Kisah Nabi Musa Mengaku Bani Israel Tak Sanggup Sholat Meski Kurang dari Lima Waktu
Jum'at, 27 Januari 2023 - 10:38 WIB
Rasulullah SAW bersabda, "Hai Musa, sesungguhnya —demi Allah— saya malu kepada Tuhanku, karena terlalu sering bolak-balik kepada-Nya."
Musa berkata, "Kalau begitu, turunlah engkau dengan menyebut nama Allah."
Kisah tersebut sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari di dalam Kitabut Tauhid, bagian dari kitab sahihnya. Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam Sifatun Nabi SAW, dari Ismail ibnu Abu Uwais, dari saudaranya (yaitu Abu Bakar Abdul Hamid), dari Sulaiman ibnu Bilal. Imam Muslim meriwayatkannya dari Harun ibnu Sa'id dari Ibnu Wahb dari Sulaiman, yang di dalam riwayatnya Sulaiman memberikan tambahan, ada pula yang dikuranginya, serta ada yang didahulukan dan yang dibelakangkan.
Sholat Sebelum Mikraj
Menilik kisah ini, maka sesungguhnya kewajiban sholat juga berlaku bagi umat sebelum Nabi Muhammad SAW. Hanya saja, perintah sholat lima kali sehari sebagai kewajiban diperoleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT langsung beliau mikraj. Lalu, bagaimana sholat Nabi sebelum perintah itu diperoleh?
Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” mengatakan bahwa sesungguhnya kapan kewajiban sholat itu dimulai banyak menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. "Ada yang menyebutkan, sholat sudah dikerjakan Nabi Muhammad SAW sejak beliau diangkat menjadi rasul," tuturnya.
Pada awal kerasulannya, ada yang mengatakan, beliau biasa melakukan sholat dua rakaat pada waktu pagi dan petang. Namun, yang jelas dalam masalah sholat lima waktu, kata Ibnu Hajar, para ulama tidak berbeda pendapat bahwa sholat lima waktu itu diwajibkan Allah kepada beliau dan umatnya yaitu pada malam kejadian di-isra' dan mikraj-kannya Nabi Muhammad SAW.
Adapun perkataan Aisyah ra yang menyatakan bahwa Khadijah wafat sebelum diwajibkannya sholat (sedangkan disebutkan bahwa Nabi melakukan sholat wajib bersama Khadijah). Menurut pendapat yang kuat (mu'tamad) menyatakan bahwa sholatnya tersebut adalah sholat sebelum diwajibkannya sholat lima waktu.
Jadi, yang dimaksudkan oleh Aisyah dengan perkataannya bahwa Khadijah wafat sebelum difardhukan sholat adalah sebelum difardhukan sholat lima waktu. Maka, tidaklah ada pertentangan di antara kedua pendapat itu. "Benar memang bahwa Khadijah wafat sebelum peristiwa isra' dan mikraj," demikian penjelasan Imam Ibnu Hajar.
Yahya Ibnu Salam juga berpendapat semua keterangan mengenai wajib sholat dalam Al-Quran Al-Karim yang turun sebelum terjadinya peritiwa di-isra' dan mikraj-kan Nabi Muhammad SAW, bukanlah sholat lima waktu.
Sholat lima waktu itu baru diwajibkan pada malam Nabi Muhammad SAW di-isra' dan mikraj-kan. Hal itu terjadi setahun sebelum hijrahnya ke Madinah.
Al-lmam Qadhi berkata, “Tidak dinafikkan (diingkari) bahwa Khadijah mendirikan sholat bersama Rasulullah SAW setelah sholat diwajibkan. Tidak ada perbedaan pendapat bahwa Khadijah meninggal sebelum hijrahnya Rasulullah SAW dan bahwa sholat lima waktu diwajibkan pada malam kejadian isra' mikraj-nya Rasulullah SAW."
Ibnu Dahiyah menegaskan bahwa yang dimaksud sholatnya Khadijah bersama Rasulullah SAW adalah sholat yang dikerjakan Rasulullah SAW sejak diangkat menjadi rasul, yaitu sebanyak dua rakaat pada waktu pagi (Subuh) dan dua rakaat pada waktu petang (Ashar). Sedangkan, sholat lima waktu diwajibkan pada malam isra mi'raj, yakni setelah wafatnya Khadijah.”
Nabi Musa Menangis
Sementara itu, Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitabnya Rahiq al-Makhtum menjelaskan bahwa perjumpaan Nabi Muhammad saat sampai di langit keenam, bukan ketujuh.
Al-Mubarakfuri menjelaskan pada saat mikraj itu Nabi Muhammad SAW melalui tujuh lapis langit. Setiap langit terdapat nabi-nabi terdahulu. Langit pertama bertemu Nabi Adam, langit kedua bertemu Nabi Yahya bin Zakaria dan Nabi Isa bin Maryam, langit ketiga bertemu Nabi Yusuf, langit keempat bertemu Nabi Idris, langit kelima bertemu Nabi Harun bin Imran, langit keenam bertemu Nabi Musa bin Imran, dan langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim.
Setiap Nabi yang dijumpai Nabi Muhammad mengucapkan salam, lalu mereka menjawab dan mengakui kenabian Muhammad SAW. Tapi ada yang aneh. Nabi Muhammad sempat terhenti saat berjumpa dengan Nabi Musa. Ketika hendak melanjutkan perjalanan ke langit ketujuh, Nabi Musa tiba-tiba menangis.
“Apa yang membuatmu menangis?” tanya Nabi Muhammad penasaran. “Aku menangis, karena ada orang yang lebih muda diutus setelahku, tapi umatnya lebih banyak yang masuk surga daripada umatku,” jawab Nabi Musa.
Musa berkata, "Kalau begitu, turunlah engkau dengan menyebut nama Allah."
Kisah tersebut sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari di dalam Kitabut Tauhid, bagian dari kitab sahihnya. Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam Sifatun Nabi SAW, dari Ismail ibnu Abu Uwais, dari saudaranya (yaitu Abu Bakar Abdul Hamid), dari Sulaiman ibnu Bilal. Imam Muslim meriwayatkannya dari Harun ibnu Sa'id dari Ibnu Wahb dari Sulaiman, yang di dalam riwayatnya Sulaiman memberikan tambahan, ada pula yang dikuranginya, serta ada yang didahulukan dan yang dibelakangkan.
Sholat Sebelum Mikraj
Menilik kisah ini, maka sesungguhnya kewajiban sholat juga berlaku bagi umat sebelum Nabi Muhammad SAW. Hanya saja, perintah sholat lima kali sehari sebagai kewajiban diperoleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT langsung beliau mikraj. Lalu, bagaimana sholat Nabi sebelum perintah itu diperoleh?
Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” mengatakan bahwa sesungguhnya kapan kewajiban sholat itu dimulai banyak menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. "Ada yang menyebutkan, sholat sudah dikerjakan Nabi Muhammad SAW sejak beliau diangkat menjadi rasul," tuturnya.
Pada awal kerasulannya, ada yang mengatakan, beliau biasa melakukan sholat dua rakaat pada waktu pagi dan petang. Namun, yang jelas dalam masalah sholat lima waktu, kata Ibnu Hajar, para ulama tidak berbeda pendapat bahwa sholat lima waktu itu diwajibkan Allah kepada beliau dan umatnya yaitu pada malam kejadian di-isra' dan mikraj-kannya Nabi Muhammad SAW.
Adapun perkataan Aisyah ra yang menyatakan bahwa Khadijah wafat sebelum diwajibkannya sholat (sedangkan disebutkan bahwa Nabi melakukan sholat wajib bersama Khadijah). Menurut pendapat yang kuat (mu'tamad) menyatakan bahwa sholatnya tersebut adalah sholat sebelum diwajibkannya sholat lima waktu.
Jadi, yang dimaksudkan oleh Aisyah dengan perkataannya bahwa Khadijah wafat sebelum difardhukan sholat adalah sebelum difardhukan sholat lima waktu. Maka, tidaklah ada pertentangan di antara kedua pendapat itu. "Benar memang bahwa Khadijah wafat sebelum peristiwa isra' dan mikraj," demikian penjelasan Imam Ibnu Hajar.
Yahya Ibnu Salam juga berpendapat semua keterangan mengenai wajib sholat dalam Al-Quran Al-Karim yang turun sebelum terjadinya peritiwa di-isra' dan mikraj-kan Nabi Muhammad SAW, bukanlah sholat lima waktu.
Sholat lima waktu itu baru diwajibkan pada malam Nabi Muhammad SAW di-isra' dan mikraj-kan. Hal itu terjadi setahun sebelum hijrahnya ke Madinah.
Al-lmam Qadhi berkata, “Tidak dinafikkan (diingkari) bahwa Khadijah mendirikan sholat bersama Rasulullah SAW setelah sholat diwajibkan. Tidak ada perbedaan pendapat bahwa Khadijah meninggal sebelum hijrahnya Rasulullah SAW dan bahwa sholat lima waktu diwajibkan pada malam kejadian isra' mikraj-nya Rasulullah SAW."
Ibnu Dahiyah menegaskan bahwa yang dimaksud sholatnya Khadijah bersama Rasulullah SAW adalah sholat yang dikerjakan Rasulullah SAW sejak diangkat menjadi rasul, yaitu sebanyak dua rakaat pada waktu pagi (Subuh) dan dua rakaat pada waktu petang (Ashar). Sedangkan, sholat lima waktu diwajibkan pada malam isra mi'raj, yakni setelah wafatnya Khadijah.”
Nabi Musa Menangis
Sementara itu, Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitabnya Rahiq al-Makhtum menjelaskan bahwa perjumpaan Nabi Muhammad saat sampai di langit keenam, bukan ketujuh.
Al-Mubarakfuri menjelaskan pada saat mikraj itu Nabi Muhammad SAW melalui tujuh lapis langit. Setiap langit terdapat nabi-nabi terdahulu. Langit pertama bertemu Nabi Adam, langit kedua bertemu Nabi Yahya bin Zakaria dan Nabi Isa bin Maryam, langit ketiga bertemu Nabi Yusuf, langit keempat bertemu Nabi Idris, langit kelima bertemu Nabi Harun bin Imran, langit keenam bertemu Nabi Musa bin Imran, dan langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim.
Setiap Nabi yang dijumpai Nabi Muhammad mengucapkan salam, lalu mereka menjawab dan mengakui kenabian Muhammad SAW. Tapi ada yang aneh. Nabi Muhammad sempat terhenti saat berjumpa dengan Nabi Musa. Ketika hendak melanjutkan perjalanan ke langit ketujuh, Nabi Musa tiba-tiba menangis.
“Apa yang membuatmu menangis?” tanya Nabi Muhammad penasaran. “Aku menangis, karena ada orang yang lebih muda diutus setelahku, tapi umatnya lebih banyak yang masuk surga daripada umatku,” jawab Nabi Musa.