Semarang
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4534 seconds (0.1#10.140)