Memaknai Keberkahan Ramadan (5): Ampunan Allah yang Tiada Batas

Jum'at, 31 Maret 2023 - 01:05 WIB
Mendengar itu sang ahli ilmu teringat dengan ayat tadi, "Wahai hamba-hambaKu jangan berputus asa dari Rahmat Allah...sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa."

Singkatnya, pemuda itu diarahkan untuk berangkat ke sebuah kampung dan bergabung dengan penghuni kampung itu beribadah kepada Allah SWT. Di tengah jalan dia meninggalkan dunia. Malaikat syurga dan neraka pun berebut untuk menjemputnya.

Namun Allah dengan RahmatNya dan kasihNya Allah mengabulkan keinginannya untuk diampuni. Dia telah membunuh 100 orang. Tapi karena komitmen dan usahanya untuk diampuni dan karena kasih sayang Allah, sang pemuda itu diampuni dan masuk syurga.

Berbagai hadits menyampaikan bentuk kasih sayang Allah dalam pengampunanNya. "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum suara terakhir keluar dari tenggorokannya (maa lam yugharghir)". Bahkan Allah membuka pintu magfirahNya di malam hari bagi pendosa di siang hari. Dan membuka pintu magfirahNya di siang hari bagi pendosa di malam hari. Pintu maaf pun terbuka hingga terbitnya matahari dari barat (Kiamat).

Kisah seorang teman Afro Amerikan, Imam Ayub Abdul Baqi, yang ibunya begitu benci dengan Islam dan Muslim. Tapi akhirnya meninggal dalam kasih sayang Allah dan magfirahNya. Imam Abdul Baqi asalah Imam yang gigih memperjuangkan hak-hak sipil komunitas Muslim Amerika di kota New York.

Kisahnya bermula ketika beliau masuk Islam. Beliau ketika itu masih muda. Karena marah kepada anaknya, Ibu Imam Ayub mengusirnya dari rumah. Sejak itu sang Ibu tidak pernah lagi mau menerimanya kembali ke rumah itu.

Imam Ayub mencari kerja, belajar Islam bahkan menjadi Imam dan menikah. Beliau dikaruniai beberapa anak. Beliau kemudian sengaja mengirimkan anaknya untuk menengok neneknya. Sang nenek ternyata jatuh hati kepada cucu-cucunya. Tapi tetap membenci anaknya, Imam Ayub.

Singkat cerita, sang Ibu sakit keras dan masuk rumah sakit. Berhari-hari Imam Ayub menunggui ibunya di rumah sakit. Hingga di waktu-waktu menjelang sakratul maut, Imam Ayub memeluk ibunya, menangis dan menyampaikan hal ini: "Ibuku, saya cinta Ibu. Saya tidak bisa membayar jasamu kepadaku. Hanya satu hadiah yang ingin saya berikan kepadamu, Ibuku."

Sambil memeluk Ibunya, Imam Ayub dengan suara pelan membisikkan: "Asy-hadu anlaa ilaaha illallah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasulullah."

Dan di detik-detik terakhir hidupnya itu sang Ibu menerima Kalimah Tauhid. Menerima kunci surga itu. Alhamdulillah.

Satu kisah lagi. Yang ini juga Ibu seorang Mualaf yang sekarang jadi Da'i. Beliau adalah Syeikh Muhammad Yasin, seorang da'i yang sangat gigih di kota New York. Seorang warga Warga kulit putih, pernah mengenyam pendidikan Islam di Madinah.

Sejak kembali dari Madinah satu hal yang ingin beliau lakukan. Yaitu ingin merawat dan membahagiakan Ibunya yang telah tua. Dan untuk itu beliau menikah karena ingin fokus merawat Ibunya yang sakit-sakitan. Ibunya tidak pernah mau menerima Islam. Bahkan terbuka mengatakan agama ini bukan untuknya. Tapi Syeikh Yasin tidak pernah mendesak. Hanya menunjukkan bakti dan cinta kepada Ibunya.

Hingga pada suatu Ibunya sakit keras dan krusial. Di momen-momen itulah Syeikh Yasin mendekat ke telinga Ibunya dan mengajaknya menerima: "Laa ilaaha illallah - Muhammad Rasulullah." Dan beliau menerimanya hanya sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Kedua, cerita benaran (real story) dari New York di atas menyampaikan pesan bahwa seorang manusia itu selalu ada harapan. Karena memang kasih sayang Allah itu lebih luas dari segala dosa dan kesalahan manusia.

Semangat ini jugalah yang kita harus bangun di bulan Ramadan ini. Karena Sungguh di bulan ini secara khusus Allah bukakan pintu-pintu magfiraNya seluas-luasnya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua. Aamin!

(Bersambung)!

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(rhs)
Halaman :
cover top ayah
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنۡ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحۡيًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآىٴِ حِجَابٍ اَوۡ يُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَيُوۡحِىَ بِاِذۡنِهٖ مَا يَشَآءُ‌ؕ اِنَّهٗ عَلِىٌّ حَكِيۡمٌ
Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi, Mahabijaksana.

(QS. Asy-Syura Ayat 51)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More