Biografi Imam Abu Hanifah Pendiri Mazhab Hanafi, Khatam Al-Qur'an 7.000 Kali
Jum'at, 03 Februari 2023 - 05:10 WIB
Imam Abu Hanifah (80-150 Hijriyah), salah satu ulama besar peletak dasar-dasar fiqih pendiri Mazhab Hanafi. Beliau memiliki riwayat hidup luar biasa dan mendapat pujian dari banyak ulama.
Ulama kelahiran Kufah Irak ini setiap sholat malam selalu khatam Al-Qur'an. Selama hidupnya, Imam Abu Hanifah telah mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 7.000 kali.
Bahkan, beliau melaksankan sholat Isya dan Subuh hanya dengan sekali wudhu. Dan ini berlangung selama 40 tahun. Seperti apa sosok beliau? Mari simak penjelasan Dai lulusan Al-Azhar Mesir Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajiannya.
Sekadar informasi, Imam Abu Hanifah selain ahli ibadah, beliau juga dikenal karena memiliki keluasan ilmu. Tak heran jika Mazhab yang didirikannya kini eksis di berbagai negara. Mazhab Hanafi kini banyak dianut oleh muslim di Irak, Afghanistan, Turki, India, China, Rusia, sebagian Mesir, sebagian Afrika Barat dan lainnya.
Ustaz Ahmad Syahrin menceritakan, pada zaman Tabi'in munculah sebuah madrasah keilmuan yang awalnya berpusat di Kufah, namun kemudian meluas dan menjadi mazhab fiqih yang paling luas wilayah persebarannya dalam sepanjang sejarah Islam.
Mazhab ini dikenal dengan nama Mazhab Hanafi. Mazhab ini dikenal dengan kekuatan logika, penalaran dan qiyasnya dalam merumuskan hukum-hukum fiqih. Sebagai pendiri mazhab, beliau digelari dengan Imam Ahlu Ra'yi atau pemimpinnya ahli akal. Dalam berbagai kitab para ulama, disebut juga dengan gelar Imamul A'zham yang artinya imam yang agung. (Mizanul I’tidal, 4/265)
Biografi Singkat
Imam Abu Hanifah rahimahullah memiliki nama asli Nu'man bin Tsabit al-Kufi rahimahullah. Beliau lahir di Kota Kufah, Irak pada Tahun 80 H atau Tahun 699 M. Wafat di Kota Baghdad pada Tahun 150 H atau 767 M bersamaan dengan tahun kelahiran Imam Asy-Syafi'i.
Syaikh At-Taqi Al-Ghazi berkata, ada perselisihan pendapat tentang asal daerahnya. Ada yang mengatakan dari Kaabil, ada pula yang menyebut Baabil, ada yang menyebut Nasaa, ada yang mengatakan Tirmidz, ada juga yang menyebut Al-Anbar, dan lainnya.
Cucunya bernama Ismail bin berkata, kakekku dilahirkan Tahun 80 Hijriyah, dan Tsabit (ayah Abu Hanifah) membawanya saat masih kecil kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali mendoakannya dengan keberkahan untuknya dan keturunannya. Dan kami mengharapkan kepada Allah agar mengabulkan hal itu, karena doa Ali radhiyallahu 'anhu pada kami. (Siyar A'lamin Nubala, 6/395)
Mengapa beliau mendapatkan panggilan Abu Hanifah, berbeda-beda riwayatnya. Ada yang menyebutkan karena kuatnya ibadahnya hingga ia disebut orang yang hanif. Sebagiannya lagi karena beliau berobat dengan sejenis obat bernama Hanifah. Sedangkan Abu Yusuf mengatakan sebabnya karena ia selalu membawa Hanif (semacam alat menyimpan tinta) kemana pun ia pergi. [Min A'lam as Salaf hal. 222]
Pujian Ulama kepada Imam Abu Hanifah
Imam Abdullah bin Mubarak rahimahullah pernah berkata: "Aku tidak pernah melihat seorang laki-laki yang lebih berwibawa di majelisnya, yang paling baik adab dan kesantunannya melebihi imam Abu Hanifah." [Siyar A’lam Nubala (6/400)]
Beliau juga berkata: "Abu Hanifah adalah orang yang paling paham fiqih." [Ibid]
Ali bin Asham rahimahullah berkata: "Seandainya ditimbang kekuatan akal Abu Hanifah dengan separuh penduduk bumi, niscaya dia akan mengalahkan mereka." [Tarikh Baghdad (15/487)]
Yahya bin Nashr rahimahullah berkata: "Beliau termasuk orang yang paling paham fiqih di zamannya dan orang yang paling bertaqwa." [Al Intiqa hal 163]
Maki bin Ibrahim rahimahullah berkata: "Abu Hanifah merupakan penduduk bumi yang paling berilmu." [Bidayah wa Nihayah (10/110)]
Syadad bin Hakim berkata: "Aku belum pernah melihat orang yang lebih berilmu dibanding Abu Hanifah." [Ath Thabaqat As Sunniyah Hal 29]
Imam Malik rahimahullah ketika ditanya apakah pernah melihat Imam Abu Hanifah, maka beliau menjawab: "Iya, aku melihat seorang laki-laki yang seandainya ia mengatakan tiang yang terbuat dari kayu ini adalah emas, niscaya ia bisa mempertahankan pendapatnya." [Siyar A'lam Nubala (6/399)]
Imam Syafi'i rahimahullah berkata: "Semua orang dalam urusan fiqih berutang kepada Imam Abu Hanifah." [Siyar A'lam Nubala (6/403)]
Syaikh At-Taqi al-Ghazi berkata: "Dialah imamnya para imam, penerang bagi umat, lautan ilmu dan keutamaan, ulamanya Iraq, ahli fiqih dunia seluruhnya, orang semasa dan setelahnya menjadi lemah di hadapannya, belum pernah mata melihat yang semisalnya. Belum ada seorang mujtahid mencapai derajat seperti kesempurnaan dan keutamaannya." [Ath Thabaqat Sunniyah Hal 24]
Ibadah yang Menakjubkan
Selain dikenal sebagai ahli fiqih dan gurunya para ulama, Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ahli ibadah.
Asad bin Amru rahimahullah berkata: "Abu Hanifah rahimahullah melakukan sholat Isya dan Subuh dengan sekali wudhu selama 40 tahun." [Siyar A'lam Nubala (6/399)3]
Imam Abu Yusuf rahimahullah berkata: "Adalah Imam Abu Hanifah biasa mengkhatamkan Al-Qur'an setiap malamnya hanya dalam satu rakaat." [Tarikh Islami (9/195)]
Mis'ar bin Kidam juga berkata: "Aku pernah melihat Abu Hanaifah mengkhatamkan Qur'an dalam satu rakaat." [Siyar A'lam Nubala (6/403)]
Yahya bin Abdul Hamid al Hamaniy dari ayahnya: "Bahwa ayahnya pernah bersama Abu Hanifah selama 6 bulan. Dan selama itu ia tidak melihat beliau sholat Subuh kecuali dengan sholat Isya yang diakhirkan." [Siyar A’lam Nubala (6/400)]
Qashim bin Mu'in rahimahullah berkata: "Abu Hanifah pernah bangun untuk sholat malam dan mengulang-ulang firman Allah Ta'ala: (sebenarnya hari Kiamat Itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46), lalu Beliau menangis dan larut dalam kekhusyukan hingga fajar." [Ibid]
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: "Bahwa Abu Hanifah telah mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 7.000 kali." [Siyar A'lam Nubala (6/400)]
Kedermawanan
Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama yang sangat dermawan. Dalam Thabaqatnya beliau rutin memberi tunjangan kepada beberapa sahabatnya dan membiayai muridnya dalam belajar. Saking tak main-mainnya mengalokasikan dana, beliau menganggarkan sedekah senilai uang belanja dan kebutuhan untuk keluarganya.
Al-Mutsanna bin Raja' rahimahullah berkata: "Abu Hanifah telah bersumpah kepada Allah dengan sebenar-benarnya bahwa dia akan bersedekah dengan Dinar, yaitu sejumlah nilai yang ia berikan untuk keluarganya." [Siyar A’lam Nubala (6/400)]
Waki' berkata: "Adalah Abu Hanifah jika memakai baju baru, maka ia juga akan memberi baju dengan nilai serupa kepada gurunya atau ulama." (Akhbar Abu Hanifah wa Ashabihi hal 60)
Kecerdasan yang Luar Biasa
Ada begitu banyak riwayat atau kisah yang menuturkan kecerdasan sang imam dalam menghadapi masalah yang pelik. Berikut di antaranya:
Khalifah Al-Manshur (khalifah kedua Dinasti Abbasiyah) memanggil Imam Abu Hanifah untuk ditawari jabatan sebagai hakim agung. Namun beliau menolak dengan mengatakan:
لا أصلح للقضاء
"Saya tidak layak."
Al-Manshur berkata: "Engkau telah berbohong!"
Imam Abu Hanifah menjawab:
فقد حكم أمير المؤمنين علي أني لا أصلح،
"Nah benar kan, Anda telah menetapkan hukum atas diriku wahai Amiral Mukminin kalau saya memang tidak layak untuk jabatan tersebut."
فإن كنت كاذبا، فلا أصلح، وإن كنت صادقا، فقد أخبرتكم أني لا أصلح فحبسه.
"Kalau aku memang berdusta, aku memang tidak layak (pendusta tidak pantas menerima jabatan). Sebaliknya, kalau aku jujur, sungguh aku telah mengatakan: Aku memang tidak layak." [Siyar A'lam Nubala (6/402)]
Begitulah jawaban cerdas Imam Abu Hanifah untuk mengelak dari jabatan yang tidak bisa dibantah oleh khalifah.
Wafatnya
Imam Abu Hanifah meninggal dunia di Kota Baghdad pada Tahun 150 H. Di tahun yang sama di Ghaza lahir Imam Asy-Syafi'i rahimahullah. Bisyr bin Al Walid mengatakan: "Abu Hanifah wafat di penjara dan dikuburkan di pekuburan Al-Khaiziran. Ya'qub bin Syaibah mengatakan, "Aku dikabarkan bahwa Beliau wafat dalam keadaan bersujud."
Di samping itu, beliau juga berpesan agar jenazahnya kelak dimandikan oleh Hasan bin Amarah. Setelah melaksanakan pesannya, Ibnu Amarah berkata:
رحمك الله تعالى وغفر لك، لم تُفطِر منذ ثلاثين سنة، ولم تتوسَّد يمينك بالليل منذ أربعين سنة، وقد أتعبتَ مَن بعدك، وفضحتَ القرَّاء
"Semoga Allah Ta;ala merahmati Anda wahai Abu Hanifah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa Anda karena jasa-jasa yang telah anda berikan. Sungguh Anda tidak pernah putus puasa selama tiga puluh tahun, tidak berbantal ketika tidur selama empat puluh tahun, dan kepergian Anda akan membuat lesu para fuqaha setelahnya." [Tahdzibut Tahdzib (5/630)]
Wallahu A'lam
Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kaltim.
Ulama kelahiran Kufah Irak ini setiap sholat malam selalu khatam Al-Qur'an. Selama hidupnya, Imam Abu Hanifah telah mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 7.000 kali.
Bahkan, beliau melaksankan sholat Isya dan Subuh hanya dengan sekali wudhu. Dan ini berlangung selama 40 tahun. Seperti apa sosok beliau? Mari simak penjelasan Dai lulusan Al-Azhar Mesir Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajiannya.
Sekadar informasi, Imam Abu Hanifah selain ahli ibadah, beliau juga dikenal karena memiliki keluasan ilmu. Tak heran jika Mazhab yang didirikannya kini eksis di berbagai negara. Mazhab Hanafi kini banyak dianut oleh muslim di Irak, Afghanistan, Turki, India, China, Rusia, sebagian Mesir, sebagian Afrika Barat dan lainnya.
Ustaz Ahmad Syahrin menceritakan, pada zaman Tabi'in munculah sebuah madrasah keilmuan yang awalnya berpusat di Kufah, namun kemudian meluas dan menjadi mazhab fiqih yang paling luas wilayah persebarannya dalam sepanjang sejarah Islam.
Mazhab ini dikenal dengan nama Mazhab Hanafi. Mazhab ini dikenal dengan kekuatan logika, penalaran dan qiyasnya dalam merumuskan hukum-hukum fiqih. Sebagai pendiri mazhab, beliau digelari dengan Imam Ahlu Ra'yi atau pemimpinnya ahli akal. Dalam berbagai kitab para ulama, disebut juga dengan gelar Imamul A'zham yang artinya imam yang agung. (Mizanul I’tidal, 4/265)
Biografi Singkat
Imam Abu Hanifah rahimahullah memiliki nama asli Nu'man bin Tsabit al-Kufi rahimahullah. Beliau lahir di Kota Kufah, Irak pada Tahun 80 H atau Tahun 699 M. Wafat di Kota Baghdad pada Tahun 150 H atau 767 M bersamaan dengan tahun kelahiran Imam Asy-Syafi'i.
Syaikh At-Taqi Al-Ghazi berkata, ada perselisihan pendapat tentang asal daerahnya. Ada yang mengatakan dari Kaabil, ada pula yang menyebut Baabil, ada yang menyebut Nasaa, ada yang mengatakan Tirmidz, ada juga yang menyebut Al-Anbar, dan lainnya.
Cucunya bernama Ismail bin berkata, kakekku dilahirkan Tahun 80 Hijriyah, dan Tsabit (ayah Abu Hanifah) membawanya saat masih kecil kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali mendoakannya dengan keberkahan untuknya dan keturunannya. Dan kami mengharapkan kepada Allah agar mengabulkan hal itu, karena doa Ali radhiyallahu 'anhu pada kami. (Siyar A'lamin Nubala, 6/395)
Mengapa beliau mendapatkan panggilan Abu Hanifah, berbeda-beda riwayatnya. Ada yang menyebutkan karena kuatnya ibadahnya hingga ia disebut orang yang hanif. Sebagiannya lagi karena beliau berobat dengan sejenis obat bernama Hanifah. Sedangkan Abu Yusuf mengatakan sebabnya karena ia selalu membawa Hanif (semacam alat menyimpan tinta) kemana pun ia pergi. [Min A'lam as Salaf hal. 222]
Pujian Ulama kepada Imam Abu Hanifah
Imam Abdullah bin Mubarak rahimahullah pernah berkata: "Aku tidak pernah melihat seorang laki-laki yang lebih berwibawa di majelisnya, yang paling baik adab dan kesantunannya melebihi imam Abu Hanifah." [Siyar A’lam Nubala (6/400)]
Beliau juga berkata: "Abu Hanifah adalah orang yang paling paham fiqih." [Ibid]
Ali bin Asham rahimahullah berkata: "Seandainya ditimbang kekuatan akal Abu Hanifah dengan separuh penduduk bumi, niscaya dia akan mengalahkan mereka." [Tarikh Baghdad (15/487)]
Yahya bin Nashr rahimahullah berkata: "Beliau termasuk orang yang paling paham fiqih di zamannya dan orang yang paling bertaqwa." [Al Intiqa hal 163]
Maki bin Ibrahim rahimahullah berkata: "Abu Hanifah merupakan penduduk bumi yang paling berilmu." [Bidayah wa Nihayah (10/110)]
Syadad bin Hakim berkata: "Aku belum pernah melihat orang yang lebih berilmu dibanding Abu Hanifah." [Ath Thabaqat As Sunniyah Hal 29]
Imam Malik rahimahullah ketika ditanya apakah pernah melihat Imam Abu Hanifah, maka beliau menjawab: "Iya, aku melihat seorang laki-laki yang seandainya ia mengatakan tiang yang terbuat dari kayu ini adalah emas, niscaya ia bisa mempertahankan pendapatnya." [Siyar A'lam Nubala (6/399)]
Imam Syafi'i rahimahullah berkata: "Semua orang dalam urusan fiqih berutang kepada Imam Abu Hanifah." [Siyar A'lam Nubala (6/403)]
Syaikh At-Taqi al-Ghazi berkata: "Dialah imamnya para imam, penerang bagi umat, lautan ilmu dan keutamaan, ulamanya Iraq, ahli fiqih dunia seluruhnya, orang semasa dan setelahnya menjadi lemah di hadapannya, belum pernah mata melihat yang semisalnya. Belum ada seorang mujtahid mencapai derajat seperti kesempurnaan dan keutamaannya." [Ath Thabaqat Sunniyah Hal 24]
Ibadah yang Menakjubkan
Selain dikenal sebagai ahli fiqih dan gurunya para ulama, Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ahli ibadah.
Asad bin Amru rahimahullah berkata: "Abu Hanifah rahimahullah melakukan sholat Isya dan Subuh dengan sekali wudhu selama 40 tahun." [Siyar A'lam Nubala (6/399)3]
Imam Abu Yusuf rahimahullah berkata: "Adalah Imam Abu Hanifah biasa mengkhatamkan Al-Qur'an setiap malamnya hanya dalam satu rakaat." [Tarikh Islami (9/195)]
Mis'ar bin Kidam juga berkata: "Aku pernah melihat Abu Hanaifah mengkhatamkan Qur'an dalam satu rakaat." [Siyar A'lam Nubala (6/403)]
Yahya bin Abdul Hamid al Hamaniy dari ayahnya: "Bahwa ayahnya pernah bersama Abu Hanifah selama 6 bulan. Dan selama itu ia tidak melihat beliau sholat Subuh kecuali dengan sholat Isya yang diakhirkan." [Siyar A’lam Nubala (6/400)]
Qashim bin Mu'in rahimahullah berkata: "Abu Hanifah pernah bangun untuk sholat malam dan mengulang-ulang firman Allah Ta'ala: (sebenarnya hari Kiamat Itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46), lalu Beliau menangis dan larut dalam kekhusyukan hingga fajar." [Ibid]
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: "Bahwa Abu Hanifah telah mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 7.000 kali." [Siyar A'lam Nubala (6/400)]
Kedermawanan
Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama yang sangat dermawan. Dalam Thabaqatnya beliau rutin memberi tunjangan kepada beberapa sahabatnya dan membiayai muridnya dalam belajar. Saking tak main-mainnya mengalokasikan dana, beliau menganggarkan sedekah senilai uang belanja dan kebutuhan untuk keluarganya.
Al-Mutsanna bin Raja' rahimahullah berkata: "Abu Hanifah telah bersumpah kepada Allah dengan sebenar-benarnya bahwa dia akan bersedekah dengan Dinar, yaitu sejumlah nilai yang ia berikan untuk keluarganya." [Siyar A’lam Nubala (6/400)]
Waki' berkata: "Adalah Abu Hanifah jika memakai baju baru, maka ia juga akan memberi baju dengan nilai serupa kepada gurunya atau ulama." (Akhbar Abu Hanifah wa Ashabihi hal 60)
Kecerdasan yang Luar Biasa
Ada begitu banyak riwayat atau kisah yang menuturkan kecerdasan sang imam dalam menghadapi masalah yang pelik. Berikut di antaranya:
Khalifah Al-Manshur (khalifah kedua Dinasti Abbasiyah) memanggil Imam Abu Hanifah untuk ditawari jabatan sebagai hakim agung. Namun beliau menolak dengan mengatakan:
لا أصلح للقضاء
"Saya tidak layak."
Al-Manshur berkata: "Engkau telah berbohong!"
Imam Abu Hanifah menjawab:
فقد حكم أمير المؤمنين علي أني لا أصلح،
"Nah benar kan, Anda telah menetapkan hukum atas diriku wahai Amiral Mukminin kalau saya memang tidak layak untuk jabatan tersebut."
فإن كنت كاذبا، فلا أصلح، وإن كنت صادقا، فقد أخبرتكم أني لا أصلح فحبسه.
"Kalau aku memang berdusta, aku memang tidak layak (pendusta tidak pantas menerima jabatan). Sebaliknya, kalau aku jujur, sungguh aku telah mengatakan: Aku memang tidak layak." [Siyar A'lam Nubala (6/402)]
Begitulah jawaban cerdas Imam Abu Hanifah untuk mengelak dari jabatan yang tidak bisa dibantah oleh khalifah.
Wafatnya
Imam Abu Hanifah meninggal dunia di Kota Baghdad pada Tahun 150 H. Di tahun yang sama di Ghaza lahir Imam Asy-Syafi'i rahimahullah. Bisyr bin Al Walid mengatakan: "Abu Hanifah wafat di penjara dan dikuburkan di pekuburan Al-Khaiziran. Ya'qub bin Syaibah mengatakan, "Aku dikabarkan bahwa Beliau wafat dalam keadaan bersujud."
Di samping itu, beliau juga berpesan agar jenazahnya kelak dimandikan oleh Hasan bin Amarah. Setelah melaksanakan pesannya, Ibnu Amarah berkata:
رحمك الله تعالى وغفر لك، لم تُفطِر منذ ثلاثين سنة، ولم تتوسَّد يمينك بالليل منذ أربعين سنة، وقد أتعبتَ مَن بعدك، وفضحتَ القرَّاء
"Semoga Allah Ta;ala merahmati Anda wahai Abu Hanifah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa Anda karena jasa-jasa yang telah anda berikan. Sungguh Anda tidak pernah putus puasa selama tiga puluh tahun, tidak berbantal ketika tidur selama empat puluh tahun, dan kepergian Anda akan membuat lesu para fuqaha setelahnya." [Tahdzibut Tahdzib (5/630)]
Wallahu A'lam
Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kaltim.
(rhs)